“MEMPERTEMUKAN
YESUS KEPADA SESAMA”
YOHANES 1 : 43 - 51
by
Arie A. R. Ihalauw
A. Pendahuluan
Sudah biasa
umat Kristen beranggapan, bahwa Injil – Injil bercerita tentang karya Allah
yang dijalankan oleh Yesus Kristus. Itu benar, tidak salah sedikitpun. Akan
tetapi muncul kekeliruan, jika mereka berpendapat bahwa Injil yang tertulis itu
diturunkan dari langit (pandangan teologi fundamentalis). Secara hurufiah Injil artinya “kabar
berita sukacita” yang disampaikan Allah melalui utusanNya.
Pengertian itu bisa membuahkan pandangan, bahwa Injil
itu berasal dari Allah. Benar. Dialah
Yesus Kristus, yang bekerja di dalam dunia dan di tengah
himpunan manusia.
Sementara Kitab-Kitab Injil (Markus, Matius, Lukas
dan Yohanes) bukan dituliskan dan bukan diturunkan dari sorga. Kitab-Kitab
Injil merupakan kumpulan cerita (narasi) yang dituliskan
oleh para penulis pada kurun waktu tertentu dalam kondisi masyarakat tertentu
pula. Dengan demikian, kita mengetahui dan, sekaligus,
memisahkan makna kata Injil yang adalah Kristus Yesus,
dari Kitab Injil yang adalah tradisi sastera kristen yang berisikan kumpulan cerita
tentang Yesus Kristus : hidup dan karyaNya.
Pembedaan
tersebut bertujuan membuka pemahaman baru, bahwa setiap
penulis Kitab Injil memiliki keunikan teologi sendiri. Oleh
karena itu, barangsiapa yang berkeinginan untuk memberitakannya, seharusnya,
mengenal gaya penulisan dan keunikan konsep teologi masing-masing
penulis. Marilah kita menelusuri gagasan teologi Rasul Yohanes melalui perikop
bacaan di bawah ini.
B. PERIKOP INJIL YOHANES
Pada
keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu Filipus,
dan berkata kepadanya: "Ikutlah
Aku!"
|
|
Filipus itu
berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.
|
|
Filipus
bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan
Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu
Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
|
|
Kata
Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret ?"
|
|
Kata Filipus
kepadanya: "Mari dan lihatlah !" Yesus melihat Natanael datang
kepadaNya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada
kepalsuan di dalamnya!"
|
|
Kata
Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus
kepadanya: "Sebelum
Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
|
|
Kata
Natanael kepadaNya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang
Israel!"
|
|
Yesus
menjawab, kata-Nya: "Karena
Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau
percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
|
|
Lalu kata
Yesus kepadanya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan
malaikat - malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."
|
C. PENJELASAN
Yohanes
mengisahkan percakapan orang-orang tentang perjumpaan mereka bersama Yesus,
orang Nazareth, yang disebut Kristus. Setelah Yesus mengajak
(memanggil) Andreas dan Petrus, Ia berjalan
menyisir wilayah Galilea (ay. 43 -> tidak disebut
nama kota / desanya) dan berjumpa
Filipus, yang tinggal sekota : Bethsaida, berama Andreas dan Petrus (ay. 44). Penulis
Yohanes kurang bercerita panjang lebar tentang isi percakapan dalam pertemuan Yesus dan Filipus. Ia menekankan ucapan Yesus : “Ikutlah Aku
!" (ay. 43), tanpa menjelaskan sikap Filipus. Akan tetapi ajakan Yesus amat
mempengaruhi Filipus, sehingga ia menceritakan pengalaman
pribadinya kepada Natanael, katanya : "Kami
telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan
oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret" (ay. 45).
Bagi penulis Yohanes, kalimat "Kami telah
menemukan Dia,...” memiliki makna mendalam. Rupanya, aktifitas
Yesus telah tersebar di seluruh Galilea, sehingga menimbulkan rasa penasaran
banyak orang ingin bertemu Dia. Banyak orang
ingin
mengenal
Dia, ingin berjumpa langsung dengan Yesus.
So pasti, Filipus juga ingin mengenalNya,
karena itu ia mencariNya, dan akhirnya berjumpa Dia. Pengalaman
interaksi itulah yang dikomunikasikan
Filipus kepada Natanael. Namun Natanael kurang tertarik, katanya : “Mungkinkah
sesuatu yang baik datang dari Nazareth ?” (ay.46). Mengapa Natanael
berpandangan seperti itu ? Karena Nazareth itu desa kecil, bukan kota besar di
Israel. Mana mungkin dari desa kecil muncul seorang pemimpin besar ? Begitulah
pikiran banyak orang pada waktu itu. Filipus tidak berhenti meyakinkan Natanael
datang kepadaNya (ay.47). Keduanya menjumpai
Yesus.
Ia berkata : “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak
ada kepalsuan di dalamnya !” (ay. 47b). Yang dimaksudkan Yesus :
Natanael adalah keturunan asli Israel yang masih berpikiran sama seperti
kebanyakan orang pada zamannya. Apakah pikiran orang Israel pada waktu itu ? Tidak percaya ucapan siapapun sebelum menyaksikan dengan
mata kepala sendiri. Natanael terkesima, karena mendengar ucapan
Yesus. Di dalam hal itulah muncul kekagumannya pada Yesus, orang Nazaret.
Simaklah katanya : “Bagaimanakah
Engkau mengenal Aku ?” (ay. 48a). Bisa jadi, secara psikologis, ucapan Yesus telah menumbuhkan kekaguman dan kepercayaan
Natanael akan diriNya.
Menjawab pertanyaan Natanael, Yesus berkata : “Aku
sudah melihat engkau, sebelum Filipun memanggilmu...” (ay. 48b).
Dalam kepercayaan orang Israel, jika seseorang “sudah
dapat melihat sesuatu keadaan
yang akan terjadi” pada sesamanya, ia disebut pelihat. Si pelihat
memiliki kekuatan ilahi yang dahsyat. Pengakuan akan hal itu
menggema dalam ucapan Natanael : “Rabbi, Engkau
Anak Allah, Engkau Raja Orang Israel !” (ay. 49). Di sini
penulis Yohanes menghubungkan Yesus pada nubuat Perjanjian Lama tentang
kedatangan Mesiah, Raja Yang Diutus dan Diurapi Allah.
D. POKOK TEOLOGI BAGI PEMBERITAAN FIRMAN
1. Gagasan-gagasan teologi itu selalu lahir
karena adanya perjumpaan, entahkah perjumpaan dengan
Allah, manusia juga lingkungan eko-sosialnya. Perjumpaan
dengan Allah merupakan kesempatan anugerah. Setiap orang yang
berjalan akan menemu-kan berbagai peristiwa baik buruk, susah senang, tawa
tangis, gagal berhasil dan seba-gainya. Pada keadaan itu tiap orang menggumuli :
mempertahankan dan memper-juangkan, kehidupan pribadi maupun keluarga. Hanya ada
dua kemungkinan : gagal atau berhasil. Dan, manusia lebih suka jika berhasil,
walaupun ia menyadari kekurangmam-puannya. Ketika ia gagal, muncullah
ketegangan. Di saat seperti ini, manusia mengha-rapkan bantuan entahkan dari
sahabat ataupun kekuatan ilahi. Sejauh manakah seorang sahabat akan
mengorbankan milinya demi keselamatan temannya ? Kemungkinannya amat kecil.
Lalu manusia berpaling pada kekuatan kuasa Allah. Inilah kesan
yang membekas dalam nurani orang beriman sepanjang perjalanan hidup.
Dan, oleh karena kesan itu, ia melukiskan
karya pembebasan ilahi sebagai panggilan menuju
hidup. Allah melihat semuanya sebelum terjadi, dan Dia tersenyum
penuh kasih, jika kita mengerti akan maksud dari rencanaNya yang baik.
2. Mengkomunikasikan
perjumpaan dengan Allah kepada sesama. Filipus yang berjumpa
dengan Yesus tidak berhenti di tengah jalan. Ia pergi menceritakan perjumpaan
itu kepada temannya. Natanael yang masih berpandangan tradisional, masih
setengah meragukan, akhirnya meringankan langkah menemui Yesus. Dan, Yesus
membebaskan-nya dari tradisi yang mematikan.
3. Orang Kristen diajak Yesus
menjadi komunikator Injil kepada sesama yang masih terikat tradisinya, akan menyulitkan sesamanya menemukan “jalan keselamatan”, yakni Yesus Kristus. Kita, orang Kristen,
seharusnya, menjadi fasilitator (komunikator) yang menjembatani pertemuan Yesus
dengan sesama dalam konteksnya.
SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
Medan – Sumatera Utara, Kamis – 31 Januari 2013
Salam Hormat
Penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar