Selasa, 29 Mei 2012

Mempersiapkan PEMBERITAAN FIRMAN dalam Kebaktian Rumahtangga - Hari rabu, 30 Mei 2012


Syarat Masuk Sorga

PANGGILAN UNTUK
IKUT MENDERITA BAGI ALLAH

Justru karena itu kamu harus
dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan…

II PETRUS 1 : 5

DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA,
HARI SELASA – 22 MEI 2012

OLEH

PUTERA SANG FAJAR
Arie A. R. Ihalauw

-----ooo00ooo-----

A.     PENGANTAR

Ajaran Calvinis sesuai kesaksian Kitab Suci (Perjanjian Baru) menyatakan :

1.       Hanya oleh iman manusia diselamatkan” (saved only by faith).
2.       Ada pula yang menyatakan :  “Oleh iman  manusia diselamatkan” (Saved by faith).

Meskipun kedua kalimat kelihatan sama, tetapi berbeda maknanya. Dalam kalimat 1 dipakai kata ‘hanya’, sedangkan kalimat 2 menggunakan tidak memakai istilah ‘hanya’. Kalimat pertama memiliki pengertian yang terbuka dan cukup luas, sementara kalimat 2 bersifat tertutup dan tidak terbuka bagi kemungkinan lainnya.

Di dalam kalimat ke – 1 terkandung makna, bahwa siapapun yang ingin diselamatkan WAJIB memiliki IMAN kepada Allah yang dikenal melalui pekerjaan Yesus Kristus. Orang itu WAJIB mengakui Yesus Kristus selaku Tuhan dan Juruselamat (bd. Kis. 4:12; 8:37). Kalimat 1 secara tersurat maupun tersirat tidak memberikan kemungkinan lain untuk diselamatkan.

Sementara dalam kalimat 2 tidak menuliskan kata bersyarat (HANYA). Persoalan yang perlu didalami :

1.       Apakah naskah Perjanjian Baru memakai rumusan kalimat 1 --- Hanya oleh iman manusia diselamatkan” --- ataukah kalimat 2 : “Oleh iman manusia diselamatkan” ?

2.       Adakah maksud yang melatarbelakangi penekanan kata ‘hanya’ dan tidak menggunakan istilah tersebut ?

MAKNA KALIMAT “JUSTIFIED BY FAITH.” Sesungguhnya, jika mempelajari secara seksama tulisan-tulisan di dalam Perjanjian Baru, maka kita akan menemukan kecenderungan berpikir teologi Kristen-Israeli dan Kristen Non-Israeli. Pihak pertama, Kristen-Israeli (Kristen-Yudais) masih memegang teguh pemberlakuan Taurat Musa, meskipun mereka juga mengakui akan karya Yesus Kristus sebagai anugerah Allah. Hal ini tergambar jelas dalam tulisan Injil menurut kesaksian Matius. Secara tersirat Injil Matius menceritakan perdebatan tajam antara kedua kelompok tersebut : Kristen-Israeli ctr. Non-Israeli mengenai status Yesus Kristus dan penghormatan kepada Hukum Taurat.

Kalimat ke-2, sesungguhnya, digunakan oleh orang Kristen sekarang, karena penyimakan atas tulisan Rasul Paulus secara harfiah :

“Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah ? Tidak ada ! Berdasarkan apa ? Berdasarkan perbuatan ? Tidak, melainkan berdasarkan iman ! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman (BE JUSTIFIED BY FAITH), dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (Not by doing the Law -> ROMA 3 : 27 – 28).

“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman (BE JUSTIFIED BY FAITH), kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (ROMA 5 : 1).

“Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman,…” (GAL. 3 : 8) -> dan ayat lain-lainnya.

Kalimat inilah yang benar “membenarkan atau dibenarkan oleh karena iman” (Justified by faith bukan Justified ‘only’ by faith atau Justified by faith ‘alone’). Jadi, sesungguhnya, kita berhati-hati menggunakan setiap kata yang akan ditambahkan ke dalam rumusan’dibenarkan oleh karena iman.’ Jika kita menambahkan satu atau dua kata saja, maka maknanya akan berubah secara fundamental.

MAKNA KESELAMATAN. Pada sisi lain, muncul pemahaman berlapis terhadap kata “keselamatan.” Banyak orang Kristen dewasa ini berpikir dangkal --- yang masih berjalan di atas bumi ---, seakan-akan “keselamatan’ yang dikaruniakan Allah oleh iman memasukkan seseorang secara otomatis ke dalam kerajaan sorga. Mereka lupa, bahwa dirinya sedang bekerja di dunia; dan, oleh karena itu, kemungkinan besar mereka masih bisa berbuat dosa dan kejahatan, sehingga sebagai pewaris Kerajaan Allah bisa terlepas. Dalam hal ini setiap orang Kristen, selayaknya, menyadari bahwa hak waris Kerajaan Sorga tidak secara otomatis diterimanya, melainkan melalui suatu proses waktu panjang selama menyongsong kedatangan Yesus Mesiah. Dalam mata rantai (proses) ‘menjadi kristen’ ia wajib ‘mengerjakan keselamatan.’ (Plp. 2 : 12-13).  Kata ‘mengerjakan keselamatan’ menunjuk pada iman yang bertumbuh -> berkembang -> berbuah dalam perbuatan baik (atau kebajikan).

IMAN DAN PERBUATAN BAIK DALAM TULISAN PETRUS. Di sinilah kita akan mengenal buah pikir teologi yang dituangkan Rasul Simon Petrus dalam kedua suratnya (I & II Petrus). Dalam kedua suratnya Rasul Simon Petrus menyapa warga jemaat Kristen-Israeli yang sedang tersebar di berbagai kota (I Pet. 1:1-2 -> Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya) dan sedang menderita penganiayaan (Ing. persecution) oleh saudara sebangsanya maupun masyarakat non-Israel (I Pet. 2 : 12   -> “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka”).

Salah satu teologi Rasul Simon Petrus terkait iman yang berbuah dalam perbuatan baik adalah penderitaan demi kemuliaan Kristus. Gagasan teologis ini tersirat dalam tulisannya : “Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat” (I Pet. 3:17). So pasti, kapanpun dan di manapun orang yang melakukan kebaikan dan kebenaran akan mengalami penderitaan. Akan tetapi Rasul Simon Petrus secara tersirat mempertanyakan : apakah penderitaan karena melakukan perbuatan baik itu dikehendaki oleh Allah ? So jelas, tidak semua penderitaan karena berbuat baik itu sesuai kehendak Allah ! Lantas, apakah yang dimaksudkan Simon Petrus dalam istilah ‘kehendak Allah’ yang terhubung pada perbuatan baik ? Inilah yang dimaksudkan rasul Simon Petrus  (I Pet. 1 : 18-21) :

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.

Kebenaran’, menurut Simon Petrus, adalah ‘penebusan dosa, yaitu keselamatan’ yang telah dilakukan Allah atas manusia, khususnya keturunan Abraham. Hal itu telah dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama dan digenapi oleh Yesus Kristus (I Pet. 1:3-12). Dan, oleh karena, pekerjaan Yesus Kristus itu, Allah telah mengumpulkan dan membentuk sebuah persekutuan baru (I Pet. 2:9) di mana Dia sebagai ‘batu penjuru’ (I Pet. 2:4-7). Sama seperti Yesus Kristus telah mengasihi serta mengorbankan diriNya demi keselamatan mereka, demikianlah warga jemaat Kristen-israelipun ‘saling mengasihi’ (bd. I Pet. 1:22 -> “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”), sama seperti yang dibuat oleh Yesus. Kata Simon Petrus (I Pet. 2:19-21) :

Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa ? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Dalam hal penderitaan bagi Kristus,  maka ‘kasih’ dan ‘pengorbanan’ menjadi bukti yang mengungkapkan ‘iman’ kepada Allah. Itulah yang dimaksudkan Simon Petrus tentang perbuatan baik dikehendaki Allah (I Pet. 3:17).

B.     II PETRUS 1 : 10 – 15 & PENJELASAN
               
1:10      Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
1:11      Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
1:12      Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.
1:13      Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.
1:14      Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
1:15      Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.

PENJELASAN – PENJELASAN

1:10   Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

Simon Petrus mengajak dan menodorong saudara-saudara sebangsanya, warga jemaat Kristen-israeli, agar mereka sungguh-sungguh memperlihatkan perilaku ibadah dalam kehidupan bersama masyarakat yang sepadan dengan panggilan dan pilihan Allah oleh iman kepada Yesus Kristus, meskipun sedang dilanda penganiayaan berat. Iman di dalam penderitaan itu itu sewajarnya meneladani jejak Kristus (I Pet. 2:20-21 -> “Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”). Panggilan Kristen, menurut Simon Petrus, adalah ikut menderita (berkorban) demi keselamatan sesama, sebagaimana yang telah dibuat oleh Yesus Kristus bagi jemaat. Itulah cara yang benar, menurut kehendak Allah, jikalau kita menyatakan bahwa kita mengasihiNya.

1:11   Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

            Kalimat “kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal” (ay. 11) terkait pada kaliman “jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung” (ay. 10). Apakah maksudnya ? Perihal menerima hak untuk memasuki Kerajaan kekal, dipengaruhi juga oleh sikap (pendirian) dan perilaku ibadah orang kristen memberlakukan kehendak Allah. Jikalau warga jemaat tidak melakukan kehendak Allah : mengasihi dan berkorban bagi pekerjaan Yesus Kristus, maka ia akan tersandung (haknya akan gugur dan ia tidak masuk ke dalam Kerajaan kekal), sebaliknya demikian; jikalau ia melakukan panggilan dan pilihannya secara bertanggungjawab (bd. I Pet. 3:15-16), maka Allah akan memberikan haknya untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Dengan demikian, jika warga jemaat ingin memperoleh haknya untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan, maka ia patut melakukan kewajibannya. Secara tersirat Simon Petrus ingin menegaskan, perihal masuk ke dalam Kerajaan Tuhan tidak semudah yang dikatakan : oleh imanmu kamu diselamatkan ! Tetapi iman itu juga harus berbuah dalam perbuatan baik menurut kehendak Allah. Tidak semudah yang dikatakan : ‘aku mengasihi Allah’; akan tetapi buktikanlah kesetian yang tampak dalam pengorbanan nyata, bahwa warga jemaat mengasihi Allah.

1:12   Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.

            Istilah ‘kebenaran’ yang dimaksudkan oleh Simon Petrus adalah keselamatan yang dikaruniakan Allah di dalam dan melalui karya-ibadah-hidup Yesus Kristus.

1:13   Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.

            Dengan sengaja Simon Petrus menegaskan kewajiban yang diserahkan Yesus Kristus untuk menggembalakan umatNya (Yoh. 21:15-19). Inilah dasar kerasulan Simon Petrus (bd. Mt. 16:19; I Pet. 5 : 1-3).

1:14   Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

            Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini.” Rasul menunjuk pada kematian yang akan segera dijalaninya, waktu kematiannya sudah mendekat.

1:15   Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.

            Kemungkinan surat-surat ini merupakan nasihat-nasihat yang diberikan sesuai tugas yang dipercayakan Yesus Kristus (Yoh. 21 : 15-19), supaya sesudah kepergiannya (kematian), warga jemaat bukan saja mengingat nasihat itu, tetapi sekaligus juga melakukannya.

C.  GAGASAN TEOLOGI DALAM PERIKOP BACAAN

1.       Panggilan – Pilihan dan Pelaksanaan Misi Kristus di Indonesia

a).  KONTEKS MASYARAKAT INDONESIA MASA KINI DAN MASA DEPAN.

        Sekarang dan ke depan orang-orang Kristen (termasuk Budha, Hindhu, aliran kepercayaan lain yang bertentangan dengan Islam) akan mengalami berbagai kesusahan. Kebebasan beragama semakin kritis dan pembangunan fasilitas ibadah akan semakin ditentang (juga dipersulit). Banyak contoh dapat dilihat sekarang. Fenomena sosial ini mengingatkan orang Kristen akan penganiayaan yang melanda kekristenan Abad I – II, khususnya di belahan Benua Asia – Afrika. Persoalannya : bagaimanakah orang Kristen di Indonesia mensiasati dan membijaki perlakuan diskriminatif di kalangan masyarakat sejalan dengan kesetiaannya kepada Yesus Kristus dan status hukumnya sebagai warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 45 Psl. 29 ?

b).  FENOMENA PERTUMBUHAN KEKRISTEN DI DALAM MASYARAKAT-BANGSA.

        Berbeda dengan jemaat-jemaat Kristen Abad I – II. Pada saat itu masyarakat terkelompok dalam kelas-kelas; ada kelas orang merdeka dan kelas hamba (kaupun migrant yang berdomisili di wilayah kekuasaan kerajaan penakluk). Orang merdeka ini memiliki hak-hak khusus sebagai warga Negara kekaisaran, sedangkan kaum pendatang (apalagi berbeda keyakinan agama) tidak memiliki hak apapun; dan, di antara mereka banyak yang menganut keyakinan Kristen. Pada saat itu, warga jemaat Kristen belum diakui dan diterima oleh anggota masyarakat lainnya. Mereka mengalami penganiayaan, dikejar-kejar akan dibunuh. Banyak juga yang mati sahid (mati sebagai martyr).

        Keadaan yang dialami warga jemaat Kristen Abad I – II, berbeda dari kejadian-kejadian yang sedang melanda persekutuan umat Kristen di Indonesia. Sejauh orang-orang Kristen di Indonesia menjalankan ibadahnya sesuai keinginan mayoritas umat non-kristen, maka keadaan akan damai-damai saja. Akan tetapi bila orang-orang Kristen di Indonesia menyuarakan kebenaran dan keadilan --- dalam arti persamaan hak-hak selaku warga Negara Indonesia, termasuk HAM ---, maka kehidupan sosio-religiusnya terancam bahaya, termasuk pembunuhan karakter. Bagaimanakah orang-orang Kristen, baik secara individual maupun kolektif, menyikapi persoalan ini ?

c).   PANGGILAN UNTUK IKUT MENDERITA DALAM MENGERJAKAN MISI KRISTUS

      Menjawab persoalan ini, Simon Petrus yang diserahi tugas penggembalaan oleh Yesus (Yoh. 21:15-19), menuliskan : “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian” (I Pet. 4:1); dan lagi menurut rasul, itulah perbuatan baik yang dikehendaki Allah (I Pet. 3:17 -> “Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”), juga selanjutnya “Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Pet. 2:20-21).

        Nasihat Rasul Simon Petrus ini akan menimbulkan ketegangan (konflik) bathin bagi orang Kristen di Indonesia. Di satu sisi, seorang Kristen adalah warga Negara Indonesia yang memiliki hak hukum yang sama dengan saudara-saudara sewarganya; akan tetapi di sisi lain, ia harus setia dan taat melakukan kehendak Allah, sekalipun akan menderita penganiayaan. Ketegangan (konflik) bathin sedemikian sedang melanda kehidupan persekutuan sekarang dan di masa depan. Bagaimanakah orang-orang Kristen di Indonesia menyikapi penderitaan yang melanda persekutuan sebagai sebuah keadaan yang ‘dikehendaki Allah’ (I Pet. 3:17) untuk membuktikan kesetiaan dan kasih kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat, yang telah berkorban ?

2.       LAKUKANLAH KEWAJIBAN KRISTEN DENGAN SETIA, MAKA ENGKAU AKAN MENERIMA HAK MASUK KE DALAM KERAJAAN TUHAN.

a). KONTEKS KRISTEN SAAT INI.

Keadaan masyarakat Indonesia saat ini juga ke depan sedang dan akan mengalami perubahan cukup pesat. Berbagai persoalan timbul tenggelam menggerogoti kondisi kehidupan pribadi, pekerjaan serta keluarga. Muncul pemikiran : “Apapun akan kubuat, asalkan aku berhasil.” Ungkapan itu tidak saja diucapkan dan dilakukan orang non-kristen tetapi orang Kristen juga. Banyak cara buruk yang dijalankan, asalkan cita-cita tercapai. Pemandangan seperti ini lumrah dan banyak ditemukan pada berbagai aktifitas kerja.

Di sisi lain, banyak orang Kristen yang menjalankan ibadah menurut azas legalitas Kristen walaupun bersifat rutinitas. Mereka hanya dating ke Gereja untuk tujuan : mengakui dosa, memasukan persembahan dan memohonkan / menerima berkat.  Keesokan harinya (Senin -> Sabtu) berbuat dosa dan kejahatan seperti hari-hari kemaren, kemudian ke Gereja lagi untuk tujuan yang sama. Pertanyaannya : apakah sikap ibadah sedemikian menjamin yang bersangkutan akan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan ? Jika kita katakan : YA, apalah artinya kewajiban Kristen ? Jika dikatakan TIDAK, maka tersinggunglah orang itu, lalu meninggalkan persekutuan untuk mencari Gereja yang sesuai seleranya. Fenomena ini makin menjamur di kalangan warga jemaat sekarang. Bagaimanakah, seharusnya, pemberitaan firman yang disampaikan ? Apakah seorang pelayan firman wajib menyatakan kehendak Allah atau melayani selera pengunjung ibadahnya ?  Inilah keadaan konkrit yang sedang dan akan terus berlanjut.

b).  DISELAMATKAN HANYA OLEH IMAN ?
       
Dalam hal apakah kita mengatakannya ? Pengampunan dosa ataukah masuk ke dalam Kerajaan Tuhan ?         Kedengaran sungguh-sungguh menyedihkan, sebab kalimat tersebut diucapkan orang Kristen sekarang ini, tanpa pengertian yang benar-benar baik. Banyak orang Kristen yang suka mencuri (korupsi), suka berzinah (selingkuh), suka memfitnah, mengingini harta dan suami/isteri sesamanya, suka menjadi saksi dusta, pemalas beribadah, dan lain-lain sering mengucapkan : “Aku diselamatkan hanya oleh iman” seolah-olah asal berdasarkan imannya kepada Yesus Kristus, maka ia akan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Ucapan gegabah ! Perihal masuk ke dalam Kerajaan Tuhan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Beriman bukan berarti meremehkan perbuatan dosa dan kejahatan yang dibuat semasa masih berjalan di atas bumi. 

c).  LAKUKANLAH KEWAJIBAN KRISTEN, MAKA ENGKAU AKAN MENERIMA HAKMU.
       
        Jangan takabur ! Seharusnya kita mengetahui dan mengerti, bahwa pengakuan iman akan Yesus Kristus selaku Tuhan dan Juruselamat (bd. Kis. 4:12), pertama-tama, terkait pengampunan dosa. Dan, hal itu berlaku selama masih berjalan di atas bumi. Hal itu merupakan jaminan hidup ke masa depan yang dijanjikan Allah di dalam ucapan Yesus Kristus. Akan tetapi selama masih berada di bumi, menurut rasul Simon Petrus, “kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal” (ay. 11) terkait pada kaliman “jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung” (ay. 10). Jadi, jika warga jemaat ingin memperoleh haknya untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan, maka ia patut melakukan kewajiban yang disuruh oleh Yesus Kristus. Secara tersirat Simon Petrus ingin menegaskan, perihal masuk ke dalam Kerajaan Tuhan tidak semudah yang dikatakan : oleh imanmu kamu diselamatkan ! Tetapi iman berbuah dalam perbuatan baik menurut kehendak Allah. Tidak semudah yang dikatakan : ‘aku mengasihi Yesus Kristus, maka aku akan masuk ke Kerajaan Tuhan’; akan tetapi buktikanlah kesetian yang tampak dalam pengorbanan nyata, bahwa warga jemaat mengasihi Allah (bd. Yak. 1 : 22). LAKUKANLAH KEHENDAK ALLAH, APAKAH YANG BAIK DAN YANG BERKENAN KEPADANYA, MAKA KAMU AKAN MASUK KE DALAM KERAJAAN TUHAN.

D. PERHATIKANLAH HAL-HAL INI DALAM PENYUSUNAN RENUNGAN

1.       Konteks sosial budaya di mana kita menjalankan misi Kristus
2.       Bacalah perikop bacaan sebagaimana konteks sosial pada masa ia dituliskan.
3.       Temukanlah gagasan-gagasan teologi yang ingin disampaikan penulisnya.
4.       Beritakanlah kebenaran (gagasan teologi) yang ditemukan ke dalam kondisi yang sedang dialami oleh persekutuan umat Kristen di Indonesia.

E.   PERCIKAN PERMENUNGAN

Saudara – saudara seiman,

Keadaan ‘penganiayaan’ maupun ‘perlakuan diskriminatif’ terhadap penganu Agama Kristen cukup memprihatinkan. Tidak jauh berbeda dengan kondisi yang dialami Jemaat-Jemaat Kristen Abad I – II di bawah kekuasaan kaisar Roma. Pada saat itu mereka tidak memperoleh kebebasan untuk menyelenggarakan penyembahan kepada Allah di dalam nama Yesus-Kristus. Kapan dan di mana saja, mereka dikejar, dan jika mereka ditemukan  pasti dianiaya sampai mati. Banyak di antara mereka yang kecewa dan putus asa. Akhirnya menjadi murtad, lalu kembali ke dalam praktik hidup yang lama. Juga ada beberapa orang Kristen yang ingin cari selamat sendiri, mereka ini menjadi pengkhianat terhadap teman-teman seimannya. Meskipun bentuk berbeda, namun isinya sama : penganiayaan, kebebasan beragama dikebiri dan berpindah keyakinan dilarang serta pendirian fasilitas ibadah diberangus.

Bagaimanakah menyikapi dan membijaki keadaan yang sedang melanda orang Kristen di Indonesia ? Banyak tanggapan bermunculan. Ada yang memperjuangkan hak orang Kristen selaku warga Negara Indonesia. Ada yang berdoa memohonkan pertolongan Tuhan; akan tetapi lebih berbahaya lagi, beberapa di antara orang Kristen merasa aman, bersikap menonton, disebabkan kesusahan tidak terjadi ke atas persekutuannya. Sikap Kristen seperti ini, sungguh-sungguh, menjadi ancaman bagi kekristenan dan Pekabaran Injil di Indonesia.

Saudara – saudara seiman !

Bagaimanakah pemahaman kita terhadap perikop bacaan yang dituliskan oleh rasul Simon Petrus ? Memang tidak mudah dan sulit diterima akalbudi, jika kita memikul penderitaan, padahal tidak melakukan kejahatan sosial. Namun Rasul Simo Petrus menasihatkan, Pertama, bahwa penderitaan Kristen merupakan bahagian yang menyatu pada tanggungjawab dan kewajiban iman (I Pet. 3:15-16) yang dilakukan orang percaya kepada Yesus Kristus. Hal itu terkandung dalam panggilan dan pilihan Allah (II Pet. 1:10-11).  Malahan lebih mendalam lagi, rasul mengatakan penderitaan (pengorbanan) juga adalah perbuatan baik dikehendaki Allah (I Pet. 3:17 -> “Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”).

Selanjutnya Simon Petrus mengemukakan tujuan penderitaan itu ialah jalan untuk menerima “hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (I Pet. 1:11). Dengan demikian kita mengetahui dan mengerti, bahwa keselamatan (dalam arti masuk ke sorga) hanya oleh iman semata-mata (saved only by faith alone), tanpa perjuangan untuk membuktikan buah-buah keselamatan. Bukan juga karema perbuatan baik yang dilakukan menurut hukum Taurat. Persyaratan untuk masuk ke dalam Kerajaan Tuhan sudah jelas : iman yang berbuah dalam perbuatan baik (bd. Mat. 7:21 dst; Plp. 2:12-13; Yak. 1:22). Kita tidak saja dipanggil dan dipilih untuk menikmati hak-hak istimewa, tanpa mengerjakan perbuatan baik (ibadah ritual maupun sosial). Kita dipanggil untuk mengikuti jejak Tuhan Yesus Kristus, seperti tertulis : “Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (I Pet. 2:20-21). Kasih Yesus Kristus yang tampak dalam pengorbananNya di salib merupakan kasih-karunia bagi keselamatan kita. Karena itu, penderitaan yang dipikul oleh iman, menyatakan kesetiaan kita kepadaNya. Itulah bukti yang kita perlihatkan di hadapan banyak orang, sama seperti Yesus yang disalibkan di Golgota menjadi tontonan bangsa-bangsa. Da, sama seperti dia dimuliakan Allah di dalam sorga, demikianlah kita juga akan menerima hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal (II Pet. 1: 11).

Saudara – saudara seiman,

Penderitaan yang dialami orang Kristen di Indonesia belum dapat dibandingkan dengan peristiwa yang menimpa Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat. Dalam penderitaan yang dialamiNya, Yesus Kristus mengorbankan harga diri dan seluruh hidup bagi keselamatan manusia. Ia tidak membela diri. Ia tidak membatah sepatah katapun, ketika berhadapan dengan penguasa dunia. Berbeda dengan kita di Indonesia saat ini. Memang benar, kita menderita penganiayaan oleh orang fasik; akan tetapi kita masih membela diri, sebab mempertahankan harga-diri Kristen. Kita berjuang untuk tegaknya persamaan hak-hak sebagai warga Negara dan hak-hak azasi. Yesus Kristus tidak melakukan hal demikian. Justru, sebaliknya, Dia memperjuangkan hak manusia di hadapan Allah. Ia merendahkan diriNya, meskipun Dia adalah Raja TUHAN (Mesiah) yang dinantikan semua orang.  Marilah kita menjawab pertanyaan sederhana ini : apakah penderitaan Kristen di Indonesia juga memperjuangkan hak hidup sesama non-kristen ataukah kita sedang berusaha mati-matian untuk membela harga diri yang dilukai serta kepentingan Kristen yang disepelekan sesama non-kristen dan penyelenggara negara ? Marilah kita bercermin pada pengalaman visi perjuangan Kristus Yesus untuk membenahi visi perjuangan Kristen di Indonesia ke depan.

Yesus Kristus tidak berkorban untuk apa yang diinginkanNya, melainkan Ia takluk melakukan segala sesuatu yang dikehendak Allah, BapaNya. PengorbananNya bukan bertujuan membela kelompok murid-murid dan pengikutNya, meskipun secara tersurat maupun tersirat diberitakan demikian oleh orang Kristen. Yesus Kristus berjuang demi perbaikan hidup manusia, tanpa mengenal batasan apapun. Mungkin visi perjuangan Yesus Kristus ini patut dihayati, supaya orang Kristen dan Gereja mengerti akan panggilanNya di Indonesia. Sama seperti Yesus Kristus diutus Allah untuk menyelamatkan manusia, bukan saja bangsaNya; demikian seharusnya orang Kristen dan Gereja melakukannya di Indonesia. Kita tidak diutus Yesus Kristus untuk membela kepentingan kelompok Kristen, melainkan kita dipanggil dan diutus Dia untuk menderita bagi perbaikan kehidupan masyarakat-bangsa Indonesia menurut visi Allah yang dinyatakan Yesus. Dan, oleh karena itu, selayaknya kita mengucap syukur kepada Allah, karena Dia menjadikan kita bagaikan Kristus bagi semua warga masyarakan Indonesia.

SILAHKAN MELANJUTKAN PERENUNGAN INI

SALAM DAN DOA,

PENULIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar