IMAN ITU TELAH
DATANG
GALATIA 3 :
23 – 29
Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan
dikurung
sampai iman itu
telah dinyatakan.
GALATIA
3 : 23
A. PENDAHULUAN
Acapkali
orang berpikir, bahwa iman itu merupakan sejenis perasaan keagamaan belaka,
perasaan rindu akan Allah, perasaan tenang, perasaan bebas, dan lain-lain.
Orang yang berpikir demikian mudah berubah pendirian, jika ia tidak lagi merasa
nyaman dan berada di bawah ancaman kebutuhan hidup. Lihatlah orag-orang yang
meninggalkan ‘iman’-nya, karena alasan percintaan, naik
pangkat / golongan kerja, karier politik dan sebagainya. Mereka berpikir, bahwa
semua agama sama saja, juga satu tujuan, yakni : menuju Allah. Pendapat
demikian sah-sah saja. Walaupun kelihatannya sama; akan tetapi makna teologis
dalam istilah ‘iman’ berbeda dari ‘agama.’
Di
sisi lain, jika orang Kristen ditanyai : apakah yang dimaksud ‘iman’ ? Segera ia menjawab ‘iman’ adalah “Iman adalah dasar
dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat” (Ibr. 1:1). Jawaban itu baik, tetapi tak seluruhnya benar. Marilah
kita menyimak penjelasan Rasul Paulus menurut perikop bacaan di bawah ini :
B. PERIKOP
BACAAN GALATIA 3 : 23 – 29 DAN PENJELASAN.
Sebelum iman itu datang
kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
|
|
Jadi
hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
|
|
Sekarang iman itu
telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan
penuntun.
|
|
Sebab
kamu semua adalah anak-anak Allah
karena iman di dalam Yesus Kristus.
|
|
Karena
kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus,
telah mengenakan Kristus.
|
|
Dalam
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus.
|
|
Dan
jikalau kamu adalah milik Kristus,
maka kamu juga adalah keturunan Abraham
dan berhak menerima janji Allah.
|
PENJELAAN
1 => Latarbelakang Penulisan Surat Galatia
1.
So pasti, pakar APB (Alkitab
Perjanjian Baru) dan juga Gereja menyetujui bersama, bahwa Rasul Pauluslah yang
menulis surat ini.
2.
Surat ini ditulis dikarenakan
masalah yang muncul di dalam Jemaat Kristen di Galatia, di mana warga jemaat
mudah dihasut dan dipengaruhi oleh orang Kristen-Israeli (maupun orang Israel
beragama Yudais) terkait ajaran tentang Hukum Taurat dan Sunat, juga tekanan dari masyarakat Yunani-Roma.
Pengaruh ajaran mereka telah memicu warga Kristen, sehingga mereka
mempertanyakan kerasulan Paulus (simak psl. 1:11 – 2:21).
PENJELASAN
2 => Pemahaman atas ayat-ayat
1.
Gagasan Dasar.
Rasul Paulus memiliki konsep / gagasan teologi tentang karya penyelamatan yang
dikerjakan Allah sejak masa Perjanjian
Lama sampai kedatangan Yesus Kristus.
2.
Panggilan Abraham.
Dalam surat Galatia --- juga surat Roma --- Paulus menonjolkan secara khusus
karya penyelamatan terkait panggilan Abraham dan keturunannya. “Olehmu semua
kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej.
12:3b; bd. Gal. 3:8), begitulah tujuan
Allah memanggil Abraham. Dan, berkat yang dimaksudkan adalah keselamatan seluruh ciptaan, termasuk
manusia.
3.
Sikap Abraham terhadap panggilan
Allah. Paulus memakai narasi Abraham untuk meyakinkan warga Kristen
non-Israeli, katanya :
“Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup
dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham” (Gal. 3 : 6 – 7
).
4. Ketika
dipanggil, Abraham bukan keturunan Israel. Dia berasal dari salah satu suku
yang berdomisili ddalam wilayah Mesopotamia, Kerajaan Babel. Ia tidak pernah
percaya kepada Allah yang disebut namaNya : YHWH sampai ia tiba di sebelah timur Bethel
(Kej. 12:8 => “Ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur
Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai
di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN”). Pada
galibnya, latarbelakang Abraham itu sama seperti orang-orang non-Israel (Gal.
4:8-9a => Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu
memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.
Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik,
sesudah kamu dikenal Allah). Ia tidak percaya YHWH (TUHAN); akan tetapi Tuhan ALLAH mengubah Abraham hingga ia beriman kepadaNya. Jadi orang
Israel juga harus menyadari, bahwa leluhurnya itu penganut budaya-agama-suku,
penyembah berhala, namun Allah memanggil mereka melalui iman leluhurnya untuk
menjadi umatNya. Itulah anugerah ! Itulah alasan bagi Paulus untuk mengatakan : “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau
orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau
perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:29). Semuanya hanya
terjadi karena Allah bekerja oleh RohNya (Gal. 4:6;
bd. Rom. 8:5-7) untuk membuat mereka percaya
dan mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN. Dan, oleh karena itu,
mereka semua --- baik orang Israel maupun non Israel, telah menjadi satu
persekutuan, anak-anak Allah, oleh karena iman di dalam Kristus (Gal. 3:26).
5. Menurut Paulus, IMAN itu ada di dalam KRISTUS. Cobalah simak baik-baik ayat-ayat yang dikutip di bawah ini (Gal. 3 ; 23 – 25):
23 Sebelum iman itu
datang kita berada
di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
24. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus
datang, supaya kita
dibenarkan karena iman.
25. Sekarang iman itu
telah datang, karena itu
kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
Pertanyaan yang diajukan kepada Paulus : Apakah ‘iman’ itu ? Apakah ia sudah ada pada masa Hukum Taurat (ay. 23) ? Mengapa ia dihubungkan kepada kedatangan Kristus
(ay. 25) ?
Menurut pendapat saya, Paulus akan mengatakan,
bahwa, pertama, “iman’ melekat erat (adequad) pada Kristus. Tanpa Kristus tidak mungkin iman bertumbuh
kepada Allah. Kedua, ’iman’ adalah berkat perjanjian
yang diberikan Allah, jauh sebelum hukum Taurat diberikan. Dan, oleh karena
itu, ketiga, ’iman’ adalah jalan keselamatan, bukan
didasarkan atas perbuatan baik menurut Taurat, melainkan pengharapan akan janji
Allah di dalam Kristus. Jadi sama
seperti Allah memberikan janjiNya jauh sebelum Musa menerima Hukum Taurat di
Sinai, demikianlah Iman, yaitu : Yesus Kristus, sudah ada sejak purbakala.
Kepada Dialah semua orang harus mengaku dan beriman, bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan bagi kemuliaan Allah (bd. Plp. 2:9-11
=> Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut
segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku : "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa !) dan, bahwa di dalam namaNya Allah mengaru-niakan
keselamatan kepada manusia (bd. Kis. 4:12
=> Dan keselamatan
tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini
tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan"), bukan karena perbuatan
baik, melainkan oleh iman. Itulah sebabnya Paulus menuliskan nasihat ini kepada
warga Kristen-Israeli maupun non-israeli : “Jadi mereka yang hidup dari iman,
merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu” (Gal. 3:9)
6. Nilai Etis-moral Kristen sebagai dasar pembangunan keesaan
jemaat. Bertolak dari uraian
sebelumnya, Paulus menasihati warga Kristen dalam wilayah Galatia :
a. Iman dan Baptisan. “Sebab kamu semua adalah anak-anak
Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena
kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus”
(Ga. 3:26-27). Baptisan bukan untuk diselamatkan, tetapi menunjukkan
bahwa seseorang yang telah dibaptiskan sudah menjadi milik Allah. Bukan karena
dibaptiskan, barulah seseorang menerima diselamatkan; akan tetapi, sebaliknya, karena
anugerah Allah sajalah kita diselamatkan. Baptisan berfungsi sebagai meterai
saja. Sebab itu, jangan kita menjadikan baptisan sebagau jalan keselamatan,
sama seperti pandangan orang Israek terhadap Hukum Taurat.
b. Baptisan dan Pembangunan Keesaan Jemaat. Orang-orang -- yang berbeda
latarbelakang sosial -- yang telah dibaptiskan dalam nama Kristus Yesus,
Anak Allah (bd. Mat. 28:19-20), masuk menjadi anggota persekutuan dari sebuah keluarga,
anak-anak Allah. Mereka itu juga --- sama seperti Abraham --- menerima janji
(berkat) keselamatan.
c. Baptisan dan Sikap Etis-Moral Kristen. Orang-orang yang telah dimeteraikan dalam nama Kristus itu bergerak
menuju kesatuan hidup bersama. Mereka wajib berpikir sama seperti Kristus Yesus
: sehati, sejiwa, sepikir, sependeritaan, satu iman, satu baptisan, satu Allah
dan satu Tuhan. Dalam ikatan kebersamaan itulah mereka melaksanakan panggilan
dan pengutusan Allah yang disuruhNya kepada Abraham : “Olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat”.
SELAMAT
MENYUSUN PEMBERITAAN
Ciluar –
Bogor,
Hari Sabtu,
4 April 2013
Arie A R
Ihalauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar