Kamis, 31 Januari 2013

PEMBERITAAN FIRMAN dalam Kebaktian Keluarga - Rabu, 06 Pebruary 2013



“MEMPERTEMUKAN
YESUS KEPADA SESAMA
YOHANES 1 : 43 - 51

by
Arie A. R. Ihalauw

A.  Pendahuluan

Sudah biasa umat Kristen beranggapan, bahwa Injil – Injil bercerita tentang karya Allah yang dijalankan oleh Yesus Kristus. Itu benar, tidak salah sedikitpun. Akan tetapi muncul kekeliruan, jika mereka berpendapat bahwa Injil yang tertulis itu diturunkan dari langit (pandangan teologi fundamentalis). Secara hurufiah Injil artinya “kabar berita sukacita” yang disampaikan Allah melalui utusanNya. Pengertian itu bisa membuahkan pandangan, bahwa Injil itu berasal dari Allah. Benar. Dialah Yesus Kristus, yang bekerja di dalam dunia dan di tengah himpunan manusia.

Sementara Kitab-Kitab Injil (Markus, Matius, Lukas dan Yohanes) bukan dituliskan dan bukan diturunkan dari sorga. Kitab-Kitab Injil merupakan kumpulan cerita (narasi) yang dituliskan oleh para penulis pada kurun waktu tertentu dalam kondisi masyarakat tertentu pula. Dengan demikian, kita mengetahui dan, sekaligus, memisahkan makna kata Injil yang adalah Kristus Yesus, dari Kitab Injil yang adalah tradisi sastera kristen yang berisikan kumpulan cerita tentang Yesus Kristus : hidup dan karyaNya.

Pembedaan tersebut bertujuan membuka pemahaman baru, bahwa setiap penulis Kitab Injil memiliki keunikan teologi sendiri. Oleh karena itu, barangsiapa yang berkeinginan untuk memberitakannya, seharusnya, mengenal gaya penulisan dan keunikan konsep teologi masing-masing penulis. Marilah kita menelusuri gagasan teologi Rasul Yohanes melalui perikop bacaan di bawah ini.

B.  PERIKOP INJIL YOHANES

Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.
Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret ?"
Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah !" Yesus melihat Natanael datang kepadaNya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
Kata Natanael kepadaNya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat - malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

C.   PENJELASAN

Yohanes mengisahkan percakapan orang-orang tentang perjumpaan mereka bersama Yesus, orang Nazareth, yang disebut Kristus. Setelah Yesus mengajak (memanggil) Andreas dan Petrus, Ia berjalan menyisir wilayah Galilea (ay. 43 -> tidak disebut nama kota / desanya) dan berjumpa Filipus, yang tinggal sekota : Bethsaida, berama Andreas dan Petrus (ay. 44). Penulis Yohanes kurang bercerita panjang lebar tentang isi percakapan dalam pertemuan Yesus dan Filipus. Ia  menekankan ucapan Yesus : “Ikutlah Aku !" (ay. 43), tanpa menjelaskan sikap Filipus. Akan tetapi ajakan Yesus amat mempengaruhi Filipus, sehingga ia menceritakan pengalaman pribadinya kepada Natanael, katanya : "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret" (ay. 45).

Bagi penulis Yohanes, kalimat "Kami telah menemukan Dia,...” memiliki makna mendalam. Rupanya, aktifitas Yesus telah tersebar di seluruh Galilea, sehingga menimbulkan rasa penasaran banyak orang ingin bertemu Dia. Banyak orang ingin mengenal Dia, ingin berjumpa langsung dengan Yesus. So pasti, Filipus juga ingin mengenalNya, karena itu ia mencariNya, dan akhirnya berjumpa Dia. Pengalaman interaksi itulah yang dikomunikasikan Filipus kepada Natanael. Namun Natanael kurang tertarik, katanya : Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth ?” (ay.46). Mengapa Natanael berpandangan seperti itu ? Karena Nazareth itu desa kecil, bukan kota besar di Israel. Mana mungkin dari desa kecil muncul seorang pemimpin besar ? Begitulah pikiran banyak orang pada waktu itu. Filipus tidak berhenti meyakinkan Natanael datang kepadaNya (ay.47). Keduanya menjumpai Yesus.

Ia berkata : “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya !” (ay. 47b). Yang dimaksudkan Yesus : Natanael adalah keturunan asli Israel yang masih berpikiran sama seperti kebanyakan orang pada zamannya. Apakah pikiran orang Israel pada waktu itu ? Tidak percaya ucapan siapapun sebelum menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Natanael terkesima, karena mendengar ucapan Yesus. Di dalam hal itulah muncul kekagumannya pada Yesus, orang Nazaret. Simaklah katanya : “Bagaimanakah Engkau mengenal Aku ?” (ay. 48a). Bisa jadi, secara psikologis, ucapan Yesus telah menumbuhkan kekaguman dan kepercayaan Natanael akan diriNya.

Menjawab pertanyaan Natanael, Yesus berkata : “Aku sudah melihat engkau, sebelum Filipun memanggilmu...” (ay. 48b). Dalam kepercayaan orang Israel, jika seseorang sudah dapat melihat sesuatu keadaan yang akan terjadi” pada sesamanya, ia disebut pelihat. Si pelihat memiliki kekuatan ilahi yang dahsyat. Pengakuan akan hal itu menggema dalam ucapan Natanael : “Rabbi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja Orang Israel !” (ay. 49). Di sini penulis Yohanes menghubungkan Yesus pada nubuat Perjanjian Lama tentang kedatangan Mesiah, Raja Yang Diutus dan Diurapi Allah.

D.  POKOK TEOLOGI BAGI PEMBERITAAN FIRMAN

1. Gagasan-gagasan teologi itu selalu lahir karena adanya perjumpaan, entahkah perjumpaan dengan Allah, manusia juga lingkungan eko-sosialnya. Perjumpaan dengan Allah merupakan kesempatan anugerah. Setiap orang yang berjalan akan menemu-kan berbagai peristiwa baik buruk, susah senang, tawa tangis, gagal berhasil dan seba-gainya. Pada keadaan itu tiap orang menggumuli : mempertahankan dan memper-juangkan, kehidupan pribadi maupun keluarga. Hanya ada dua kemungkinan : gagal atau berhasil. Dan, manusia lebih suka jika berhasil, walaupun ia menyadari kekurangmam-puannya. Ketika ia gagal, muncullah ketegangan. Di saat seperti ini, manusia mengha-rapkan bantuan entahkan dari sahabat ataupun kekuatan ilahi. Sejauh manakah seorang sahabat akan mengorbankan milinya demi keselamatan temannya ? Kemungkinannya amat kecil. Lalu manusia berpaling pada kekuatan kuasa Allah. Inilah kesan yang membekas dalam nurani orang beriman sepanjang perjalanan hidup. Dan, oleh karena kesan itu, ia melukiskan karya pembebasan ilahi sebagai panggilan menuju hidup. Allah melihat semuanya sebelum terjadi, dan Dia tersenyum penuh kasih, jika kita mengerti akan maksud dari rencanaNya yang baik.

2. Mengkomunikasikan perjumpaan dengan Allah kepada sesama. Filipus yang berjumpa dengan Yesus tidak berhenti di tengah jalan. Ia pergi menceritakan perjumpaan itu kepada temannya. Natanael yang masih berpandangan tradisional, masih setengah meragukan, akhirnya meringankan langkah menemui Yesus. Dan, Yesus membebaskan-nya dari tradisi yang mematikan.

3.   Orang Kristen diajak Yesus menjadi komunikator Injil kepada sesama yang masih terikat tradisinya, akan menyulitkan sesamanya menemukan “jalan keselamatan”, yakni Yesus Kristus. Kita, orang Kristen, seharusnya, menjadi fasilitator (komunikator) yang menjembatani pertemuan Yesus dengan sesama dalam konteksnya.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN

Medan – Sumatera Utara, Kamis – 31 Januari 2013

Salam Hormat

Penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar