Senin, 07 Mei 2012

33. MARAH, KEMARAHAN dan PEMARAH _ Etika Kepribadian Kristen


      ADA BANYAK ORANG KRISTEN BERPENDAPAT, BAHWA SEORANG KRISTEN BUKANLAH PERAMAH (asalkan tidak RAJIN MENJAMAH), BENAR ! AKAN TETAPI MEMARAHI SESEORANG YANG BERBUAT SALAH MERUPAKAN SIKAP YANG WAJAR, KARENA JIKA IA TIDAK DIMARAHI, IA TIDAK AKAN MENYADARI PERBUATANNYA, DAN MALAHAN BERKANJANG DALAM DOSA.

       ADA ORANG YANG MEMARAHI ANAK TEPAT PADA WAKTU DAN TEMPATNYA. ADA ORANG YANG MEMARAHI ORANG LAIN, KARENA KEKESALAN DAN KESALAHAN SENDIRI. ADA ORANG YANG MEMAKAI PENYAKIT SEBAGAI ALASAN UNTUK MEMBENARKAN SIFAT JELEKNYA. KITA PATUT BELAJAR MEMISAHKAN DAN MEMILAHKAN HAL-HAL ITU, SUPAYA KITA MENJADI ORANG BERHIKMAT.

   MEMARAHI ANAK-ANAK NAKAL ADALAH PERBUATAN TERPUJI. NAMUN KEMARAHAN BUKANLAH SIFAT ORANG KRISTEN.

      Hai anak-anakku…, marilah mendekat di sampingku, agar aku mengajarkan apa yang patut kaulakukan sepanjang perjalanan menunju masa depan.

a).  Anak-anakku, janganlah engkau mendengar kata-kata bohong : “Jangan marah terhadap seorang yang berbuat salah, tetapi kasihilah dia” Aku menasihatimu, anak-anakku. Marahilah orang yang membuat kesalahan. Tegurlah dengan kerasa, karyawan yang merugikan perusahan. Peringatkan siapapun yang melakukan kejahatan, supaya jiwanya dimenangkan dari penghukuman Allah. Lihatlah dan contohilah Allah ! Dia memarahi Israel, anak-anakNya, yang berbuat dosa melawan kehendakNya.

b).  Memarahi yang bersalah adalah keharusan orang tua kepada anak-anak; pimpinan kepada bawahan. Marah merupakan sikap yang wajar. Dalam hal itu, hendaklah engkau ingat, bahwa memarahi seseorang yang serong tindakannya, bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki kelakuannya.

      Ingatlah…, bagaimana aku memarahimu, ketika berbuat kekeliruan, supaya segera membenahi perilakumu yang membawa engkau menaiki tangga kesuksesan.

c).  Camkanlah, hai anak-anakmu, kemaharan tidak boleh didasarkan atas rasa benci dan pelampiasan emosi, hal itu merupakan keinginan daging yang menyebabkan engkau berdosa. Apakah bedanya dengan orang yang berbuat kejahatan ?

d).  Anak-anakku, janganlah engkat mengakhiri sebuah kemarahan di dalam doa, sebab hal itu tidak dikehendaki Allah. Karena biasanya orang Nasrani selalu mengakhiri segala sesuatu oleh dosa, padahal tangannya belum berdamai dengan sesama yang dimarahinya.

e).  Alkisah, ada pemimpin yang memanggil bawahannya, lalu memaksakan kehendak sendiri. Saat itu terjadi perdebatan sengit. Tidak ada jalan keluar atas masalah yang didiskusikan. Akhirnya sang pemimpin menyuruh bawahannya berdoa menutup percakapan. Bawahan itu menolak suruhan, sambil mempertahankan kebenaran hukum dan kesaksian Alkitab yang dipegangnya. Kemudian pemimpin bergosip ria untuk menjatuhkan bawahan, yang menurutnya, berlaku tak etis. Bawahannya berkata : “Isa Al-Masih berkata : Berdamailah dahulu sebelum engkau membawa persembahanmu. Menghormati ucapan Isa Al-masih, saya tidak mau berbua dosa dengan berpura-pura saleh, padahal hati sedang marah dan tanganpun belum berjabat-damai” (bd. Mat. 5:23-26).  

f).   Janganlah engkau mengada-adakan alasan, karena kesehatanmu terganggu sehingga engkau marah. Sebab jika hal itu terjadi berulang-ulang, maka kemarahanmu tidaklah bermanfaat membangun kepribadian sesamamu. Nyatakan kesalahan sesamamu secara jujur. Berterus teranglah, agar sesamamu menginsyafi, menyesali, lalu memperbaiki sikapnya. Dengan demikian engkau telah memenangkan jiwanya dari hukuman Allah.

f).   Hai anak-anakku, ingatlah nasihat ayahmu : “Jika engkau marah, kemukakan pada waktu yang tepat, tempat yang aman, cara yang baik, kata-kata yang santun. Sebab hal itu akan membuat sesamamu merasa dicintai, serta tidak diperlakukan sebagai seorang musuh.” Demikianlah engkau menyelamatkan orang itu dari kegagalan.

g). Janganlah engkau kesal karena perbuatan orang bodoh. Janganlah memarahi sesamamu sebelum engkau mendengarkan alasannya (bd. Yak. 1:19), supaya engkau tidak dihina melainkan dihormati sebagai orang bijak. Pimpinan yang memarahi bawahan, tanpa mendengar alasan-alasan, adalah orang yang bebal tetapi berlagak pandai.

h).  Hendaklah hatimu bersih dan janganlah engkau memendam kemarahanmu (bd. Maz. 4:5), karena hal itu akan mendatangkan malapetaka ke atas dirimu. Selesaikan kemarahanmu pada hari itu juga, dan janganlan melanjutkan sampai hari esok (bd. Eps. 4:26), karena TUHAN akan memandang engkau sebagai pendosa.

i).   Ingatlah, janganlah engkau mengumbar kemarahanmu dengan semena-mena, karena pada akhirnya hal itu akan membawa engkau ke pengadilan.

      Hai anak-anakku, berlakulah bijak menurut kesaksian Alkitab, dan janganlah engkau menjadi pemimpin yang pandir. Sebab engkau akan dihina dan dicemooh banyak orang. Perhatikanlah semua nasihat ayahmu, supaya engkau mendapat penghargaan dalam pandangan Allah dan dihormati sesamamu.

DOA MEMOHON HIKMAT BAGI ANAK-ANAKKU

Ya TUHAN, Allah bapakku !
Hamba Aku memuliakan namaMu sepanjang hari. Hamba mengatur sesembahan di pagi hari; dan bila malam tiba pujianku naik ke hadiratmu sebelum hamba beristirahat.

Hari ini hamba bersujud memohon, kiranya Engkau mengaruniakan hikmatMu, agar anak-anakku mengenal Dikau sebagai sumber pengetahuan, serta berjalan menurut langkah-langkah yang Kaukehendaki.

Ya Allahku…,
Tenangkanlah pikiran dan kuasailah hati, supaya mereka dapat mengendalikan diri pada saat sedang marah dan kesal. Hiburkanlah mereka, ya Tuhan. Sebab Dikaulah satu-satunya Allah yang telah menyatakan diri di dalam nama Yesus Kristus. Amin

Medan – Sumatera Utara
Hari Selasa – 08 Mei 2012

PUTRA SANG FAJAR
Arie Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar