Kamis, 24 Januari 2013

Mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan gagasan "ESKATOLOGI" dalam Alkitab Perjanjian Lama (PENDAHULUAN)


MENDALAMI TEOLOGI ALKITABIAH MEMPERKAYA WAWASAN IMAN

Sengaja saya memposting tulisan ini kepada rekan-rekan sepelayanan(presbiter), khususnya Majelis Jemaat GPIB KASIH KARUNIA di Medan, sebagai bahan bacaan untuk memperkaya wawasan iman kalian demi meningkatkan pengenalan Warga Jemaat tentang EKLESIOLOGI (hal-hal yang terjadi di zaman akhir). Saya akan mengupasnya sesuai kesaksian Perjanjian Lama, menurut masa kerja para Nabi di israel dan Yerusalem - Yehuda :

Memahami Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Gagasan Teologi tentang EKLESIOLOGI dalam Perjanjian Lama

BE-‘AHARIT HA-YAMIM

(“di dlam masa yang akan datang”, “pada masa depan”)

by 
PUTERA SANG FAJAR

A. Pendahuluan.

So pasti, telah banyak uraian yang dibaca dari berbagai buku yang dituliskan para penulis tentang ‘eskatologi’; akan tetapi tak ada salahnya juga artikel ini disimak sebagai pembanding. Mudah – mudahan menambah pengetahuan.

“Eskatologi” berasal dari kosa kata Yunani yang diterjemahkan : “hal-hal terakhir, peristiwa-peristiwa terakhir.” Kata “terakhir” menunjuk pada takdir yang dijalani manusia secara kolektif maupun individual”. Bisa juga diartikan : “Akhir dari sejarah manusia” atau “akhir dari sejarah sebuah bangsa.”

B. Be’-aharit ha-yamim sebagai konsep Teologi Agama Israel 

Umumnya Alkitab Perjanjian Lama tak memiliki kata yang melukiskan gagasan ‘eskatologi’. Kata Ibrani yang dipakai : “aharit ha-yamim’, sering berkonotasi ‘eskatologi.’ Diterjemahkan ‘hari-hari terakhir’ atau ‘akhir zaman.’ Gagasan itu berlatarbelakangkan istilah Akadian ‘ina ahrat umi’ (terj. dalam waktu yang akan datang). Kadang-kadang dalam Alkitab Ibrani, frasa ‘be-‘aharit ha-yamim’ diterjemahkan ‘pada masa depan, dalam waktu yang akan datang,’ tanpa berkonotasi eskatologi. Oleh karena itu, selayaknya penafsir memperhatikan secara teliti maksud penulis kitab, seperti dalam ayat ini : “Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari (Ibr. aharit), maka engkau akan kembali kepada TUHAN, Allahmu, dan mendengarkan suara-Nya.” [Ul. 4:30; bd. 31:29 => “...Sebab itu di kemudian hari (Ibr. aharit) malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN,...”; Yer. 29:11 => “... untuk memberikan kepadamu hari depan (Ibr. aharit) yang penuh harapan. ...”]. Nabi-nabi, namun ketiga kasus tersebut hanya merupakan kekecualian saja, selebihnya frasa ‘be-aharit ha-mayim’ berkonotasi eskatologis. Tergantung pada ayat / pasal di mana frasa itu ditemukan.

Menjelang runtuhnya Bait Allah Yerusalem, terjadi perkembangan bahasa, di mana para penulis menggunakan : ‘kes (qes) ha-yamim’ untuk menunjukkan langsung pada peristiwa eskatologi (Dan.12:13b => “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman;” bd. Dan. 8:17; 11:35, 40; 12:4,9, di mana ada tambahan artikel ‘et qes’). 

Beberapa pakar biblika berpendapat, bahwa eskatologi Agama Israel sejajar dengan gagasan yang sama dalam budaya-agama-suku sekitarnya : Mesir dan Babilonia. Pandangan itu didasarkan atas hubungan historis antara Israel dan Mesir serta Babilonia. Kemudian hari gagasan tersebut dikembangkan, pada masa pra propetik => nabi-nabi => post propetik (sesudah nabi-nabi). Salah satu contoh : Kitab Daniel. Dalam kitab ini kita dapat membaca pengaruh konsep eskatologi dari Agama Persia, sebagai sebuah kemungkinan saja.

Perlu diperhatikan, kita sulit mengkategorikan beberapa nubuatan tentang eskatologi. Hal ini terpaut pada nubuatan nabi-nabi pra-eksilis tentang penghancuran Yerusalem dan pembuangan umat Israel. Walaupun kurang ada kriteria tentang ‘waktu’, di mana nubuatan itu diucapkan; akan tetapi secara umum kita dapat menyimpulkan masalah pewaktuannya terkait masa kerja sang nabi.

C. Be’-aharit ha-yamim dalam Kitab Nabi – Nabi Perjanjian Lama

Demi menngenal pemunculan gagasan eskatologis berkembang dalam Teologi Agama Israel Kuno, maka kita perlu mengelompokkan pewaktuan, agar memudahkan penelitian. Ada beberapa masa, yakni : periode pre propetik (masa sebelum nabi-nabi muncul), nubuatan tentang eskatologi dalam nabi-nabi pra-eksilis dan nabi-nabi pos-eksilis. 

C.1. Periode Pra-eksilis

Abraham bersama, keturunan-nya yang kemudian menyebut diri bene Yisrael (Bani Israel), menyembah TUHAN selaku ‘Allah yang hidup’. Bagi mereka TUHAN, Dialah Allah yang berperan aktif dalam sejarah umatNya. Mereka sadar akan fakta, bahwa Allah telah membuatnya menjadi ‘umat pilihan.’ Dia, TUHAN Allah Israel, bukan saja yang dikhususkan dan mengkhususkan diri dalam ikatan dengan umat pilihanNya; tetapi juga dengan alam semsta (universalisme Allah). Dia memerintahi umat manusia. Israel menyembahNya sebagai Allah Mahaadil yang menjamin kehidupan dan menghukum semua orang menurut kebaikan dan keburukan etis-moral. 

Berdasarkan ikatan perjanjianNya Allah mengikatkan Diri kepada umat pilihan; sekaligus setia pada janjiNya [Simak konsep teologi Agama Israel Kuno terkait ‘emeth’ atau ‘emunah’ (kesetiaan) dan ‘chesed’ (kemurahan, kasih karunia)]. Hal itu ditunjukkan pada saat Israel mengalami kesengsaraan, Dia mengutus ‘juruselamat’, seperti Musa dan Yoshua, termasuk hakim-hakim, dan secara khusus Raja Daud sebagai ‘orang yang ditunjuk’ (Massi’ah, Raja Yang Diurapi TUHAN) yang menerima perjanjian kekal (II Sam. 7 : 11 – 16). 

Hubungan Allah <-> Israel dilanjutkan terus sampai ke masa depan, yang dituliskan dalam kitab-kitab, dan yang disebut ‘tulisan’ para nabi (dibedakan dari Eliah dan Elisa). Di situlah dasar pengharapan umat pilihan akan masa depan yang akan datang. Dengan demikian kita mengetahui, bahwa subtansi pemberitaan Israel tentang eskatologi terletak pada pemahaman iman mereka tentang umat yang dipilih oleh Allah. Di dalamnya Israel percaya, bahwa melalui mereka Allah membangun kekuatan pemerintahannya atas umat manusia dan alam semesta.

C.2. Konsep Eskatologi Israel dalam Periode Nabi-Nabi Pra-eksilis

Di antara nabi-nabi Israel yang meninggalkan nubuatan tertulis adalah Nabi Amos dan Nabi Hosea. Nubuatan mereka diucapkan sebelum keruntuhan Kerajaan Israel Utara (thn. 722 sb. Masehi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar