Senin, 14 Mei 2012

35.B. PENDEKATAN PRIBADI (personal aproach) untuk menyelesaikan konflik


Kadang-kadang kita mengalami kegagalan, karena ulah sendiri. Banyak masalah mungkin bisa diselesaikan, tetapi kita cenderung menggunakan kekuasaan untuk  memecahkannya. Hal seperti ini menunjukkan, bahwa kita kurang mampu mengemban kepercayaan yang didelegasikan Allah dan dukungan yang diberikan oleh umat. Akibatnya komunikasi dialogis pun merenggang. Lama kelamaan hubungan personal membeku. Bagaimanakah jalan keluarnya ?

35.B. APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU ? : Pendekatan pribadi (personal approach) menyelesaikan masalah.

RELASI ANTAR MANUSIA DI DALAM KOMUNITAS HANYA AKAN TERPELIHARA BAIK DAN BERJALAN LANCAR, JIKA KOMUNIKASI BERFUNGSI BENAR DAN BAIK. SO PASTI, TIDAK MUNGKIN TIDAK ADA MASALAH DALAM KOMUNITAS. SO PASTI, MUNCUL GESEKAN DAN TABRAKAN ANTAR PRIBADI DI SANA KARENA KESALAHPAHAMAN. KONDISI INI TERCIPTA, KARENA KURANGNYA DIALOG, DI MANA SESEORANG MEMPERLAKUKAN SESAMANYA SECARA TIDAK MANUSIAWI, KARENA STATUS SOSIAL YANG DIPUNYAI. BAGAIMANAKAH KITA MENYELESAI-TUNTASKAN KERENGGANGAN HUBUNGAN PRIBADI YANG MEMILIKI POTENSI PERUSAK PERSEKUTUAN ?

Hai anak-anakku…,

Marilah kita belajar dari cara Isa Al-Masih menatalola konflik antar pribadi dalam kelompok pengikutNya. Simaklah baik-baik dan terapkanlah, ketika engkau ada di dalam masalah yang sama.

a). TUJUAN PENYELESAIAN MASALAH.

1. Waspadalah !, penyelesaian masalah jangan dijadikan alat untuk mencapai keharuman namamu, anakku ! Jangan mencari nama, dan jangan suka dipuji orang seakan-anak engkau telah berbuat kebaikan. Jangan menjadi sombong karena keberhasilanmu mendamaikan orang-orang yang bertikai.

2. Ingatlah akan tujuanmu yang luhur !, bahwa penyelesaian masalah bertujuan untuk membina dan memelihara kesatuan persekutuan serta keutuhan pribadi. Janganlah engkau berpihak kepada siapapun, karena rasa suka (like) dan membenci lainnya karena tidak suka (dislike), karena itu jagalah kemurnian hati nurnimu, anakku !

3. Bangunkanlah dialog yang efektif antar pribadi dalam perkumpulan untuk membangun kesamaan persepsi demi mencapai tujuan yang sama serta membawa kenyamanan dan kesejahteraan bersama.

4.  Dialog itu akan berjalan lancar, jika engkau selalu bersedia mendengar pendapat / pendirian sesamamu, anakku.

b). CARA PENYELESAIAN MASALAH.

Belajarlah dari pengalaman Isa Al-Masih, ketika Ia menasihati Simon atau Petrus atau Kephas (Yoh. 21 : 15 – 19).

b.1. Untuk mengenal Sesama

Simon Petrus, salah satu di antara pengikut Isa, adalah pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Simon mengakui dirinya orang berdosa (Luk. 5:8 -> “Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata : Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”). Ia bekerja sebagai nelayan (Mat. 4:4:18-20 -> “Mereka sedang menebar jala di danau”; bd Mrk. 1:16-18; Luk. 5:1–11); suka bertindak tergesa-gesa, supaya kelihatan sebagai pemimpin (Mat. 14:27-31), seorang penakut (Mat. 14:30 -> “Ketika dirasanya tiupan angin, maka takutlah ia…”); seorang pemberani yang temperamental (bd. Yoh. 18:10).  Dialah pengikut yang menyangkal Isa (Mat. 26:69-75 ->Ia menyangkalNya di depan semua orang” -> ay. 70,74; bd.; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh. 18:12-18, 25-27); spontan menanggapi sesuatu hal yang dilihatnya (Luk. 9:33). Isa Al-Masih mengenal baik sifat pengikutNya yang satu ini (Yesus berkata kepadanya : … sebelum ayam berkokok tiga kali, engkau telah menyangkal Aku -> Mat. 26:30-35). Di samping kekuranyannya, Simon Petrus atau Kephas adalah orang pertama yang mengakui Isa : “Engkaulah Mesiah, Anak dari Allah yang hidup” (Mat. 16:16).

Pengenalan sesama sangat penting untuk membina hubungan keber-sesama-an dalam bentuk persekutuan apapun. Jika sesama mengkhianati, maka kita yang telah mengetahui bersikap legowo, karena kita mengenalnya secara baik.

b.2. Untuk pendekatan Pribadi

Biasanya sahabat yang mengkhianati kita, kajahatannya dipandang lebih kejam dari pada musuh yang kelihatan. Hati kita tertusuk dn luka. So pasti, Isa Al Masihpun merasakannya. Bayangkan saja, pada puncak penderitaan yang sedang dirasakan, Simon Petrus, sahabatNya, menyangkal Dia di hadapan banyak orang dan di depan mataNya sendiri (Mat. 26:69-75; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh. 18:12-18, 25-27). Padahal Isa menderita demi keselamatan semua orang, termasuk Simon Petrus juga (Luk. 5:8 -> “Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata : Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”). Seharusnya, Isa membenci Simon Petrus. Akan tetapi Ia tidak bersikap seperti kebanyakan orang.

b.3. Untuk membuka pemahaman dan membina intiminasi

Isa Al Masih memperlakukan pengikutNya itu bukan sebagai penjahat tetapi sahabat. Ia tidak menyalahkan tetapi mencintainya. Karena itu, dicariNya kesempatan khusus untuk bercakap-cakap. Sama seperti tiga kali Simpon Petrus menyangkal Dia (Mat. 26:69-75; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh. 18:12-18, 25-27), sebanyak itulah Isa Al-Masih bertanya : “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini” (Yoh. 21:15, 16, 17).

Melalui pertanyaan itu Isa sengaja menyentuh kesadaran dan perasaan pengikutNya. Ia menggugah Simon : Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini ? Mengapa Isa menekankan kata “lebih dari pada” ? Apakah pengikut lainnya kurang mengasihiNya ? Bukan itu maksudNya.

Pertama, Selayaknya kita menyimak latarbelakang pemanggilannya. Simon Petrus adalah orang pertama yang dipanggil Isa. Seorang nelayan bersahaja, kurang terdidik. Ajakan itu direspons spontan. Ia tidak diberi kesempatan berpikir. Dan, Simon Petruspun tidak berpikir panjang. Secara otomatis ia menjawab dan bertindak membuktikan ucapannya. Inilah yang dimaksud dengan cinta-kasih yang tidak mengenal situasi. Ia mengetahuinya. Karena itu, Ia sengaja menggunakan kata “lebih dari pada mereka ini.”

Kedua, masih ingatkah kita, Simon Petrus menyatakan pendiriannya menjawab pertanyaan Isa kepada murid-muridNya : “Apa katamu, siapakah Aku ini ? Tidak semua murid terdiam. Hanya Simon Petrus yang menyatakan pendiriannya. Pengakuan Simon Petrus memperlihatkan pengenalan yang jelas tentang kepribadian Isa Al Masih; meski Dia menghubungkan hal itu dengan pengilhaman Bapa sorgawi --- Matius 16 : 17 ---, ini patut dimengerti sebagai sebuah pandangan teologi. Isa tahu persis, bahwa Simon Petrus mencintaiNya sebagai seorang sahabat kental. Jadi kita patut mengerti alasan Isa mengajukan pertanyaan tersebut (Yoh. 21:15, 16, 17).

b.4. Untuk membangkitkan motivasi pelayanan, bukan alat penghukuman.

        Acapkali tujuan yang positif salah diartikan orang yang bersalah. Umumnya percakapan pastoral khusus dipahami sebagai penghukuman organisasi (sanksi / disiplin organisasi), padahal bukan demikian. Seharusnya, kita kembali pada contoh percakapan Isa dan Simon Petrus, serta menjelaskan kepada umat makna dan tujuannya, agar pesalah tidak merasa tersinggung.

          Isa Al Masih selaku Pemimpin memfungsikan percakapan pastoral khusus sebagai sarana perjumpaan pribadi (personal approach) untuk membina, membangun kembali wawasan dan menguatkan motivasi para pengikut sepanjang menjalankan misiNya. Dia bukan pemimpin yang licik karena kepicikn. Ia adalah seorang berhikmat yang tidak terpengaruh tantangan karena kekuatan cinta-kasih. Ia bersedia mengampuni siapapun yang berbuat jahat, sebab tidak mngetahui motivasi pelayananNya (bd. Luk. 23:34 -> “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang diperbuatnya”). UcapanNya itu diwujudkan dalam percakapan pastoral khusus bersama Simon Petrus.

b.5. Untuk mempersiapkan orang yang akan melaksanakan pekerjaanNya.

       Tidak seorangpun yang benar. Semua orang telah menyeleweng, mereka tidak beguna, tidak seorangpun yang berbuat baik, seorangpun tidak (bd. Rom. 3 : 10, 12). Kata-kata itu bukan saja terkait pada dosa manusia secara umum, tetapi selayaknya disimak dalam persekutuan umat Allah, khususnya bagi para pekerja dan pelayan. Dengan demikian tidak seorangpun menyombongkan diri atas hasil pekerjaannya.

    Kitapun patut membuka pemahaman pribadi, bahwa setiap orang yang mengerjakan sebuah pekerjaan secara bersama-sama, bukanlah orang yang semupurna penuh. Tiap-tiap orang memiliki kekurangan – kelebihan serta kemampuan – keterbatasan; oleh karena itu, selayaknya kitapun mengerti, bahwa berbuat salah merupakan sebuah kemungkinan besar.  Jika pengertian ini ada dalam pikiran, maka kita bukan mempersoalkan berapa besar kesalahan yang merugikan, melainkan bagaimana mengatasi ancaman kondisional yang sedang dan akan dialami karena kekeliruan itu. Di sinilah kita mendudukan fungsi percakapan pastoral khusus, seperti yang dilakukan Isa terhadap Petrus.

    Ia tahu persis kemampuan – keterbatasan serta kekurangan – kelebihan muridNya. Oleh karena itu, Ia mendelegasikan wewenang (otoritas) pelayanan kepadanya (Mat. 16:19 -> “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga…”). Penggunaan kata kerja “akan Kuberikan” bukan saja menunjuk pada waktu yang akan datang, tetapi juga proses pendelegasian wewenang (otoritas), karena pengenalan Isa akan kepribadian Petrus, muridNya. Isa tahu persis karakter dan kepribadian muridNya itu. Oleh karena itu, Ia memakai waktu untuk membina murid-muridNya, agar mereka mengetahui dan mengerti makna dan tujuan misiNya. Hal itu embutuhkan proses panjang dan waktu yang tidak sedikit. Jadi percakapan pastoral khusus Isa vs Simon Petrus, sesungguhnya, patut dipahami dalam konsep kepemimpinan, di mana Ia mempersiapkan kader pengganti yang siap memimpin, jikalau kondisi berubah tiba-tiba.

       Dalam dialog itu Isa secara tersirat menguatkan, meneguhkan, mengokohkan mental-spiritual dan melengkapi pengetahuan Simon Petrus, jika ia akan mengemban misiNya (bd. seluruh gagasan teologi yang termaktub di dalam surat-surat Rasul Petrus). Salah satu pemahaman teologis yang dihayati Simon Petrus terkait penderitaan orang Nasrani, ditulisdalam suratnya : Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa…(I Pet. 4:1a). So pasti, kalimat “ia telah berhenti berbuat dosa” dikaitkan pula pada sikap penyangkalan (dosa) yang pernah dilakukan terhadap sahabatnya : Isa Al Masih.

NASIHAT KEPADA ANAK-ANAKKU

Hai anak-anakku !

Mengingat usiaku, aku, ayahmu, tidak akan mungkin menyaksikan bagaimana Allah mengaruniakan kesempatan bagimu untuk menjadi pemimpin. Aku tidak mungkin akan mendampingimu sepanjang perjalanan menuju masa depan. Oleh karena itu, ketika TUHAN Allah  memberikan tanggungjawab dan  wewenang untuk menjadi pemimpin, maka haruslah engkau ingat akan hal ini :

1).  Janganlah engkau melupakan Dia dalam segala langkahmu. Mintalah hikmatNya, seperti yang dibuat oleh Salomo, anak Daud, raja di Yerusalem (II Taw. 6:12-42; I Rj. 8:22-53), supaya engkau dikasihiNya dan dihormati banyak orang.

2).  Kenalilah sesamamu secara baik. Janganlah engkau terlalu jauh dan juga terlalu dekat. Biasa-biasa saja dalam membina hubungan kerja. Sebab nyala api akan segera membakarmu, jikalau terlalu mendekat; dan hubunganmu akan membeku bagaikan es, jikalau terlalu menjauh. Perhatikanlah tingkah laku mereka, dan jadilah sahabat yang baik di dalam kesusahannya.

3)  Jikalau orang-orang itu melakukan kesalahan --- pengkhianatan atas tujuan pekerjaan yang kaupimpin --- tandailah dia, tetapi janganlah memperlakukan dia sebagai musuhmu. Jadikanlah mereka sebagai sahabat seperjalanan, meskipun berbeda pandangan. Sebab konflik akan selalu ada, karena kebutuhan pribadi dan kepentingan yang berbeda. Bila engkau dapat melakukannya, berbahagialah masa hidup yang akan kaujalani ke depan.

4).  Dekatilah mereka secara pribadi dan perbincangkanlah tujuanmu, sehingga mereka mengetahui dan mengerti dengan baik arah tujuan --- visi – misi --- yang akan kaucapai melalui pekerjaan yang kaujalankan. Doakanlah mereka, supaya Allah mengubah pendirian dan membuka hati untuk menerima penjelasanmu.

5).  Delegasikanlah sedikit wewenang dan tanggungjawab kepada orang yang dapat kaupercayai, tetapi engkau harus mengawasi seluruh pekerjannya. Dengan demikian engkau dapat terbebas dari masalah yang datang tiba-tiba. Dan, tidak dipersalahkan dalam setiap kekeliruan. Jika engkau melakukan hal itu, maka bawahanmu akan setia mempercayaimu. Mereka pasti menghormatimu.

6).  Sayangilah orang-orang yang kaupimpin, dan perhatikanlah kesejahteraan mereka. Engkau tidak akan rugi, malahan memperoleh banyak keuntungan.

DOA BAGI ALLAH, AGAR MENOLONG ANAK-ANAKKU

Ya Tuhan ALLAHku…
Hamba menaikkan doa permohonan kepadaMu untuk meminta perlindungan dan tuntunan RohMu kudus atas kehidupan dan pekerjaan anak-anakku, demi nama Isa Al Masih. Amin

MEDAN – SUMATERA UTARA,
HARI SENIN – 14 MEI 2012

SALAM DAN DOA

PUTERA SANG FAJAR
Arie A. R. Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar