Materi
– 2 : HOSEA
Kursus
Alkitab Malam
GPIB Jemaat PETRA
– Ciluar di Bogor
KITAB NABI HOSEA
הושע
ditulis
oleh
ARIE A. R. IHALAUW
***
A. PENDAHULUAN
KITAB NABI HOSEA (Hoshea –
הושע)
Kitab ini merupakan tradisi
lisan yang dituliskan kembali oleh redaksi. Hal tesebut dapat dibaca melalui
catatan redaksi yang tertulis pada pasal 1 : 1 “Firman TUHAN yang datang
kepada Hosea bin Beeri pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja
Yehuda, dan pada zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel.” Di dalam tersebut
kita menemukan beberapa catatan penting, yakni :
a.
Silsilah Hosea. Ayahnya bernama Be’eri.
b.
Hosea menerima panggilan Allah untuk diutus
sebagai nabi di Israel Utara. Nabi adalah seorang penduduk asli dari salah satu
suku yang mendiami wilayah utara.
c. Hosea bekerja pada masa pemerintahan Yerobeam II. disebut juga, Yerobeam bin Yoas, raja
di Israel Utara. Dan juga beberapa Raja Yehuda di Yerusalem, yaitu : Raja Uzia (2 Rj. 15:1–17; 2 Taw. 26:1–23), Raja Yotam (2 Rj. 15:32–38; 2 Taw.
27:1–9), Raja Ahas (2 Rh. 16:1–20; 2 Taw. 28:1–27) dan Raja
Hizkia (2 Rj. 18:1-4; 2 Taw. 29:1-2).
B. KONDISI MASYARAKAT ISRAEL UTARA PADA MASA PEMERINTAHAN YEROBEAM DAN MASA
KERJA NABI HOSEA.
1. Tentang Yerobeam dan keadaan Kerajaan Israel
Utara dan ibukotanya, Samaria, kita membacanya dalam Kitab
Raja (2 Rj. 14:23-29). Meskipun redaktor Kitab 2 Raja menuliskan perilaku buruk
Yerobeam, bahwa “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin
Nebat, yang menyebabkan orang Israel
berdosa pula” (2 Rj. 14:24); akan tetapi dicatat pula
keberhasilan yang dicapai selama pemerintahannya (2 Rj. 14:25 => “Ia
mengembalikan daerah Israel, dari
jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman TUHAN, Allah Israel, yang
telah diucapkanNya dengan perantaraan hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai dari
Gat-Hefer”).
2.
Kondisi politik ekonomi dan
pertahanan keamanan nasional Israel Utara --- pada masa Yerobeam --- berada
pada puncak kejayaan. Namun penulis Kitab Raja menerangkan, bahwa kemakmuran
itu hanya dinikmati oleh kelompok elit pemerintahan dan kaum pedagang.
Sementara rakyat Israel Utara menderita kesengsaraan (“Sebab TUHAN telah melihat betapa pahitnya kesengsa-raan orang Israel
itu: sudah habis lenyap baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya, dan
tidak ada penolong bagi orang Israel.” => 2
Rj. 14:26).
3. Pada masa itulah TUHAN, Allah Israel,
mengutus 2 (dua) prang nabi sekaligus, yakni : Hosea bin Be’eri dan Amos,
seorang peternak domba (Ams. 1:1) dan petani buah ara hutan (Ams. 7:14), yang
berasal dari Tekoa di wilayah Yehuda.
C.
PEMBERITAAN NABI
HOSEA
1.
Panggilan
Hosea menjadi Nabi
Panggilam
Hosea sangat unik di antara nabi-nabi Israel Utara maupun dalam wilayah Yehuda.
Dalam Kitab Hosea 1 – 3, Allah menyuruh nabi menikahi 2 (dua) perempuan
berbedam tetapi memiliki sifat yang sama.
CERITA
1 (Hos.
1:2-9)
Nabi
disuruh Allah mengambil seorang pelacur-suci menjadi isterinya.
Namanya Gomer binti Diblaim (1:3). Gomer memperanakan anak-anak bagi
Hosea, yang pertama seorang anak laki-laki bernama Yisreel, maknanya : “Berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena
hutang darah Yizreel dan Aku akan
mengakhiri pemerintahan kaum Israel”
(Hos.
1:4); yang kedua seorang anak perempuan bernama Lo-Ruchama, artinya : “Aku
tidak menyayangi lagi kaum Israel, dan tidak akan mengampuni mereka” (1:6b).
Kemudian dilahirkannya anak ketiga, seorang laki-laki, bernama Lo-Ami,
artinya : “Kami ini bukan umatKu dan Aku bukan Allahmu” (1:9). Setelah
melahirkan kedua anaknya, Gomer meninggalkan Hosea.
MAKNA PEMBERITAAN
SIMBOL DALAM CERITA II
Cerita
1 menyiratkan beberapa makna dalam pemberitaan
Nabi Hosea, antara lain :
a) Cerita ini
merupakan ilustrasi yang menggambarkan sikap hati Israel terhadap TUHAN,
Allahnya. Israel disimbolkan seperti bersundal (perempuan pelacur
murahan) yang selalu bergonta-ganti pasangan tidur.
b) Latarbelakang
simbol ini berbasiskan pengenalan akan Allah (Ibr. yada
elohim) menurut Taurat butir 2 (“Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku” => Kel. 20:5).
c) Nabi Hosea
menyoroti kembali sejarah pembentukan / penciptaan umat Allah (Bangsa Israel)
dengan mengatkan pada tradisi exodus dari Mesir. Katanya : “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu” (Kel. 4:22 => “Maka engkau harus berkata kepada Firaun :
Beginilah firman TUHAN : Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung”). Akan tetapi Israel tidak setia menngasihi
Allahnya “dengan segenap jiwa, dengan segenap hati, dan dengan segenap kekuatan”
(bd. Ul. 6:5). Mereka mengkhianati TUHAN, kata
nabi : “Makin Kupanggil mereka, makin pergi
mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung” (Hos.
11:2). Inilah yang dimaksudkan nabi : “Negeri ini bersundal hebat dengan
membelakangi TUHAN" (Hos. 1:2b).
d) Sementara,
menurut nabi, TUHAN selalu “mengajar Israel berjalan, menggendong dengan
tanganNya dan menyembuhkan.” Perbuatan Allah itu
memperli-hatkan kesetiaan dan kasihNya terhadap perjanjian yang
telah diberikanNya (Hos. 11:3-4).
e) Akhirnya TUHAN, Allah
Israel, memutuskan untuk menghakimi dan menghukum Israel Utara, Samaria. Itulah
arti dari kedua nama anak Hosea bersama Gomer binti Diblaim, Lo-Ruchama dan Lo-Ami.
CERITA
2
(Hos. 3:1-5).
Setelah
beberapa waktu lamanya, kemudian Allah menyuruh nabi menikahi “seorang
perempuan yang suka bersundal dan berzinah” (3:1). Hosea melakukannya
sesuai perintah Allah. Perkawinan ini berbeda dengan yang dilakukannya bersama
Gomer binti Diblaim. Hosea membeli (membayar mahar perkawinan)
sebesar 15 syikal dan satu setengah homer jelai kedelai
(3:2).
MAKNA PEMBERITAAN
SIMBOL DALAM CERITA II
a) Dosa dan kejahatan Israel Utara kepada Allah
tidak terampunkan. Mereka dihukum-Nya (bd. Hos. 1:4 => “sedikit
waktu lagi maka Aku akan menghukum...
dan Aku akan mengakhiri pemerintahan
kaum Israel”;
bd. 9:17 => “Aku akan membuang mereka”). Hosea belum bebicara tentang
bentuk penghukuman, yang pasti, Israel Utara akan dihukum. Gosea mengecam dosa
Israel. Ia menterjemah-kan ucapan Allah : ”Negeri ini telah membelakangi Aku” (bd. Hos.
11:7 => “UmatKu betah membelakangi Aku”) ke dalam berbagai bentuk,
antara lain :
·
Mempersembahkan
korban kepada ilah-ilah (Hos. 4:13; bd. 7:16; 9:10; 13:2);
·
Roh
perzinahan ada di dalam diri Israel, sehingga tidak mengenal TUHAN
(Hos. 5:4);
·
Tidak
tulus menyembah Allah (Hos. 7:14);
·
Mengkhianati
TUHAN (Hos. 5:7);
·
Dosa di
bidang politik (Hos. 8:9);
·
Israel
melupakan Pembuatnya (Hos. 8:14; bd. 4:6);
·
Hatinya
licik terhadap Allah (Hos. 10:3);
·
Israel
menimbulkan sakit hati TUHAN (Hos. 12:15);
·
Israel
tidak mengenal Allah (Hos. 4:6);
·
Melupakan
ajaran Allah (yang dimaksudkan adalah Hukum Taurat => Hos. 4:6);
·
Dan
lain-lain.
b) Pengenalan
akan Allah (Ibr. yada elohim)
1.
Tradisi Yakub.
Hosea
mengawali gagasan tentang pengenalan akan Allah dengan
menegaskanm bahwa Allah lebih dulu mengenal engkau (Hos. 13:5); Aku
ini mengenal Efraim (Hos. 5:3). Untuk membuk-tikan kebenaran gagasan
itu, nabi memakai tradisi Yakub, lelujur Israel: “Yakub melarikan diri ke tanah Aram[1] dan Israel memperhambakan diri untuk mendapat
isteri[2], ya, untuk mendapat isteri ia menjadi gembala”[3] (Hos. 12:13).
2.
Tradisi Exodus dan Padang gurun.
Hosea
memakai tradisi exodus untuk membukti-kan, bahwa Allah mengenal Israel, sebab
Dialah yang menciptakan bangsa Israel. Dia memangggil mereka sebagai anakNya.
Malahan nabi menegas-kan, bahwa Allah sudah mengenal mereka dari Mesir[4]. Malahan
Hosea menjelaskan, bahwa Allah juga menyertai Israel selama pengembaraan di
padang gurun[5].
c)
Monotheisme
Allah. Gagasan ini hanya muncul satu kali saja dalam
Kitab Hosea[6]. Ayat ini
diragukan berasal dari nabi; akan tetapi kita boleh menyepakati, bahwa cikal
bakal gagasan monoteisme Allah sudah mulai diperdengarkan pada masa itu untuk
melawan penyembahan dewa-dewi (politeisme dalam budaya-agama-suku Kanaan).
d) Pengenalan
Allah akan umat bersumber dari hatNya yang mengasihi umat, demikian pula Israel
wajib setia mengasihiNya.
e) Sesudah masa penghukuman Allah bangkit menyayangi
Israel kembali. Tindakan penyelamatan itu bersumber dari hatiNya yang berbelas kasihan
(Hos. 11:8b => “Hati-Ku berbalik
dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak”). Ia akan
mengumpulkan Israel dan Yehuda bersama-sama. Inilah nubuat nabi tentang
masadepan yang akan datang : “Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja
mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikanNya pada hari-hari yang terakhir” (Hos.
3:5).
f)
Gagasan Teologi Penebusan dan pengharapan
mesianik (Hari TUHAN).
· Tindakan nabi ‘membeli’ perempuan
pelacur, sesungguhnya melambangkan penebusan Allah atas Israel (Hos. 3:2 =>
“aku membeli dia bagiku
dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai”).
Gambaran itu sangat jelas dalam pasal 2, di mana Allah mengatakan : “Aku akan mengikat perjanjian bagimu pada waktu
itu... Aku
akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan
menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan
dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan
engkau isteriKu dalam kesetiaan,
sehingga engkau akan mengenal TUHAN.” (Hos. 2 : 18-20).
· Frasa pada waktu itu sangat kental dipakai
dalam tradisi nabi-nabi. Ia memiliki 2 (dua) makna berfungsi untuk menunjukkan peristiwa
yang pernah dibuat Allah di masa lampau, sekaligus merupakan antisipasi
akan masadepan. Sama seperti Allah bertindak membebaskan Israel di
bawah penindasan bangsa Mesir, demikianlah Dia akan mengulangi hal tersebut
dalam sejarah bangsa pilihan itu.
· Keadaan itu akan tercipta setelah Allah membuat perjanjian
baru, sebab perjanjian yang lama itu telah dilangkahi Israel.
g)
Reuni keluarga. Hosea
memakai keluarganya sebagai simbol persekutuan umat bersama Allah.
Seorang laki-laki mengambil perempuan menjadi isterinya dengan membuat ikatan
perjanjian dan disahkan menurut kebiasaan masyarakat tentang pelunasan
mahar perkawinan. Mahar, sesungguhnya, menunjuk pada pelunasan hukum perjanjian
perkawinan. Dan, Allah telah melakukannya secara sempurna. Dia sendiri yang
melamar Israel, perempuan pelacur itu. Hanya satu tujuanNya, menyelamatkan
Israel dengan cara mengembalikan dia pada posisinya semula, namun dalam kondisi
baru : “Pada waktu itu (menunjuk pada masadepan), demikianlah
firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku :
Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku ! Aku menjauhkan nama para Baal dari mulutmu, maka nama mereka tidak
lagi disebut” (Hos. 2:16-17). Orang di Israel tidak lagi
mendengar perkataan : “Kamu ini bukan umatKu dan Aku ini bukan
Allahmu” (Hos. 1:8); akan tetapi seluruh umat akan berseru : “Engkaulah
Allah kami, dan kami ini umatMu.”
h) Ibadah kepada Allah.
· Berbeda dari Amos yang menekankan ibadah Israel
dalam bidang pelayanan sosial, Hosea mengarahkan umat Israel untuk mengasihi
Allah. Ibadah, menurut nabi Hosea, bukanlah sekedar persembahan korban dalam
pertemuan jemaah. Israel berpikir, seakan dengan memenuhi tuntutan Hukum Taurat
dalam hal persembahan korban, maka Allah menyenanginya (bd. Hos. 8:13a[7]).
· Dalam pandangan Hosea, kualitas ibadah kepada
Allah wajib memperlihatkan pengenalan akan Allah, kebenaran
dan keadilan,
kasih-sayang
dan kasih-setia,
belas-kasihan.
dan
kesetiaan. Allah tidak menuntut korban sembelihan (Hos. 6:6; bd. Amos
5: 21-27). Apakah arti makna korban
persembahan, jika diberikan tanpa hati yang mengasihiNya ? Menurut
Hosea, Ibadah yang benar harus dinaikkan dari hati dan pikiran yang mencintai TUHAN. Ibadah
yang demikian hanya dapat dilakukan, jika Israel memberlakukan ajaran ---
kehendaNya --- sesuai Taurat. Ibadah tanpa dilandasi oleh pengenalan akan
Allah dan tanpa hati yang mencintaiNya, bukanlah ibadah sejati. Di
dalamnya lahir kemesraan, dan kerinduan kepada Allah. Ibadah semacam ini akan
berbuah melalui perbuatan baik sehari-hari dalam kehidupan bersama masyarakat.
Jadi, jika praktik penyembahan dibuat tanpa kemesraan cinta kepada Allah, tidak
berbeda dengan praktik ritual yang diadakan oleh penganut budaya-agama-suku
Kanaan.
D. KONTEKSTUALISASI PESAN HOSEA KEPADA ORANG KRISTEN YANG MELAK-SANAKAN
IBADAH DI INDONESIA
1) Kenalilah TUHAN, Juruselamat ! (Hos. 13:4).
Dialah Allah yang setia mengasihi dan merachmati
kita. Seharusnya kita menyadari, bahwa Allah menunjukkan kasih-sayang serta
membuat berhasil segala usaha yang kita kerjakan (bd. Ul. 8:17-18 => “Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu : Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh
kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau
ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk
memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”). Rachmat atau berkat itu
menyatakan cinta-kasih yang dianugerahkan oleh Dia ke dalam kehidupan kita,
dengan maksud mengokohkan ikatan perjanjianNya di dalam Kristus Yesus. Oleh karena
itu, kita wajib mencintaiNya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan
dengan segenap akalbudi.
2) Bukan persembahan
korban yang dimintai Allah, tetapi hati dan pikiran yang mengenal Dia dan
memberlakukan segala firmanNya.
3) Ibadah yang
dilaksanakan tanpa hukum (kebenaran) tidak akan membagikan keadilan
(salah satunya adalah kesejahteran sosial). Ibadah, jikalau ia
diselenggarakan tanpa kasih-setia, tak akan mungkin
menampakkan kesetiakawanan sosial, kepedulian dan keberpihakan terhadap
seruan Allah melalui mulut kaum dhuafa dan fakir miskin. Ibadah yang dilakukan
tanpa kesetiaan (iman) akan melahirkan keangkuhan,
dan tanpa kasih-sayang (cinta) seluruh bentuk
pelayanan-kesaksian Kristen bagaikan korban bakaran Kain di hadapan TUHAN. Tanpa
cinta, mustahil ibadah Kristen diberkati Allah.
E.
TUGAS PESERTA BINA.
1. Diskusikan isi pemberitaan Nabi Hosea dalam
konteks masyarakat Indonesia yang sedang membangun masa depannya (setiap
kelompok wajib memasukkan dan melaporkan hasil diskusi bersama).
3. Kita menyaksikan banyak khotbah yang secara
halus atau tersirat memaksa warga je-maat memberikan berbagai persembahan. Menurut
pendapat saudara, apakah makna Ibadah Jemaat (pujian, doa, persembahan korban,
persepuluhan), jika dilakukan tanpa cinta-kasih ? Jelaskan pendapat saudara !
4. Jika saudara menyimak serta menyimpulkan penjelasan
di atas, bagaimanakah ibadah yang sejati (menurut Nabi Hosea) ? Sudahkah ibadah
sejati itu tampak dalam pelayanan Kristen dalam beragam denominasi ferejawi ?
Jelaskan pendapatmu dalam diskusi kelompok !
Ciluar –
Bogor,
Perayaan
Pemuliaan Yesus Kristus
Kamis, 09
Mei 2013
PEMBINA
Arie Arnold
Ihalauw
Arsp/ari
ihalauw
[4] Hos. 11:1 => “Ketika
Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir
Kupanggil anakKu itu”; bd. Kej. 4:22.
[5] “Akulah yang mengenal engkau di padang gurun, di tanah
yang gersang. Ketika mereka makan rumput, maka mereka kenyang; setelah mereka
kenyang, maka hati mereka meninggi; itulah sebabnya mereka melupakan Aku” (Hos. 13:5-6; bd. Ul. 6:11-12)
[6] “Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah
kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku” (Hos. 13:4;
Yes. 45:6b, dab ayat lainya).
[7] “Mereka mencintai korban sembelohan, mereka
mempersembahkan daging dan memakannya, tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar