ADA BANYAK ORANG KRISTEN
BERPENDAPAT, BAHWA SEORANG KRISTEN BUKANLAH PERAMAH (asalkan tidak RAJIN
MENJAMAH), BENAR ! AKAN TETAPI MEMARAHI SESEORANG YANG BERBUAT SALAH MERUPAKAN
SIKAP YANG WAJAR, KARENA JIKA IA TIDAK DIMARAHI, IA TIDAK AKAN MENYADARI
PERBUATANNYA, DAN MALAHAN BERKANJANG DALAM DOSA.
ADA ORANG YANG MEMARAHI ANAK TEPAT PADA WAKTU DAN
TEMPATNYA. ADA ORANG YANG MEMARAHI ORANG LAIN, KARENA KEKESALAN DAN KESALAHAN
SENDIRI. ADA ORANG YANG MEMAKAI PENYAKIT SEBAGAI ALASAN UNTUK MEMBENARKAN SIFAT
JELEKNYA. KITA PATUT BELAJAR MEMISAHKAN DAN MEMILAHKAN HAL-HAL ITU, SUPAYA KITA
MENJADI ORANG BERHIKMAT.
MEMARAHI ANAK-ANAK NAKAL ADALAH PERBUATAN TERPUJI. NAMUN
KEMARAHAN BUKANLAH SIFAT ORANG KRISTEN.
Hai anak-anakku…, marilah mendekat di
sampingku, agar aku mengajarkan apa yang patut kaulakukan sepanjang perjalanan
menunju masa depan.
a). Anak-anakku, janganlah engkau mendengar kata-kata bohong : “Jangan marah terhadap seorang yang berbuat salah, tetapi
kasihilah dia” Aku menasihatimu, anak-anakku. Marahilah orang
yang membuat kesalahan. Tegurlah dengan kerasa, karyawan yang merugikan
perusahan. Peringatkan siapapun yang melakukan kejahatan, supaya jiwanya
dimenangkan dari penghukuman Allah. Lihatlah dan contohilah
Allah ! Dia memarahi Israel, anak-anakNya, yang berbuat dosa
melawan kehendakNya.
b). Memarahi yang bersalah adalah keharusan orang
tua kepada anak-anak; pimpinan kepada bawahan. Marah merupakan
sikap yang wajar. Dalam hal itu, hendaklah engkau ingat, bahwa memarahi
seseorang yang serong tindakannya, bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki
kelakuannya.
Ingatlah…,
bagaimana aku memarahimu, ketika berbuat kekeliruan, supaya segera membenahi
perilakumu yang membawa engkau menaiki tangga kesuksesan.
c). Camkanlah, hai anak-anakmu, kemaharan tidak
boleh didasarkan atas rasa benci dan pelampiasan emosi, hal itu
merupakan keinginan daging yang menyebabkan engkau berdosa. Apakah bedanya dengan
orang yang berbuat kejahatan ?
d). Anak-anakku, janganlah engkat mengakhiri sebuah kemarahan di dalam
doa, sebab hal itu tidak dikehendaki Allah. Karena biasanya orang Nasrani
selalu mengakhiri segala sesuatu oleh dosa, padahal tangannya belum berdamai
dengan sesama yang dimarahinya.
e). Alkisah, ada pemimpin yang memanggil bawahannya, lalu memaksakan
kehendak sendiri. Saat itu terjadi perdebatan sengit. Tidak ada jalan keluar
atas masalah yang didiskusikan. Akhirnya sang pemimpin menyuruh bawahannya berdoa
menutup percakapan. Bawahan itu menolak suruhan, sambil mempertahankan kebenaran
hukum dan kesaksian Alkitab yang dipegangnya. Kemudian pemimpin bergosip ria
untuk menjatuhkan bawahan, yang menurutnya, berlaku tak etis. Bawahannya
berkata : “Isa Al-Masih berkata : Berdamailah dahulu
sebelum engkau membawa persembahanmu. Menghormati ucapan Isa Al-masih, saya
tidak mau berbua dosa dengan berpura-pura saleh, padahal hati sedang marah dan
tanganpun belum berjabat-damai” (bd. Mat. 5:23-26).
f). Janganlah engkau mengada-adakan alasan, karena kesehatanmu
terganggu sehingga engkau marah. Sebab jika hal itu terjadi berulang-ulang,
maka kemarahanmu tidaklah bermanfaat membangun kepribadian sesamamu. Nyatakan
kesalahan sesamamu secara jujur. Berterus teranglah, agar sesamamu menginsyafi,
menyesali, lalu memperbaiki sikapnya. Dengan demikian engkau telah memenangkan
jiwanya dari hukuman Allah.
f). Hai anak-anakku, ingatlah nasihat ayahmu : “Jika
engkau marah, kemukakan pada waktu yang tepat, tempat yang aman, cara yang baik,
kata-kata yang santun. Sebab hal itu akan membuat sesamamu merasa dicintai, serta
tidak diperlakukan sebagai seorang musuh.” Demikianlah
engkau menyelamatkan orang itu dari kegagalan.
g). Janganlah engkau kesal karena perbuatan orang bodoh. Janganlah
memarahi sesamamu sebelum engkau mendengarkan alasannya (bd. Yak. 1:19), supaya
engkau tidak dihina melainkan dihormati sebagai orang bijak. Pimpinan yang memarahi bawahan, tanpa mendengar
alasan-alasan, adalah orang yang bebal tetapi berlagak pandai.
h). Hendaklah hatimu bersih dan janganlah engkau memendam kemarahanmu
(bd. Maz. 4:5), karena hal itu akan mendatangkan malapetaka ke atas dirimu.
Selesaikan kemarahanmu pada hari itu juga, dan janganlan melanjutkan sampai
hari esok (bd. Eps. 4:26), karena TUHAN akan memandang engkau sebagai pendosa.
i). Ingatlah, janganlah engkau mengumbar kemarahanmu dengan
semena-mena, karena pada akhirnya hal itu akan membawa engkau ke pengadilan.
Hai
anak-anakku, berlakulah bijak menurut kesaksian Alkitab, dan janganlah engkau
menjadi pemimpin yang pandir. Sebab engkau akan dihina dan dicemooh banyak
orang. Perhatikanlah semua nasihat ayahmu, supaya engkau mendapat penghargaan dalam
pandangan Allah dan dihormati sesamamu.
DOA MEMOHON HIKMAT BAGI
ANAK-ANAKKU
Ya TUHAN, Allah bapakku !
Hamba Aku memuliakan namaMu
sepanjang hari. Hamba mengatur sesembahan di pagi hari; dan bila malam tiba
pujianku naik ke hadiratmu sebelum hamba beristirahat.
Hari ini hamba bersujud memohon,
kiranya Engkau mengaruniakan hikmatMu, agar anak-anakku mengenal Dikau sebagai
sumber pengetahuan, serta berjalan menurut langkah-langkah yang Kaukehendaki.
Ya Allahku…,
Tenangkanlah pikiran dan
kuasailah hati, supaya mereka dapat mengendalikan diri pada saat sedang marah
dan kesal. Hiburkanlah mereka, ya Tuhan. Sebab Dikaulah satu-satunya Allah yang
telah menyatakan diri di dalam nama Yesus Kristus. Amin
Medan – Sumatera Utara
Hari Selasa – 08 Mei 2012
PUTRA SANG FAJAR
Arie Ihalauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar