GEREJA
PROTESTA DI INDONESIA BAGIAN
BARAT
G P I B
G P I B
Majelis Jemaat PETRA Ciluar di Bogor
Jalan
Raya K S. Tubun – Km. 7 Cibuluh – Bogor
RANCANGAN
PEMBERITAAN
FIRMAN
DALAM
KEBAKTIAN KELUARGA
KEESAAN JEMAAT
DI DALAM KRISTUS
I
KORINTUS 12 : 27 - 31
THEMA
Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.
I KOR. 12 : 27
Cibuluh
– Bogor
Hari
Jumat, 16 Mei 2013
disusun
oleh
ARIE
A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Ketika akan menyusun pemberitaan firman, seharusnya, kita
memikirkan kondisi sosial dan kondisi jemaat yang sedang berjalan. Fenomena ini
membantu kita untuk menerapkan teologi alkitabiah ke dalam keadaan tersebut,
sehingga audiens (pendengar) mencerna inti berita yang diajarkan.
Ingatlah, bahwa khotbah yang
disampaikan bukan atau tidak sama persis dengan firman Allah !
Khotbah adalah tafsiran si pelayan firman
terhadap naskah Alkitab yang dipilih dan ditetapkan sebagai bahan bacaan.
Kualitas khotbah tidak bertindih tepat (tidak sama persis) dengan firman Allah,
sebab yang disebutkan firman Allah adalah ucapan-ucapan
yang langsung (direct sentences)
keluar dari mulutNya. Dengan demikian, seorang pelayan firman harus memiliki
kesadaran tinggi, supaya ia mengawasi diri sendiri dalam penyampaian berita
tersebut.
Uraian ini dimulai dari penjelasan tentang konteks sosial dan
konteks jemaat :
A.1.Kontek
sosial
a.
Salah satu masalah yang sedang
dihadapi Bangsa Indonesia adalah banyak warga negara meragukan keesaan
(kesatuan) wawasan kebangsaan. Keraguan itu dilandasi berbagai tindakan anarkis
kelompok agama tertentu terhadap penganut agama yang berbeda : penutupan gedung
ibadah, tindakan kekerasan terhadap
penganut seagama dari aliran yang berbeda, dan lain-lain. Sementara
pemerintah hanya merumuskannya sebagai kecemburuan sosial. Tak ada solusi yang
tuntas atas masalah perselisihan di kalangan agamawan.
b.
Munculnya gerakan separatis di Irian
Jaya yang menuntut kemerdekaan penuh, namun dipolitisir oleh berbagai pihak seakan
penduduk Papualah membuat masalah. Alangkah dahsyatnya tudingan tersebut tanpa
mengkaji masalah dasar, di mana seluruh kekayaan di tanah Papua diperah
habis-habisan, sementara rakyat Papua tidak memperoleh kesejahteraan dari hasil
buminya (kasus Timika).
c.
Wawasan kesatuan bangsa semakin
dipertanyakan sehubungan dengan kesenjangan sosial antara kaum borjuis (bangsawan,
pemimpin, konglomerat) dan proletar (rakyat biasa). Kadang kita bicara soal
kesatuan bangsa hanya dari aspek geopolitik semata, tetapi kurang memperhatikan
kesetiakawanan dan kemitraan dalam proses membangun bangsa. Ini juga masalah
lama dalam kemasan baru.
A.2. Konteks Jemaat dan Gerakan Keesaan (ekumenis)
a.
Manipulasi
pesan Yesus tentang Pemberitaan Injil merusakkan persekutuan ekumenis.
Tidak kalah pentingnya dengan masalah kebangsaan, di dalam persekutuan umat
Kristenpun muncul bera-gam masalah pelik terkait gerakan ekumenis. Kasus-kasus
sengketa antar umat seiman dipacu dan dipicu semangat penginjilan membabi buta.
Konsep peng-injilan yang tidak sehat dikembangkan dengan tujuan pembaptisan ulang (kristenisasi terhadap orang yang sudah Kristen, tetapi malas ke gereja), dengan tujuan
memperbanyak anggota Gereja. Para pemimpin Gereja saling menuding dan melempar
isu, seolah Gerejanya yang memiliki Rohkristus, sementara yang lain tidak. Hal
seperti itu menghambat kemajuan gerakan ekumenis.
b.
Kurangnya
penguasaan Ajaran Gereja membaha-yakan kesatuan Jemaat.
Beberapa Pejabat Gereja di tingkat jemaat kurang menguasai ajaran Gereja, tata
Gereja, dan liturginya. Mereka suka “jajan
rohani,” kemudian pengetahuan yang diperoleh di sana diterapkan dalam pelayanan
jemaat.
c.
Penyalahgunaan
otoritas mengancam keesaan. Ada juga bahaya penonjolan
kekuasaan dan kekuatan material dari sekelompok orang dalam jemaat, dengan
tujuan : dihormati, disegani dan dipilih men-jadi PHM; padahal tidak menguasai
sistem pelayanan Gereja. Memang tidak semua pejabat Gereja berbuat demikian,
tetapi secara fenomenal hal itu sungguh-sungguh
dapat dibuktikan. Jangankan yang sudah pensiun, tetapi terlebih lebih yang
masih berdinas aktifpun berpikir dan bertindak sedemikian.
d.
Kurangnya
Pembinaan Warga dan Pejabat Gereja. Beberapa
bersoalan yang dipaparkan di atas, sesung-guhnya, berakar dari pembentukan
kepribadian dan karakter Gereja. Dan, ujung-ujungnya dapat disim-pulkan, bahwa Pembinaan Warga dan Pejabat Gereja kurang
dijalankan secara baik benar.
Bagaimanakah kita menyoroti persoalan-persoalan di atas dengan
menggunakan kacamata yang dipakai Paulus, ketika menyelesaikan kekisruhan di
dalam Jemaat Korintus ?
B. PERIKOP BACAAN DAN PENJELASANNYA
Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing
adalah anggotanya.
|
|
Dan Allah telah menetapkan beberapa orang
dalam Jemaat: pertama sebagai rasul,
kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang
mendapat karunia untuk mengadakan
mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk
berkata-kata dalam bahasa roh.
|
|
Adakah mereka semua
rasul, nabi, atau pengajar ?
Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
|
|
atau untuk
menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk
menafsirkan bahasa roh ?
|
|
Jadi berusahalah
untuk memperoleh karunia-karunia yang
paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.
|
PENJELASAN
1.
Paulus menggambarkan persekutuan
orang-orang percaya dalam bentuk “tubuh
Kristus.” Terminologi (peristilahan) ini memerlukan penjelasan khusus.
2.
Marilah kita memeriksa penggunaan
istilah ini dari sudut bahasa. Ia terdiri dari 2 (dua) kata : tubuh + Kristus. Kata tubuh
menunjuk pada 2 (dua) gagasan mendasar. Pertama, keutuhan dan kesatuan fungsi dari bagian-bagian yang saling mengait
dan berhubungan satu dengan yang lain. Kedua, menurut pemahaman iman Israel, tubuh adalah organ (benda) mati, bukan hidup.
Kata Kristus menunjuk
pada Allah, kekuatan kuasa Allah,
yakni RohNya yang menghidupkan.
Ketika menggunakan istilah ini, rasul mentransformasikan pemahaman iman
Perjanjian Lama ke dalam gagasannya. Secara tersirat Kristus bukan saja
sesembahan orang Kristen, melainkan juga gagasan Yahudiisme tentang pengharapan mesianik serta kekuatan kuasa Allah.
Jika kedua kata benda itu digabungkan, maka maknanya mengalami
perubahan : tubuh
yang mati itu dihidupkan oleh kekuatan kuasa Allah (bd. konsep
teologi penulis Kejadian (2 : 7 => “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan
nafas hidup ke dalam
hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”).
Dengan demikian, tubuh
tidak mungkin berfungsi (hidup, bergerak),
bila Allah
tidak memberikan kekuatan kuasaNya, RohNya. Pengertiannya, Gereja / Jemaat sebagai organ mati
(tubuh
jasmani) tidak akan mungkin berfungsi (hidup, bergerak),
jikalau
orang-orang beriman (Kristen) tidak tinggal tetap dalam persekutuan dengan Allah
(Kristus).
APLIKASI
GPIB Jemaat
PETRA – Ciluar di Bogor
adalah organ mati, jikalau seluruh warga dan pejabatnya tidak tinggal tetap di
dalam persekutuan dengan Allah dalam iman kepada Kristus yang hidup. Mengapa ?
Sebab persekutuan yang diikatkan oleh keinginan manusiawi (daging) tidak akan
bertahan lama. Setiap warga dan pejabat akan memperlakukan organ Jemaat menurut keinginan
dan kepentingan pribadi serta kelompok. Memang ada roh yang menggerakan organ Jemaat,
tetapi roh
itu berasal dari kehendak manusia, dan bukan dari Allah. Sebaliknya, jika
seluruh warga dan pejabat dalam jemaat merelakan persekutuan ini dipimpin oleh
Rohkristus, maka organ yang mati itu akan berfungsi baik-benar sesuai kehendak
yang terkandung dalam tujuan Allah. Jemaat hanya menjadi organ hidup, jikalau Rohkristus
memerintah di dalamnya. Dan, di situlah masing-masing anggota tubuh berfungsi
menurut karunia pemberian Allah. Itupun berarti, persekutuan orang-orang
beriman itu diikatkan oleh Rohkristus, berpikir dan bekerja bersama Allah dan
sesama seiman untuk merealisasikan target yang ditentukan Allah, yakni
keselamatan seluruh ciptaan.
Dan Allah telah menetapkan beberapa orang
dalam Jemaat : pertama sebagai rasul,
kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang
mendapat karunia untuk mengadakan
mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk
berkata-kata dalam bahasa roh.
3.
Apakah Allah yang mengadakan jabatan gerejawi ataukah
Gereja ? Apakah Pejabat
Gereja dipanggil oleh Allah ataukah karena
keinginan sendiri ? Bagaimanakah kita
menerangkan hal itu, agar dipahami warga jemaat ?
a.
Pernyataan Paulus : “Allah menetapkan
beberapa orang dalam jemaat,” tidak sama artinya dengan Allahlah
yang mengadakan jabatan gerejawi. Dalam Injil Yohanes dituliskan ucapan Yesus :
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu
itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya
kepadamu” (15:16). Ucapan itu mengandung arti, seluruh orang
Kristen dipilih dan ditetapkan Allah untuk menjalankan pekerjaanNya,
bukan hanya
pejabat Gereja. Di kemudian hari, setelah sistem organisasi Gereja diadakan
dan berkembang, barulah ucapan-ucapan Yesus dibijaki dalam
aturan-aturan pengadaan pejabat Gereja. Salah satunya adalah ton presbuterion
(Dewan
Tua-Tua Jemaat atau Majelis Jemaat). Dalam kerangka berpikir
formal, Dewan
Tua-Tua Jemaat menjadi perwakilan Jemaat secara institusional (bd. narasi tentang
pengangkatan Tua-Tua => Kel.
18:13-27).
b.
Bermitra bersama Allah. Pada
tulisannya yang lain, Paulus mengutip pendapat umum : “Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah”
(I Tim. 3:1). Jelaslah, bahwa kedua unsur, yakni : Allah dan manusia, bekerja
bersama untuk mewujudkannyata-kan panggilan dan pengutusanNya. Sekalipun orang
menghendaki jabatan itu, tetapi tidak terpilih, sia-sia. Sebaliknya, jika Allah
memilih, namun manusia meno-lak pilihan, juga menimbulkan masalah. Jadi
keduanya bekerja bersama.
c.
Allah memilih langsung maupun tak langsung. Cerita-cerita
pemilihan yang tertulis dalam Alkitab dapat membantu kita mengerti proses
memilih seseorang menjadi pejabat gereja. Pertama, murid-murid dan juga Paulus
dipilih langsung oleh Tuhan Yesus. Kedua, pejabat / pelayan itu dipilih oleh
warga jemaat (bd. pemilihan ketujuh
Diaken – Kis. 6:1-7). Namun orang Kristen membahasakan pemilihan itu
menurut pemahaman iman, Allah yang memilih.
4.
Gereja yang mengadakan Jabatan Gerejawi. Paulus tidak menyatakan, bahwa Allah
(= Yesus Kristus) yang membuat jabatan rasul (apostolos), nabi (propethes) dan pengajar (didaskalos).
Yang pasti, Yesus Kristus berpesan, agar Gereja melaksanakan pemberitaan dan
pengajaran akan firman Allah (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15; Kis. 1:8). Gerejalah
yang mengadakan jabatan-jabatan untuk merealisasikan pesan Kristus.
Perkembangan jabatan itu tampak dalam surat Epesus (4:11) sesuai karunia yang
diberi oleh Dia.
5. KASIH ADALAH KARUNIA ALLAH YANG MULIA.
Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia
yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi (12:31).
Ayat (kalimat) ini merupakan jalan
masuk ke dalam pasal 13:1-13.... “... jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing..., aku
sama sekali tidak berguna.., sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor. 13:1-3). Paulus mengakui akan
karunia rohani yang dianugerahkan oleh Allah kepada orang percaya. Semuanya
baik, asalkan membangun kehidupan jemaat. Dan, hal itu hanya dapat dilakukan,
jikalau setiap orang saling mengasihi.
SELAMAR
MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar