Syarat Masuk Sorga
PANGGILAN UNTUK
IKUT MENDERITA BAGI ALLAH
Justru karena itu kamu harus
dengan sungguh-sungguh
berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu
kebajikan…
II PETRUS 1 : 5
DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA,
HARI SELASA – 22 MEI 2012
OLEH
PUTERA SANG FAJAR
Arie A. R. Ihalauw
-----ooo00ooo-----
A. PENGANTAR
Ajaran Calvinis sesuai kesaksian Kitab Suci
(Perjanjian Baru) menyatakan :
1. “Hanya oleh iman manusia diselamatkan” (saved only by faith).
2. Ada pula yang
menyatakan : “Oleh iman
manusia diselamatkan” (Saved by
faith).
Meskipun kedua kalimat kelihatan sama, tetapi
berbeda maknanya. Dalam kalimat 1 dipakai kata ‘hanya’, sedangkan
kalimat 2 menggunakan tidak memakai istilah ‘hanya’. Kalimat pertama
memiliki pengertian yang terbuka dan cukup luas, sementara kalimat 2 bersifat
tertutup dan tidak terbuka bagi kemungkinan lainnya.
Di dalam kalimat ke – 1 terkandung makna,
bahwa siapapun yang ingin diselamatkan WAJIB memiliki IMAN kepada Allah yang
dikenal melalui pekerjaan Yesus Kristus. Orang itu WAJIB mengakui Yesus Kristus
selaku Tuhan dan Juruselamat (bd. Kis. 4:12; 8:37). Kalimat 1 secara tersurat
maupun tersirat tidak memberikan kemungkinan lain untuk diselamatkan.
Sementara dalam kalimat 2 tidak menuliskan
kata bersyarat (HANYA). Persoalan yang perlu didalami :
1.
Apakah
naskah Perjanjian Baru memakai rumusan kalimat 1 --- “Hanya
oleh iman manusia diselamatkan” --- ataukah kalimat 2 : “Oleh
iman manusia diselamatkan” ?
2.
Adakah
maksud yang melatarbelakangi penekanan kata ‘hanya’ dan tidak menggunakan istilah tersebut ?
MAKNA
KALIMAT “JUSTIFIED BY FAITH.” Sesungguhnya,
jika mempelajari secara seksama tulisan-tulisan di dalam Perjanjian Baru, maka
kita akan menemukan kecenderungan berpikir teologi Kristen-Israeli dan Kristen
Non-Israeli. Pihak pertama, Kristen-Israeli (Kristen-Yudais) masih memegang
teguh pemberlakuan Taurat Musa, meskipun mereka juga mengakui akan karya Yesus
Kristus sebagai anugerah Allah. Hal ini tergambar jelas dalam tulisan Injil
menurut kesaksian Matius. Secara tersirat Injil Matius menceritakan perdebatan
tajam antara kedua kelompok tersebut : Kristen-Israeli ctr. Non-Israeli
mengenai status Yesus Kristus dan penghormatan kepada Hukum Taurat.
Kalimat ke-2, sesungguhnya, digunakan oleh
orang Kristen sekarang, karena penyimakan atas tulisan Rasul Paulus secara
harfiah :
“Jika
demikian, apakah dasarnya untuk bermegah ? Tidak ada ! Berdasarkan apa ?
Berdasarkan perbuatan ? Tidak, melainkan berdasarkan iman ! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan
karena
iman (BE JUSTIFIED BY FAITH), dan bukan
karena ia melakukan hukum Taurat” (Not by doing the Law -> ROMA 3 :
27 – 28).
“Sebab itu,
kita yang dibenarkan
karena iman (BE JUSTIFIED BY
FAITH), kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena
Tuhan kita, Yesus Kristus” (ROMA 5 : 1).
“Kitab Suci,
yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang
bukan Yahudi oleh
karena iman,…” (GAL. 3 : 8) -> dan ayat lain-lainnya.
Kalimat inilah yang benar “membenarkan
atau dibenarkan oleh karena iman” (Justified by faith bukan Justified ‘only’ by faith atau Justified
by faith ‘alone’). Jadi,
sesungguhnya, kita berhati-hati menggunakan setiap kata yang akan ditambahkan
ke dalam rumusan’dibenarkan oleh karena iman.’ Jika kita menambahkan satu atau
dua kata saja, maka maknanya akan berubah secara fundamental.
MAKNA
KESELAMATAN. Pada sisi lain, muncul
pemahaman berlapis terhadap kata “keselamatan.” Banyak orang Kristen
dewasa ini berpikir dangkal --- yang masih berjalan di atas bumi ---, seakan-akan
“keselamatan’
yang dikaruniakan Allah oleh iman memasukkan seseorang secara
otomatis ke dalam kerajaan sorga. Mereka lupa, bahwa dirinya sedang
bekerja di dunia; dan, oleh karena itu, kemungkinan besar mereka masih bisa
berbuat dosa dan kejahatan, sehingga sebagai pewaris Kerajaan Allah bisa
terlepas. Dalam hal ini setiap orang Kristen, selayaknya, menyadari bahwa hak
waris Kerajaan Sorga tidak secara otomatis diterimanya, melainkan melalui suatu
proses waktu panjang selama menyongsong kedatangan Yesus Mesiah. Dalam mata
rantai (proses) ‘menjadi kristen’ ia wajib ‘mengerjakan keselamatan.’
(Plp. 2 : 12-13). Kata ‘mengerjakan
keselamatan’ menunjuk pada iman yang bertumbuh -> berkembang ->
berbuah dalam perbuatan baik (atau kebajikan).
IMAN DAN PERBUATAN BAIK DALAM TULISAN PETRUS. Di sinilah kita akan mengenal buah pikir
teologi yang dituangkan Rasul Simon Petrus dalam kedua suratnya (I & II
Petrus). Dalam kedua suratnya Rasul Simon Petrus menyapa warga jemaat
Kristen-Israeli yang sedang tersebar di berbagai kota (I Pet. 1:1-2 -> Dari Petrus,
rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada
Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya) dan sedang menderita penganiayaan
(Ing. persecution) oleh saudara sebangsanya maupun masyarakat
non-Israel (I Pet. 2 : 12 -> “Milikilah cara
hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang
baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka”).
Salah satu teologi Rasul Simon Petrus terkait
iman
yang berbuah dalam perbuatan baik adalah penderitaan demi kemuliaan
Kristus. Gagasan teologis ini tersirat dalam tulisannya : “Sebab lebih baik
menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat” (I
Pet. 3:17). So pasti, kapanpun dan di manapun orang yang melakukan kebaikan dan
kebenaran akan mengalami penderitaan. Akan tetapi Rasul Simon Petrus secara
tersirat mempertanyakan : apakah penderitaan karena melakukan perbuatan baik
itu dikehendaki
oleh Allah ? So jelas, tidak semua penderitaan karena berbuat baik itu
sesuai kehendak Allah ! Lantas, apakah yang dimaksudkan Simon Petrus
dalam
istilah ‘kehendak Allah’ yang terhubung pada perbuatan baik ? Inilah
yang dimaksudkan rasul Simon Petrus (I
Pet. 1 : 18-21) :
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang
sia-sia yang kamu
warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan
perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama
seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena
kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan
yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada
Allah.
‘Kebenaran’, menurut Simon Petrus,
adalah ‘penebusan dosa, yaitu keselamatan’ yang telah dilakukan
Allah atas manusia, khususnya keturunan Abraham. Hal itu telah dinubuatkan oleh
para nabi Perjanjian Lama dan digenapi oleh Yesus Kristus (I Pet. 1:3-12). Dan,
oleh karena, pekerjaan Yesus Kristus itu, Allah telah mengumpulkan dan
membentuk sebuah persekutuan baru (I Pet. 2:9) di mana Dia sebagai ‘batu
penjuru’ (I Pet. 2:4-7). Sama seperti Yesus Kristus telah mengasihi
serta mengorbankan diriNya demi keselamatan mereka, demikianlah warga jemaat
Kristen-israelipun ‘saling mengasihi’ (bd. I Pet. 1:22 -> “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh
ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling
mengasihi dengan segenap hatimu”), sama seperti yang dibuat oleh
Yesus. Kata Simon Petrus (I Pet. 2:19-21) :
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang
karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung. Sebab
dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa ?
Tetapi jika
kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih
karunia pada Allah. Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Dalam hal penderitaan bagi Kristus, maka ‘kasih’ dan ‘pengorbanan’ menjadi
bukti yang mengungkapkan ‘iman’ kepada Allah. Itulah yang
dimaksudkan Simon Petrus tentang perbuatan baik dikehendaki Allah (I
Pet. 3:17).
B. II
PETRUS 1 : 10 – 15 & PENJELASAN
1:10 Karena itu,
saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu
makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
1:11 Dengan demikian kepada kamu
akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
1:12 Karena itu aku senantiasa
bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah
mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.
1:13 Aku menganggap sebagai kewajibanku
untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum
menanggalkan kemah tubuhku ini.
1:14 Sebab aku tahu, bahwa aku
akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah
diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
1:15 Tetapi aku akan berusaha, supaya juga
sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.
PENJELASAN
– PENJELASAN
1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu
makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
Simon Petrus mengajak dan menodorong
saudara-saudara sebangsanya, warga jemaat
Kristen-israeli, agar mereka sungguh-sungguh memperlihatkan perilaku
ibadah dalam kehidupan bersama masyarakat yang sepadan dengan panggilan dan pilihan Allah oleh iman
kepada Yesus Kristus, meskipun sedang dilanda penganiayaan berat. Iman di dalam
penderitaan itu itu sewajarnya meneladani jejak Kristus (I Pet. 2:20-21 -> “Tetapi jika kamu berbuat
baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu
adalah kasih karunia pada Allah. Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”). Panggilan
Kristen, menurut Simon Petrus, adalah ikut menderita (berkorban) demi
keselamatan sesama, sebagaimana yang telah dibuat oleh Yesus Kristus bagi
jemaat. Itulah cara yang benar, menurut kehendak Allah, jikalau kita
menyatakan bahwa kita mengasihiNya.
1:11 Dengan demikian
kepada kamu akan dikaruniakan hak
penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus.
Kalimat
“kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal”
(ay. 11) terkait pada kaliman “jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung” (ay. 10). Apakah
maksudnya ? Perihal menerima hak untuk memasuki Kerajaan kekal, dipengaruhi juga
oleh sikap (pendirian) dan perilaku ibadah orang kristen memberlakukan kehendak
Allah. Jikalau warga jemaat tidak melakukan kehendak Allah : mengasihi
dan berkorban bagi pekerjaan Yesus Kristus, maka ia akan tersandung (haknya
akan gugur dan ia tidak masuk ke dalam Kerajaan kekal), sebaliknya demikian;
jikalau ia melakukan panggilan dan pilihannya secara bertanggungjawab
(bd. I Pet. 3:15-16), maka Allah akan memberikan haknya untuk masuk
ke dalam Kerajaan Tuhan. Dengan demikian, jika warga jemaat ingin memperoleh haknya
untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan, maka ia patut melakukan kewajibannya.
Secara tersirat Simon Petrus ingin menegaskan, perihal masuk ke dalam Kerajaan
Tuhan tidak semudah yang dikatakan : oleh imanmu kamu diselamatkan !
Tetapi iman itu juga harus berbuah dalam perbuatan baik menurut kehendak Allah.
Tidak semudah yang dikatakan : ‘aku mengasihi Allah’; akan tetapi buktikanlah
kesetian yang tampak dalam pengorbanan nyata, bahwa warga jemaat mengasihi
Allah.
1:12 Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu
akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.
Istilah
‘kebenaran’
yang dimaksudkan oleh Simon Petrus adalah keselamatan yang dikaruniakan Allah
di dalam dan melalui karya-ibadah-hidup Yesus Kristus.
1:13 Aku menganggap
sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah
tubuhku ini.
Dengan
sengaja Simon Petrus menegaskan kewajiban yang diserahkan Yesus Kristus untuk
menggembalakan umatNya (Yoh. 21:15-19). Inilah dasar kerasulan Simon Petrus
(bd. Mt. 16:19; I Pet. 5 : 1-3).
1:14 Sebab aku tahu,
bahwa aku
akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini,
sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
“Sebab aku tahu,
bahwa aku
akan segera menanggalkan kemah tubuhku
ini.” Rasul menunjuk pada kematian yang akan segera dijalaninya,
waktu kematiannya sudah mendekat.
1:15 Tetapi aku akan berusaha,
supaya juga sesudah kepergianku itu
kamu selalu mengingat semuanya itu.
Kemungkinan
surat-surat ini merupakan nasihat-nasihat yang diberikan sesuai tugas yang
dipercayakan Yesus Kristus (Yoh. 21 : 15-19), supaya sesudah kepergiannya (kematian),
warga jemaat bukan saja mengingat nasihat itu, tetapi sekaligus juga
melakukannya.
C. GAGASAN TEOLOGI DALAM
PERIKOP BACAAN
1.
Panggilan – Pilihan dan Pelaksanaan Misi
Kristus di Indonesia
a). KONTEKS
MASYARAKAT INDONESIA MASA KINI DAN MASA DEPAN.
Sekarang
dan ke depan orang-orang Kristen (termasuk Budha, Hindhu, aliran kepercayaan
lain yang bertentangan dengan Islam) akan mengalami berbagai kesusahan.
Kebebasan beragama semakin kritis dan pembangunan fasilitas ibadah akan semakin
ditentang (juga dipersulit). Banyak contoh dapat dilihat sekarang. Fenomena sosial
ini mengingatkan orang Kristen akan penganiayaan yang melanda kekristenan Abad
I – II, khususnya di belahan Benua Asia – Afrika. Persoalannya : bagaimanakah
orang Kristen di Indonesia mensiasati dan membijaki perlakuan diskriminatif di
kalangan masyarakat sejalan dengan kesetiaannya kepada Yesus Kristus dan status
hukumnya sebagai warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 45 Psl. 29 ?
b). FENOMENA
PERTUMBUHAN KEKRISTEN DI DALAM MASYARAKAT-BANGSA.
Berbeda
dengan jemaat-jemaat Kristen Abad I – II. Pada saat itu masyarakat terkelompok
dalam kelas-kelas; ada kelas orang merdeka dan kelas hamba (kaupun migrant yang
berdomisili di wilayah kekuasaan kerajaan penakluk). Orang merdeka ini memiliki
hak-hak khusus sebagai warga Negara kekaisaran, sedangkan kaum pendatang
(apalagi berbeda keyakinan agama) tidak memiliki hak apapun; dan, di antara
mereka banyak yang menganut keyakinan Kristen. Pada saat itu, warga jemaat Kristen
belum diakui dan diterima oleh anggota masyarakat lainnya. Mereka mengalami
penganiayaan, dikejar-kejar akan dibunuh. Banyak juga yang mati sahid (mati
sebagai martyr).
Keadaan
yang dialami warga jemaat Kristen Abad I – II, berbeda dari kejadian-kejadian
yang sedang melanda persekutuan umat Kristen di Indonesia. Sejauh orang-orang Kristen
di Indonesia menjalankan ibadahnya sesuai keinginan mayoritas umat non-kristen,
maka keadaan akan damai-damai saja. Akan tetapi bila orang-orang Kristen di Indonesia
menyuarakan kebenaran dan keadilan --- dalam arti persamaan hak-hak selaku
warga Negara Indonesia, termasuk HAM ---, maka kehidupan sosio-religiusnya
terancam bahaya, termasuk pembunuhan karakter. Bagaimanakah orang-orang Kristen,
baik secara individual maupun kolektif, menyikapi persoalan ini ?
c). PANGGILAN
UNTUK IKUT MENDERITA DALAM MENGERJAKAN MISI KRISTUS
Menjawab
persoalan ini, Simon Petrus yang diserahi tugas penggembalaan oleh Yesus (Yoh.
21:15-19), menuliskan : “Jadi, karena Kristus
telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu
dengan pikiran yang demikian” (I Pet. 4:1); dan lagi menurut
rasul, itulah perbuatan baik yang dikehendaki Allah (I Pet. 3:17 -> “Sebab lebih baik
menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”),
juga selanjutnya “Tetapi jika kamu berbuat baik dan
karena
itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Pet.
2:20-21).
Nasihat
Rasul Simon Petrus ini akan menimbulkan ketegangan (konflik) bathin bagi orang Kristen
di Indonesia. Di satu sisi, seorang Kristen adalah warga Negara Indonesia yang
memiliki hak hukum yang sama dengan saudara-saudara sewarganya; akan
tetapi di sisi lain, ia harus setia dan taat melakukan kehendak Allah,
sekalipun akan menderita penganiayaan. Ketegangan (konflik) bathin sedemikian
sedang melanda kehidupan persekutuan sekarang dan di masa depan. Bagaimanakah
orang-orang Kristen di Indonesia menyikapi penderitaan yang melanda persekutuan
sebagai sebuah keadaan yang ‘dikehendaki Allah’ (I Pet. 3:17) untuk membuktikan kesetiaan dan kasih
kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat, yang telah berkorban ?
2.
LAKUKANLAH KEWAJIBAN KRISTEN DENGAN SETIA,
MAKA ENGKAU AKAN MENERIMA HAK MASUK KE DALAM KERAJAAN TUHAN.
a). KONTEKS KRISTEN SAAT INI.
Keadaan masyarakat Indonesia saat ini juga ke
depan sedang dan akan mengalami perubahan cukup pesat. Berbagai persoalan
timbul tenggelam menggerogoti kondisi kehidupan pribadi, pekerjaan serta
keluarga. Muncul pemikiran : “Apapun akan kubuat, asalkan aku berhasil.”
Ungkapan itu tidak saja diucapkan dan dilakukan orang non-kristen tetapi orang Kristen
juga. Banyak cara buruk yang dijalankan, asalkan cita-cita tercapai. Pemandangan
seperti ini lumrah dan banyak ditemukan pada berbagai aktifitas kerja.
Di sisi lain, banyak orang Kristen yang
menjalankan ibadah menurut azas legalitas Kristen walaupun bersifat rutinitas.
Mereka hanya dating ke Gereja untuk tujuan : mengakui dosa, memasukan
persembahan dan memohonkan / menerima berkat. Keesokan harinya (Senin -> Sabtu) berbuat
dosa dan kejahatan seperti hari-hari kemaren, kemudian ke Gereja lagi untuk
tujuan yang sama. Pertanyaannya : apakah sikap ibadah sedemikian menjamin yang
bersangkutan akan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan ? Jika kita katakan :
YA, apalah artinya kewajiban Kristen ? Jika dikatakan TIDAK, maka tersinggunglah
orang itu, lalu meninggalkan persekutuan untuk mencari Gereja yang sesuai
seleranya. Fenomena ini makin menjamur di kalangan warga jemaat sekarang.
Bagaimanakah, seharusnya, pemberitaan firman yang disampaikan ? Apakah seorang
pelayan firman wajib menyatakan kehendak Allah atau melayani selera pengunjung
ibadahnya ? Inilah keadaan konkrit yang
sedang dan akan terus berlanjut.
b). DISELAMATKAN HANYA OLEH IMAN ?
Dalam hal apakah kita mengatakannya ?
Pengampunan dosa ataukah masuk ke dalam Kerajaan Tuhan ? Kedengaran
sungguh-sungguh menyedihkan, sebab kalimat tersebut diucapkan orang Kristen
sekarang ini, tanpa pengertian yang benar-benar baik. Banyak orang Kristen yang
suka mencuri (korupsi), suka berzinah (selingkuh), suka memfitnah, mengingini
harta dan suami/isteri sesamanya, suka menjadi saksi dusta, pemalas beribadah,
dan lain-lain sering mengucapkan : “Aku
diselamatkan hanya oleh iman”
seolah-olah asal berdasarkan imannya kepada Yesus Kristus, maka ia akan masuk
ke dalam Kerajaan Tuhan. Ucapan gegabah ! Perihal masuk ke dalam Kerajaan Tuhan
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Beriman bukan berarti meremehkan
perbuatan dosa dan kejahatan yang dibuat semasa masih berjalan di atas
bumi.
c). LAKUKANLAH KEWAJIBAN KRISTEN, MAKA ENGKAU AKAN
MENERIMA HAKMU.
Jangan
takabur ! Seharusnya kita mengetahui dan mengerti, bahwa pengakuan iman akan
Yesus Kristus selaku Tuhan dan Juruselamat (bd. Kis. 4:12), pertama-tama,
terkait pengampunan dosa. Dan, hal itu berlaku selama masih berjalan di
atas bumi. Hal itu merupakan jaminan hidup ke masa depan yang
dijanjikan Allah di dalam ucapan Yesus Kristus. Akan tetapi selama masih berada
di bumi, menurut rasul Simon Petrus, “kamu akan dikaruniakan hak
penuh untuk memasuki Kerajaan kekal” (ay. 11) terkait pada kaliman “jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung”
(ay. 10). Jadi, jika warga jemaat ingin memperoleh haknya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Tuhan, maka ia patut melakukan kewajiban yang disuruh
oleh Yesus Kristus. Secara tersirat Simon Petrus ingin menegaskan, perihal
masuk ke dalam Kerajaan Tuhan tidak semudah yang dikatakan : oleh
imanmu kamu diselamatkan ! Tetapi iman berbuah dalam perbuatan baik menurut
kehendak Allah. Tidak semudah yang dikatakan : ‘aku mengasihi Yesus Kristus,
maka aku akan masuk ke Kerajaan Tuhan’; akan tetapi buktikanlah
kesetian yang tampak dalam pengorbanan nyata, bahwa warga jemaat mengasihi
Allah (bd. Yak. 1 : 22). LAKUKANLAH
KEHENDAK ALLAH, APAKAH YANG BAIK DAN YANG BERKENAN KEPADANYA, MAKA KAMU AKAN
MASUK KE DALAM KERAJAAN TUHAN.
D. PERHATIKANLAH HAL-HAL
INI DALAM PENYUSUNAN RENUNGAN
1.
Konteks sosial
budaya di mana kita menjalankan misi
Kristus
2.
Bacalah
perikop bacaan sebagaimana konteks sosial pada masa ia
dituliskan.
3.
Temukanlah gagasan-gagasan
teologi yang ingin disampaikan penulisnya.
4.
Beritakanlah
kebenaran
(gagasan
teologi) yang ditemukan ke dalam kondisi yang sedang dialami oleh
persekutuan umat Kristen di Indonesia.
E. PERCIKAN PERMENUNGAN
Saudara – saudara seiman,
Keadaan ‘penganiayaan’ maupun ‘perlakuan
diskriminatif’ terhadap penganu Agama Kristen cukup memprihatinkan.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi yang dialami Jemaat-Jemaat Kristen Abad I –
II di bawah kekuasaan kaisar Roma. Pada saat itu mereka tidak memperoleh
kebebasan untuk menyelenggarakan penyembahan kepada Allah di dalam nama
Yesus-Kristus. Kapan dan di mana saja, mereka dikejar, dan jika mereka
ditemukan pasti dianiaya sampai mati. Banyak
di antara mereka yang kecewa dan putus asa. Akhirnya menjadi murtad, lalu
kembali ke dalam praktik hidup yang lama. Juga ada beberapa orang Kristen yang
ingin cari selamat sendiri, mereka ini menjadi pengkhianat terhadap teman-teman
seimannya. Meskipun bentuk berbeda, namun isinya sama : penganiayaan, kebebasan beragama
dikebiri dan berpindah keyakinan dilarang serta pendirian fasilitas ibadah
diberangus.
Bagaimanakah menyikapi dan membijaki keadaan
yang sedang melanda orang Kristen di Indonesia ? Banyak tanggapan bermunculan.
Ada yang memperjuangkan hak orang Kristen selaku warga Negara Indonesia. Ada yang
berdoa memohonkan pertolongan Tuhan; akan tetapi lebih berbahaya lagi, beberapa di
antara orang Kristen merasa aman, bersikap menonton, disebabkan kesusahan tidak
terjadi ke atas persekutuannya. Sikap Kristen seperti ini, sungguh-sungguh,
menjadi ancaman bagi kekristenan dan Pekabaran Injil di Indonesia.
Saudara – saudara seiman !
Bagaimanakah pemahaman kita terhadap perikop
bacaan yang dituliskan oleh rasul Simon Petrus ? Memang tidak mudah dan sulit
diterima akalbudi, jika kita memikul penderitaan, padahal tidak melakukan
kejahatan sosial. Namun Rasul Simo Petrus menasihatkan, Pertama, bahwa penderitaan
Kristen merupakan bahagian yang menyatu pada tanggungjawab dan kewajiban iman
(I Pet. 3:15-16) yang dilakukan orang percaya kepada Yesus Kristus. Hal itu terkandung
dalam panggilan dan pilihan Allah (II Pet. 1:10-11). Malahan lebih mendalam lagi, rasul mengatakan
penderitaan (pengorbanan) juga adalah perbuatan baik dikehendaki Allah (I
Pet. 3:17 -> “Sebab
lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”).
Selanjutnya Simon Petrus mengemukakan tujuan
penderitaan itu ialah jalan untuk menerima “hak penuh untuk
memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (I Pet. 1:11). Dengan demikian kita
mengetahui dan mengerti, bahwa keselamatan (dalam arti masuk ke sorga) hanya oleh iman semata-mata (saved only by faith alone), tanpa perjuangan untuk membuktikan buah-buah
keselamatan. Bukan juga karema perbuatan baik yang dilakukan menurut hukum Taurat.
Persyaratan untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan sudah jelas : iman
yang berbuah dalam perbuatan baik (bd. Mat. 7:21 dst; Plp. 2:12-13;
Yak. 1:22). Kita tidak saja dipanggil dan dipilih untuk menikmati hak-hak
istimewa, tanpa mengerjakan perbuatan baik (ibadah ritual maupun sosial). Kita
dipanggil untuk mengikuti jejak Tuhan Yesus Kristus, seperti tertulis : “Tetapi jika
kamu berbuat baik dan karena itu
kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena
Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Pet. 2:20-21). Kasih Yesus
Kristus yang tampak dalam pengorbananNya di salib merupakan kasih-karunia bagi
keselamatan kita. Karena itu, penderitaan yang dipikul oleh iman, menyatakan
kesetiaan kita kepadaNya. Itulah bukti yang kita perlihatkan di hadapan banyak
orang, sama seperti Yesus yang disalibkan di Golgota menjadi tontonan
bangsa-bangsa. Da, sama seperti dia dimuliakan Allah di dalam sorga,
demikianlah kita juga akan menerima hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal (II
Pet. 1: 11).
Saudara – saudara seiman,
Penderitaan yang dialami orang Kristen di Indonesia
belum dapat dibandingkan dengan peristiwa yang menimpa Yesus Kristus, Tuhan dan
Juruselamat. Dalam penderitaan yang dialamiNya, Yesus Kristus mengorbankan
harga diri dan seluruh hidup bagi keselamatan manusia. Ia tidak membela diri.
Ia tidak membatah sepatah katapun, ketika berhadapan dengan penguasa dunia.
Berbeda dengan kita di Indonesia saat ini. Memang benar, kita menderita
penganiayaan oleh orang fasik; akan tetapi kita masih membela diri, sebab mempertahankan
harga-diri Kristen. Kita berjuang untuk tegaknya persamaan hak-hak sebagai
warga Negara dan hak-hak azasi. Yesus Kristus tidak melakukan hal
demikian. Justru, sebaliknya, Dia memperjuangkan hak manusia di hadapan Allah. Ia
merendahkan diriNya, meskipun Dia adalah Raja TUHAN (Mesiah) yang dinantikan
semua orang. Marilah kita menjawab pertanyaan
sederhana ini : apakah penderitaan Kristen di Indonesia juga memperjuangkan hak hidup sesama
non-kristen ataukah kita sedang berusaha mati-matian untuk
membela harga diri yang dilukai serta kepentingan Kristen yang disepelekan sesama
non-kristen dan penyelenggara negara ? Marilah kita bercermin pada
pengalaman visi perjuangan Kristus Yesus untuk membenahi visi perjuangan Kristen
di Indonesia ke depan.
Yesus Kristus tidak berkorban untuk apa yang
diinginkanNya, melainkan Ia takluk melakukan segala sesuatu yang dikehendak
Allah, BapaNya. PengorbananNya bukan bertujuan membela kelompok murid-murid dan
pengikutNya, meskipun secara tersurat maupun tersirat diberitakan demikian oleh
orang Kristen. Yesus Kristus berjuang demi perbaikan hidup manusia,
tanpa mengenal batasan apapun. Mungkin visi perjuangan Yesus Kristus ini patut
dihayati, supaya orang Kristen dan Gereja mengerti akan panggilanNya di Indonesia.
Sama seperti Yesus Kristus diutus Allah untuk menyelamatkan manusia, bukan saja
bangsaNya; demikian seharusnya orang Kristen dan Gereja melakukannya di Indonesia.
Kita tidak diutus Yesus Kristus untuk membela kepentingan kelompok Kristen,
melainkan kita dipanggil dan diutus Dia untuk menderita bagi perbaikan
kehidupan masyarakat-bangsa Indonesia menurut visi Allah yang dinyatakan Yesus.
Dan, oleh karena itu, selayaknya kita mengucap syukur kepada Allah, karena Dia
menjadikan kita bagaikan Kristus bagi semua warga masyarakan Indonesia.
SILAHKAN MELANJUTKAN PERENUNGAN INI
SALAM DAN DOA,
PENULIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar