Sabtu, 26 Januari 2013

Teologi Sosial - KEKRISTENAN DAN KEBUDAYAAN bahagian Pertama




Bahagian 1

KRISTUS & BUDAYA

By
Putera Sang Fajar

PENDAHULUAN

Mengapa kita perlu membahas topik Kristus dan Budaya ? Hal itu dikarenakan situasi-kondisi globalisasi yang sedang melanda bangsa-bangsa dan umat manusia masa kini dan gelombangnya akan masih terus berlangsung sampai masa depan. Banyak orang kristen (bc, warga jemaat) mengalami kesulitan menjawab persoalan keseharian yang terkait Iman dan Budaya. Katakanlah, dapatkah Gereja menikahkan seorang kristen yang telah bercerai hidup ? So pasti, muncul ketegangan serius, karena pemerintah telah mengesahkan perkawinan itu bubar. Pada pihak lain, orang kristen mengutip perkataan Yesus : “Hanya maut yang memisahkan.” Akhirnya lahirlah kubu pro dan kontra terhadap fenomena pemberkatan nikah seseorang yang telah bercerai hidup.

Globalisasi merupakan salah satu fenomena sekularisme. Globalisasi merupakan arus budaya yang melanda seluruh aspek kehidupan masyarakat-bangsa, di dalamnya orang-orang kristen menjalankan ibadahnya kepada Allah dan sesama. Jika seseorang menolak / melawan arus globalisasi berdasarkan iman, ia akan diterjang sampai tak berkutik. Sementara jika mengikuti, ia akan dianggap kolot. Dengan demikian seorang kristen akan membuat pilihan. Dan, hal itu amat dilematis. Masyarakat saat ini sedang kebingungan, karena banyak khotbah yang meninabobokan, seakan-akan sudah berada dalam suasana sorgawi; tetapi secara nyata masih bergumul di dunia. Ada perang antara sekularisme dan agama.

Saya teringat akan salah seorang pakar teologi kristen : H. Richard Niebuhr. Ia menuliskan pandangannya dalam sebuah buku berjudul CHRIST AND CULTURE. Walaupun bukunya telah lama tak dibahas, namun pemikirannya masih aktual, terutama ketika kita membahas globalisasi dan iman kristen saat ini. Menurut penyimakan saya, H Richard Niebuhr mengemukakan pendekatan etis (paradigma) untuk mengatasi masalah : hubungan Kristus dan Budaya.  Hal itu masih relevan sampai sekarang.

A. Kristus bertentangan dengan kebudayaan
B. Kristus dalam Budaya
C. Kristus di atas Budaya
D. Kristus dan Budaya dalam paradoks
E. Kristus trasformator budaya

Ad.A.  KRISTUS BERTENTANGAN DENGAN BUDAYA

Pandangan ini cukup dipegang sebagian besar orang kristen tradisional / konservatif. Masih ada dalam sikap fundamentalis kristen. Menurut pandangan ini, Kristus bukan / tidak sama dengan budaya. Keduanya saling bertentangan. Mereka sering memakai kesaksian Alkitab untuk membenarkan pendapatnya. Budaya dilihat sebagai ‘Iblis / Setan’ yang menggodanya untuk mengkhianati Allah. Bapa Gereja, Tertulianus, adalah tokoh Gereja yang mendukung pemahaman ini.

Ad.B.  KRISTUS DALAM BUDAYA.

Ada beberapa gagasan dalam topik ini. Pertama, kekristenan menjadi satu kesatuan dengan kebudayaan. Katakanlah contoh, ketika perang dijalankan untuk merebut kembali kota suci Yerusalem dari kekuasaan Disnasti Otoman – Turki, maka pemuka agama kristen di Eropa menyatakan, bahwa upaya itu adalah Perang Suci sesuai kehendak Allah untuk membebaskan tanah suci dari penjajahan Islam (Simaklah juga pendapat Eusebius, Bapa Gereja, dari Kaesarea, yang mengeluarkan pernyataan terkait sikap Kaisar Konstantius untuk mengkristenisasikan budaya Roma).

Kedua, secara tersirat pendekatan (paradigma) ini membenarkan pandangan, bahwa ada gagasan-gagasan teologi Mesiah (Kristus) dalam budaya masyarakat lokal; misalnya, ramalan Joyoboyo terkait Zaman Baru, di mana Ratu Adil akan datang ke dunia (aliran kebathinan / kepercyaan Jawa), dan atau konsep tentang kepercayan Islam – Ahmadiyah terkait Mirza Ghulam Achmad yang akan datang ke dunia. Tradisi seperti ini dapat menjadi masalah dalam pemberitaan ‘kabar sukacita.’

Oleh karena itu, seorang kristen membutuhkan penjelasan akurat mengenai Kristus dan Kebudayaan Lokal, supaya tidak ‘tersesat.’

Ad.C.  KRISTUS DI ATAS KEBUDAYAAN.

Pandangan ini memahami kedudukan Kristus di atas kebudayaan. Kristus lebih tinggi dari pada budaya manusia. Meskipun demikian ada juga ‘jalan masuk’ dari Kristus ke dalam kebudayaan. Namun tidak terjadi percampuran (akulturasi atau sinkritisme). Banyak orang kristen berpendapat demikian, Kristus berada jauh di atas kebudayaan; dan oleh karena itu, Gerejapun berkedudukan setingkat lebih tinggi dari kebudayaan. Di antara orang kristen yang berpendirian, termasuk Clement dari Alexandria dan Thomas Aquinas.

Ad.D.  KRISTUS DAN KEBUDAYAAN DALAM PARADOKS.

Sementara itu ada pula orang kristen yang mengatakan : “Kita ada di dalam dunia, tetapi bukan dari dunia. Kita selalu berada dalam ketegangan (tension) dalam situasi seperti ini sampai dunia ini berakhir.” Kadang orang-orang ini tidak dapat mengerti maknanya, dan atau menerima pandangan itu tanpa bertanya, sebab mereka menghubungkannya pada ucapan Yesus. Pada dasarnya orang-orang ini berpikir, “ia berada dalam situasi tidak menyenangkan. Memang ia harus berada dalam dunia, dan harus menjadi kristen. Hidup berdampingan dengan dunia.”

Ad.E.  KRISTUS TRANSFORMATOR BUDAYA.

Pendekatan terakhir menyoroti peran “Kristus selaku transformator budaya”. Pandangan ini mengatakan, bahwa kehadiran Kristus, Gereja dan kekristenan dalam dunia untuk mentransformatikan dunia, membuat dunia bertobat. Agustinus, Bishop dari Hyppo, menjadi salah satu penganjurnya. Dan Yohanes Calvin pun mengikuti jejak Bapa Gereja itu.

PENDAPAT H. R. NIEBUHR

Meskipun H Richard mengajukan pendekatan kristen terhdap kebudayaan demikian; akan tetapi ia sendiri tidak memilih satu di antara kelima pendekatan tersebut. Ketika ia ditanyai, jawabnya : “Saya tidak dapat memilih satu di antara yang lain. Sulit sekali. Walaupun saya memilih yang kelima sesuai pandangan teologisku : Kristus sebagai Transformator Budaya. Namun saya percaya akan kedaulatan Allah. Sering saya menyetujui pendekatan pertama : Kristus melawan kebudayaan; oleh karena saya menemukan dunia ini terlalu jahat, dan saya menyaksikan bahwa transformasi tidak terjadi ke arah kebaikan. Jadi saya tidak dapat memberikan pendapat yang terbaik.”

Bersambung....

2
BAGAIMANAKAH SIKAP KRISTEN
TERHADAP KEBUDAYAAN SAAT INI

Medan – Sabtu Malam, 26 Januari 2013

SALAM DAN DOAKU

Penulis.

1 komentar: