Sabtu, 04 Mei 2013

RANCANGAN PENGAJARAN / PEMBERITAAN FIRMAN - Minggu, 05 Mei 2013



IMAN ITU TELAH DATANG

GALATIA 3 : 23 – 29

Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung
sampai iman itu telah dinyatakan.

GALATIA 3 : 23

A.   PENDAHULUAN

Acapkali orang berpikir, bahwa iman itu merupakan sejenis perasaan keagamaan belaka, perasaan rindu akan Allah, perasaan tenang, perasaan bebas, dan lain-lain. Orang yang berpikir demikian mudah berubah pendirian, jika ia tidak lagi merasa nyaman dan berada di bawah ancaman kebutuhan hidup. Lihatlah orag-orang yang meninggalkan iman-nya, karena alasan percintaan, naik pangkat / golongan kerja, karier politik dan sebagainya. Mereka berpikir, bahwa semua agama sama saja, juga satu tujuan, yakni : menuju Allah. Pendapat demikian sah-sah saja. Walaupun kelihatannya sama; akan tetapi makna teologis dalam istilah ‘iman’ berbeda dari ‘agama.’

Di sisi lain, jika orang Kristen ditanyai : apakah yang dimaksud ‘iman’ ? Segera ia menjawab ‘iman’ adalah Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 1:1). Jawaban itu baik, tetapi tak seluruhnya benar. Marilah kita menyimak penjelasan Rasul Paulus menurut perikop bacaan di bawah ini :

B.   PERIKOP BACAAN GALATIA 3 : 23 – 29 DAN PENJELASAN.

Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

PENJELAAN 1 => Latarbelakang Penulisan Surat Galatia

1.      So pasti, pakar APB (Alkitab Perjanjian Baru) dan juga Gereja menyetujui bersama, bahwa Rasul Pauluslah yang menulis surat ini.

2.      Surat ini ditulis dikarenakan masalah yang muncul di dalam Jemaat Kristen di Galatia, di mana warga jemaat mudah dihasut dan dipengaruhi oleh orang Kristen-Israeli (maupun orang Israel beragama Yudais) terkait ajaran tentang Hukum Taurat dan Sunat,  juga tekanan dari masyarakat Yunani-Roma. Pengaruh ajaran mereka telah memicu warga Kristen, sehingga mereka mempertanyakan kerasulan Paulus (simak psl. 1:11 – 2:21).

PENJELASAN 2 => Pemahaman atas ayat-ayat

1.      Gagasan Dasar. Rasul Paulus memiliki konsep / gagasan teologi tentang karya penyelamatan yang dikerjakan Allah sejak masa Perjanjian Lama sampai kedatangan Yesus Kristus.

2.      Panggilan Abraham. Dalam surat Galatia --- juga surat Roma --- Paulus menonjolkan secara khusus karya penyelamatan terkait panggilan Abraham dan keturunannya. “Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej. 12:3b; bd. Gal. 3:8), begitulah tujuan Allah memanggil Abraham. Dan, berkat yang dimaksudkan adalah keselamatan seluruh ciptaan, termasuk manusia.

3.      Sikap Abraham terhadap panggilan Allah. Paulus memakai narasi Abraham untuk meyakinkan warga Kristen non-Israeli, katanya :
“Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham (Gal. 3 : 6 – 7 ).

4.      Ketika dipanggil, Abraham bukan keturunan Israel. Dia berasal dari salah satu suku yang berdomisili ddalam wilayah Mesopotamia, Kerajaan Babel. Ia tidak pernah percaya kepada Allah yang disebut namaNya : YHWH sampai ia tiba di sebelah timur Bethel (Kej. 12:8 =>  Ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN). Pada galibnya, latarbelakang Abraham itu sama seperti orang-orang non-Israel (Gal. 4:8-9a => Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah). Ia tidak percaya YHWH (TUHAN); akan tetapi Tuhan ALLAH mengubah Abraham hingga ia beriman kepadaNya. Jadi orang Israel juga harus menyadari, bahwa leluhurnya itu penganut budaya-agama-suku, penyembah berhala, namun Allah memanggil mereka melalui iman leluhurnya untuk menjadi umatNya. Itulah anugerah ! Itulah alasan bagi Paulus untuk mengatakan : “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:29). Semuanya hanya terjadi karena Allah bekerja oleh RohNya (Gal. 4:6; bd. Rom. 8:5-7) untuk membuat mereka percaya dan mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN. Dan, oleh karena itu, mereka semua --- baik orang Israel maupun non Israel, telah menjadi satu persekutuan, anak-anak Allah, oleh karena iman di dalam Kristus (Gal. 3:26).

5.      Menurut Paulus, IMAN itu ada di dalam KRISTUS. Cobalah simak baik-baik ayat-ayat yang dikutip di bawah ini (Gal. 3 ; 23 – 25):

23   Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.

24. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.

25. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.

Pertanyaan yang diajukan kepada Paulus : Apakah ‘iman’ itu ? Apakah ia sudah ada pada masa Hukum Taurat (ay. 23) ? Mengapa ia dihubungkan kepada kedatangan Kristus (ay. 25) ?

Menurut pendapat saya, Paulus akan mengatakan, bahwa, pertama, “iman’ melekat erat (adequad) pada Kristus. Tanpa Kristus tidak mungkin iman bertumbuh kepada Allah. Kedua, ’iman’ adalah berkat perjanjian yang diberikan Allah, jauh sebelum hukum Taurat diberikan. Dan, oleh karena itu, ketiga, ’iman’ adalah jalan keselamatan, bukan didasarkan atas perbuatan baik menurut Taurat, melainkan pengharapan akan janji  Allah di dalam Kristus. Jadi sama seperti Allah memberikan janjiNya jauh sebelum Musa menerima Hukum Taurat di Sinai, demikianlah Iman, yaitu : Yesus Kristus, sudah ada sejak purbakala. Kepada Dialah semua orang harus mengaku dan beriman, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah (bd. Plp. 2:9-11 =>  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku : "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa !) dan, bahwa di dalam namaNya Allah mengaru-niakan keselamatan kepada manusia (bd. Kis. 4:12 => Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan"), bukan karena perbuatan baik, melainkan oleh iman. Itulah sebabnya Paulus menuliskan nasihat ini kepada warga Kristen-Israeli maupun non-israeli : “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu” (Gal. 3:9)

6.      Nilai Etis-moral Kristen sebagai dasar pembangunan keesaan jemaat. Bertolak dari uraian sebelumnya, Paulus menasihati warga Kristen dalam wilayah Galatia :

a.       Iman dan Baptisan. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus” (Ga. 3:26-27). Baptisan bukan untuk diselamatkan, tetapi menunjukkan bahwa seseorang yang telah dibaptiskan sudah menjadi milik Allah. Bukan karena dibaptiskan, barulah seseorang menerima diselamatkan; akan tetapi, sebaliknya, karena anugerah Allah sajalah kita diselamatkan. Baptisan berfungsi sebagai meterai saja. Sebab itu, jangan kita menjadikan baptisan sebagau jalan keselamatan, sama seperti pandangan orang Israek terhadap Hukum Taurat.

b.      Baptisan dan Pembangunan Keesaan Jemaat. Orang-orang -- yang berbeda latarbelakang sosial -- yang telah dibaptiskan dalam nama Kristus Yesus, Anak Allah (bd. Mat. 28:19-20), masuk menjadi anggota persekutuan dari sebuah keluarga, anak-anak Allah. Mereka itu juga --- sama seperti Abraham --- menerima janji (berkat) keselamatan.

c.      Baptisan dan Sikap Etis-Moral Kristen. Orang-orang yang telah dimeteraikan dalam nama Kristus itu bergerak menuju kesatuan hidup bersama. Mereka wajib berpikir sama seperti Kristus Yesus : sehati, sejiwa, sepikir, sependeritaan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan satu Tuhan. Dalam ikatan kebersamaan itulah mereka melaksanakan panggilan dan pengutusan Allah yang disuruhNya kepada Abraham : “Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN

Ciluar – Bogor,
Hari Sabtu, 4 April 2013

Arie A R Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar