Kamis, 24 Januari 2013

MEMBUKA SIMBOL MENEMUKAN MAKNA tentang ULAR dalam Kitab Kejasian

Pembelajaran Ke - 3

MEMBUKA SIMBOL MENEMUKAN MAKNA tentang ULAR (Ibr. נָּחָשׁ֙; Ingg. Serpent)

Sepatutnya menelaah Alkitab, kita tidak terlalu tergesa-gesa menyatakan sesuatu itu bersifat positif atau negatif, hitam atau putih berdasarkan rekayasa iman. Bacalah Alkitab secara jujur, sebagaimana yang tertulis dalam naskahnya. Sebab jika kita menyimak naskah Alkitab oleh sejumlah konsep yang sudah dibentuk menurut paham yang kita anut (fundamentalisme, liberalisme, arianisme, pelagianisme, nestorianisme, lutheranisme, calvinisme, dll), maka 'kerugma' (inti berita) yang akan disampaikan telah dikhamiri oleh paham yang kita pegang; dan, dengan demikian tidak memberikan kesempatan kepada Alkitab (masing masing penulis kitab) untuk berbicara. Ini suatu sikap kurang arif.

Katakanlah contoh : ULAR dalam Alkitab. Banyak orang berpendapat bahwa 'ular' adalah hewan yang jahat. Ia selalu digunakan sebagai 'simbol' atau 'lambang' untuk menggambarkan Iblis / Setan (bd. Kej. 3:1), meski dalam ayat yang dimaksudkan tidak menegaskan, bahwa ular (Ibr. נָּחָשׁ֙ bc. nachas -> kasus tunggal) adalah sama dengan Iblis / Setan.

Untuk itu kita berhati-hati, supaya tidak muncul kontradiksi luas yang muncul dari pentafsiran (EX-egese), lebih baik dikatakan pentaksiran (EIS-egese).

ULAR (Ibr. נָּחָשׁ֙ bc. nachas -> kasus tunggal)

Kasus 1.

Kejadian 3 : 1 diceritakan, bahwa "ular (Ibr. נָּחָשׁ֙; bd. nachas -> kasus tunggal) ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah." Dan oleh kecerdikannya, ular dianggap hewan berbahaya, juga sebagai penggoda karena lidangnya bercabang.

Kasus 2.

Dalam Bilangan 21 : 6 - 9 diceritakan, bahwa "menyuruh ular-ular (Ibr. נְּחָשִׁ֣ים; bc. nachasim -> kasus jamak) tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini (Ibr. הַנָּחָ֑שׁ bc. ha-nachas) dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung (Ibr. -> לְךָ֙ שָׂרָ֔ף bc. laka sarap -> kasus tunggal; artinya "sesuatu yang berapi-api, yang membakar seperti api, yang bernyala seperti api") taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga (Ibr. נְחַשׁ נְחֹ֔שֶׁת bc. nachas nahoset) pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup."

Kasus ke - 2 ini menceritakan, bahwa peristiwa Allah "menyuruh ular-ular" untuk memagut Israel di padan Gunung Hor di wilayah Edom, karena mereka berhati jahat.

KERANCUAN BERPIKIR DALAM APLIKASI KHOTBAH

Catatan :

Apabila kita memberitakan Firman Allah, selayaknya, tak perlu menggeneralisasikan sebuah kata Bahasa Indonesia, di mana kita tidak mengetahui bahasa aslinya (Ibrani, Yunani). Sebab kita akan membuat kesalahan interpretasi yang dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap naskah Alkitab, seakan terdapat ayat-ayat yang bertentangan. Padahal pertentangan itu dikarenakan hasil tafsiran yang kurang afdol.

MAKNA SYMBOL DALAM PEMBERITAAN FIRMAN ALLAH

Berbeda dari kasus Kejadian 3:1, dalam Bilangan 21 : 6 - 9, justru TUHAN Allah menyuruh "ular-ular tedung" (Cobra atau King Cobra) untuk memagut umat yang berhati jahat. Gambaran ini bertentangan maknanya dengan kebiasaan menafsir yang menegaskan, bahwa ular itu hewan jahat, atau simbol Iblis / Setan. Perbandingan ini dapat dikatakan demikian : SEJAHAT-JAHATNYA SEEKOR ULAR LEBIH JAHAT / LICIK LAGI HATI MANUSIA. Akibat dari kelicikan / kejahatan hati dan pikiran manusia, maka TUHAN Allah menghukumnya.

Hukuman itu tak akan dilaksanakan, jikalau manusia "memandang kepada ular tembaga yang diciptakan Musa.

HUBUNGAN CERITA SIMBOL INI DENGAN TEOLOGI PERJANJIAN BARU

Simbol adalah bahasa lambang. Ia dapat ditafsirkan ke dalam berbagai ungkapan. Hal ini dilakukan para teolog Perjanjian Baru seperti Yohanes Sang Penginjil (3:14-15 => "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal"), juga Paulus Sang Rasul (I Kor. 10:9 => "Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular").

MEMBACA KASUS ULAR DALAM TRADISI PERJANJIAN BARU

a). Rasul Paulus menggunakan cerita simbol itu sebagaimana apa adanya, sama persis dengan narasi Israel di Gunung Hor dalam wilayah Edom. Mereka bersungut-sungut, dan akhirnya TUHAN Allah menyuruh ular-ular tedung memagut, sebuah gambaran realistis dari penghukuman Allah atas dosa manusia (HATI YANG SUKA BERSUNGUT).

b). Rasul Yohanes menggunakan ular tembaga dari narasi Israel di Gunung Hor sebagai SIMBOL yang menceritakan PENYALIBAN KRISTUS DAN KESELAMATAN. Kata Yesus, menurut Yohanes, "demikian juga ANAK MANUSIA harus ditinggikan, supaya setiap ORANG YANG PERCAYA kepada-Nya beroleh HIDUP KEKAL."

MAKNA SIMBOL DALAM BERITA INJIL KRISTUS

a). Jika kita yang telah diselamatkan tidak mengubah cara hidup : suka bersungut-sungut karena alasan sepele, tidak mau bersyukur atas berkat Allah; maka TUHAN akan menghukum, bagaikan Israel di Gunung Hor (Teologi Paulus dalam Surat Korintus).

b). Satu-satunya JALAN hanyalah PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS yang ditinggikan Allah di Golgota. Dari sanalah sumber kehidupan mengalir. Namun, jika menolak atau meragukannya, kita akan menghadapi bahaya yang mengancam kehidupan pribadi dan keluarga (Teologi Yohanes). Jadi JALAN satu satunya untuk keluar dari hukuman, karena hati yang bersungut-sungut adalah BERIMAN KEPDA YESUS KRISTUS....

Catatan : BERHATI HATILAH DALAM MENAFSIR, JIKA SALAH MENYAMPAIKAN BERITA, MAKA TERSESATLAH PIKIRAN UMAT !

Silahkan mendiskusikannya bersama teman atau anggota keluarga !

Medan - Hari Rabu, 23 Jabuari 2013.

Salam hormat & doaku

PENULIS

1 komentar:

  1. benar skali.. karena dr semua tahapan kisah atau narasi baik dr perjanjian lama samapai perjanjian baru semua disampaikan dlm bentuh simbol atau perumpamaan dan bahkan ketika yesus sdh ada,Dia sdh menjelaskan beberapa hal seperti beni..yg mengarah kepada penjelasan org yg mendengar firman..namun ada juga yg dia tdk jelaskan.. dan Dia mengatakan kepadamu di beri karunia untuk mengetahuinya... Memang sangat penting bagi tokoh agama atau pendeta untuk memamahami jg beberapa bahasa awal alkitab sprt bhs ibrani .. bahasa latin.. agar bs lebih memahami menjelaskn ke umat dlm bahasa indonesia.. Saya pribadi sering dlm perbincangan mengatakan seorang pendeta.. harusa memahami bahasa awal alkitab.. jgn hanya taunya baca kitab yg sudah berbahasa indonesia.

    BalasHapus