“JANGAN PERNAH MEMBENCI”
ARIE A. R.
IHALAUW
( PUTERA SANG FAJAR )
-----ooo00ooo-----
35:10 Oleh sebab engkau mengatakan : Kedua bangsa
itu dan kedua negeri itu akan menjadi milikku dan kita akan memilikinya ---sebetulnya
TUHAN ada di situ ---
35:11 oleh sebab itu, demi Aku yang
hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku akan memperlakukan engkau seperti engkau
memperlakukan mereka dalam murkamu dan cemburumu, yang timbul dari kebencianmu
terhadap mereka; dan Aku akan menyatakan diri kepadamu pada saat Aku menghakimi
engkau.
35:12 Dan engkau akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, mendengar segala penistaanmu yang
kauucapkan melawan gunung-gunung Israel yang demikian: Gunung-gunung itu sudah menjadi sunyi
sepi dan diserahkan kepada kita menjadi makanan kita.
35:13 Dengan demikian kamu
membesarkan dirimu terhadap Aku di dalam ucapanmu dan banyak
sekali kata-katamu terhadap Aku. Aku mendengarnya.
35:14 Beginilah firman Tuhan ALLAH : Seluruh bumi akan
bersukacita pada saat Aku menjadikan engkau sunyi sepi.
35:15 Seperti engkau bersukacita mengenai milik
pusaka kaum Israel, yang sudah menjadi sunyi sepi, demikianlah akan Kulakukan
terhadap engkau. Engkau akan menjadi sunyi sepi, hai pegunungan Seir dan engkau,
segenap Edom dalam keseluruhanmu. Dan mereka akan
mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Saudara saudara yang
dikasihi Allah,
Alkisah adalah sepasang
suami isteri tinggal di Pematang-siantar. Mereka adalah pekerja kebun teh
disana. Anaknya sebelas orang putra-putri. Kehidupan keluarga Pak Allan dan
isterinya memprihatinkan, tetapi mereka menjalaninya biasa-biasa saja.
Suatu hari dua orang
adik-kakak kandung dari sepuluh ber-saudara, sang kakak bernama Kanopa, dan
adiknya : Kanopi, memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Mereka merantau dari
Medan menuju Jakarta untuk mencari pekerjaan, agar membantu orangtua membiayai
adik-adik yang masih kecil. Keduanya ingin membantu ayah-bunda dan adik-adiknya
yang masih kecil. Di Jakarta mereka menyewa kamar untuk tinggal bersama. Mereka
mulau bekerja sebagai kondektur (kernek) Bus MAYASARI BAKTI Jurusan Pulo Gadung
ke Grogol. Setelah bertahun-tahun bekerja, keduanya berhasil. Tiap bulan Kanopi
dan Kanopa menabung penghasilannya masing-masing. Sebagian lagi dikirimkan kepada
orangtua di Pematangsiantar.
Akhirnya kedua adik-kakak
itu menggabungkan uang untuk membeli dua mikrolet bekas. Mereka ingin
mengembangkan usaha sendiri. Hari-hari berlalu begitu cepat. Kebiasaan buruk
Kanopa tidak hilang-hilang juga. Ia sering nongkrong di lapo tuak di Cililitan
untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Penghasil-annya terkuras setiap hati. Berbeda
dari kakaknya, Kanopi sering bekerja sampai subuh. Ia selalu menabung. Ia
membeli dua mikrolet bekas, lalu menyewa pekerja. Hasilnya lumayan banyak.
Kanopi semakin berjaya.
Suatu hari Kanopa menemui
Kanopi dalam keadaan mabuk berat. Ia memaksa adiknya memberikan sejumlah uang,
tetapi adiknya tidak mau berbagi, karena tidak menyukai ulang kakaknya Kanopi
yang senang berjudi dan mabuk-mabukkan. Sejak saat itu, bibit kebencian mullah
bertumbuh di hati Kanopa. Ia berusaha mencelakai Kanopi, adiknya; akan tetapi
TUHAN melindungi sang adik yang rajin berdoa sambil bekerja.
Saudara-saudara yang
dikasihi TUHAN !
Seringkali kita lupa diri,
jika sukses dalam menjalankan usaha. Sikap dan tutur kitapun berubah menjadi
sombong, mema-merkan kekayaan yang dimiliki. Kita menghina sesama yang miskin. Menurut
kesaksian Alkitab, sikap seperti itu muncul dari “kecenderungan
hati yang membuah-kan kejahatan semata-mata” (Kej. 6:5). Hati
dan pikiran kita bisa berubah, ketika kita berhasil dalam menjalani kehidupan
ini. Tinggi hati, berbicara tinggi, memandang rendah orang lain, mengejek dan
menghina adalah tutur yang muncul dari hati dan pikiran orang-orang sombong.
Kita lupa, bahwa kesuksesan dan kekayaan (hamoraon) yang dimiliki dalah
pemberian Allah semata-mata.
Sikap dan tutur seperti itu
tidak jauh berbeda dari perilaku orang-orang Edom (ay. 15) yang tinggal di
pegunungan Seir (ay. 2,7, 15). Edom keturunan Esau, saudara Yakub / Israel,
anak kembar Ishak – Ribkha. Melalui mulut nabi Yeheskial, TUHAN berkata : “Oleh karena dalam hatimu
terpendam rasa permusuhan yang turun-temurun dan engkau membiarkan orang
Israel menjadi makanan pedang pada hari sial mereka, waktu saatnya tiba untuk
penghakiman terakhir,…” (ay. 5). Esau membenci
Yakub, karena adiknya itu memperoleh berkat dari Ishak, ayah mereka (Kej. psl
27). Kebencian itu tersimpan turun temurun.
Saudara – saudaraku yang
dikasihi Allah !
TUHAN Allah tidak menyukai sifat
benci dan dendam, sebab akan menimbulkan kecenderungan hati yang jahat, yaitu :
ingin
membunuh, mencelakai dan merusak kehidupan sesa-ma manusia Karena itu,
Yeheskiel mengingatkan suku-suku Edom, bahwa “oleh
sebab itu, demi Aku yang hidup, , Aku akan menjadikan engkau darah dan darah
akan mengejar engkau; oleh sebab engkau bersalah karena mencurahkan darah, maka
darah akan mengejar engkau. Aku akan menjadikan pegunungan Seir musnah dan sunyi sepi dan
melenyapkan dari padanya orang-orang yang lalu, demikian-lah firman
Tuhan ALLAH” (bd. ay. 6-7).
Saudara-saudaraku yang
dikasih Allah
Melalui firman yang
diberitakan Yeheskiel ini, kita : orang kristen diingatkan untuk jangan membenci dan jangan mendendam sesama
manusia. Karena kebencian dan dendam akan mendo-rong kita untuk melakukan
perbuatan jahat yang merusakkan kehidupan orang lain, serta melukai hati Allah.
TUHAN Allah
menghendaki kita saling menyayangi dan saling mengampuni (bd. Ucapan Yesus
dalam Matius 5:43–45). Jika kita melakukan hal itu, maka TUHAN akan memberkati
kehidupan bersama. Lakukan semuanya itu demi kemuliaan Allah dan sesamamu, maka
hidupmu pasti diberkati.
PENULIS
PDT. ARIE A. R. IHALAUW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar