Kadang-kadang kita mengalami kegagalan, karena ulah sendiri.
Banyak masalah mungkin bisa diselesaikan, tetapi kita cenderung menggunakan
kekuasaan untuk memecahkannya. Hal
seperti ini menunjukkan, bahwa kita kurang mampu mengemban kepercayaan yang
didelegasikan Allah dan dukungan yang diberikan oleh umat. Akibatnya komunikasi
dialogis pun merenggang. Lama kelamaan hubungan personal membeku. Bagaimanakah
jalan keluarnya ?
35.B. APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU ? : Pendekatan pribadi (personal approach) menyelesaikan
masalah.
RELASI ANTAR MANUSIA DI
DALAM KOMUNITAS HANYA AKAN TERPELIHARA
BAIK DAN BERJALAN LANCAR, JIKA KOMUNIKASI BERFUNGSI BENAR DAN BAIK. SO PASTI, TIDAK MUNGKIN TIDAK ADA
MASALAH DALAM KOMUNITAS. SO PASTI, MUNCUL GESEKAN DAN TABRAKAN ANTAR PRIBADI DI
SANA KARENA KESALAHPAHAMAN. KONDISI INI TERCIPTA, KARENA KURANGNYA DIALOG, DI MANA SESEORANG
MEMPERLAKUKAN SESAMANYA SECARA TIDAK MANUSIAWI, KARENA STATUS SOSIAL YANG
DIPUNYAI. BAGAIMANAKAH KITA MENYELESAI-TUNTASKAN KERENGGANGAN HUBUNGAN PRIBADI
YANG MEMILIKI POTENSI PERUSAK PERSEKUTUAN ?
Hai anak-anakku…,
Marilah kita belajar dari cara Isa
Al-Masih menatalola konflik antar pribadi dalam kelompok pengikutNya. Simaklah
baik-baik dan terapkanlah, ketika engkau ada di dalam masalah yang sama.
a). TUJUAN PENYELESAIAN MASALAH.
1. Waspadalah !, penyelesaian masalah jangan
dijadikan alat untuk mencapai keharuman namamu, anakku ! Jangan mencari nama,
dan jangan suka dipuji orang seakan-anak engkau telah berbuat kebaikan. Jangan
menjadi sombong karena keberhasilanmu mendamaikan orang-orang yang bertikai.
2. Ingatlah akan tujuanmu yang luhur !, bahwa
penyelesaian masalah bertujuan untuk membina dan memelihara kesatuan
persekutuan serta keutuhan pribadi. Janganlah engkau berpihak kepada siapapun,
karena rasa suka (like) dan membenci lainnya karena tidak suka (dislike),
karena itu jagalah kemurnian hati nurnimu, anakku !
3. Bangunkanlah dialog yang efektif antar pribadi
dalam perkumpulan untuk membangun kesamaan persepsi demi mencapai tujuan yang
sama serta membawa kenyamanan dan kesejahteraan bersama.
4. Dialog itu akan berjalan lancar, jika engkau
selalu bersedia mendengar pendapat / pendirian sesamamu, anakku.
b). CARA PENYELESAIAN MASALAH.
Belajarlah dari pengalaman Isa Al-Masih, ketika Ia menasihati
Simon atau Petrus atau Kephas (Yoh.
21 : 15 – 19).
b.1. Untuk mengenal Sesama
Simon Petrus, salah satu di
antara pengikut Isa, adalah pribadi yang memiliki keunikan tersendiri. Simon
mengakui dirinya orang berdosa (Luk. 5:8 -> “Simon Petrus melihat hal itu
iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata : Tuhan, pergilah dari padaku, karena
aku ini seorang berdosa”). Ia bekerja sebagai nelayan (Mat. 4:4:18-20 -> “Mereka sedang
menebar jala di danau”; bd Mrk. 1:16-18; Luk. 5:1–11); suka bertindak
tergesa-gesa, supaya kelihatan sebagai pemimpin (Mat. 14:27-31), seorang
penakut (Mat. 14:30 -> “Ketika dirasanya tiupan angin, maka takutlah ia…”);
seorang pemberani yang temperamental (bd. Yoh. 18:10). Dialah pengikut yang menyangkal Isa (Mat.
26:69-75 -> “Ia menyangkalNya di depan
semua orang” -> ay. 70,74; bd.; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh.
18:12-18, 25-27); spontan menanggapi sesuatu hal yang dilihatnya (Luk. 9:33). Isa
Al-Masih mengenal baik sifat pengikutNya yang satu ini (Yesus berkata kepadanya : “… sebelum ayam
berkokok tiga kali, engkau telah menyangkal Aku” -> Mat. 26:30-35).
Di samping kekuranyannya, Simon Petrus atau Kephas adalah orang pertama yang
mengakui Isa : “Engkaulah
Mesiah, Anak dari Allah yang hidup” (Mat. 16:16).
Pengenalan sesama sangat penting
untuk membina hubungan keber-sesama-an
dalam bentuk persekutuan apapun. Jika sesama mengkhianati, maka kita yang telah
mengetahui bersikap legowo, karena kita mengenalnya secara baik.
b.2. Untuk pendekatan Pribadi
Biasanya sahabat yang
mengkhianati kita, kajahatannya dipandang lebih kejam dari pada musuh yang
kelihatan. Hati kita tertusuk dn luka. So pasti, Isa Al Masihpun merasakannya.
Bayangkan saja, pada puncak penderitaan yang sedang dirasakan, Simon Petrus,
sahabatNya, menyangkal Dia di hadapan banyak orang dan di depan mataNya sendiri
(Mat. 26:69-75; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh. 18:12-18, 25-27). Padahal
Isa menderita demi keselamatan semua orang, termasuk Simon Petrus juga (Luk.
5:8 -> “Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan
berkata : Tuhan, pergilah dari padaku, karena
aku ini seorang berdosa”). Seharusnya, Isa membenci Simon Petrus. Akan tetapi Ia tidak
bersikap seperti kebanyakan orang.
b.3. Untuk membuka pemahaman dan membina
intiminasi
Isa Al Masih memperlakukan
pengikutNya itu bukan sebagai penjahat tetapi sahabat. Ia tidak menyalahkan
tetapi mencintainya. Karena itu, dicariNya kesempatan khusus untuk
bercakap-cakap. Sama seperti tiga kali Simpon Petrus menyangkal Dia (Mat.
26:69-75; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh. 18:12-18, 25-27), sebanyak itulah Isa
Al-Masih bertanya : “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari
pada mereka ini” (Yoh. 21:15, 16, 17).
Melalui pertanyaan itu Isa
sengaja menyentuh kesadaran dan perasaan pengikutNya. Ia menggugah Simon : “Apakah engkau
mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini
?” Mengapa Isa menekankan kata “lebih dari pada”
? Apakah pengikut lainnya kurang mengasihiNya ? Bukan itu maksudNya.
Pertama, Selayaknya kita menyimak
latarbelakang pemanggilannya. Simon Petrus adalah orang pertama yang dipanggil
Isa. Seorang nelayan bersahaja, kurang terdidik. Ajakan itu direspons spontan.
Ia tidak diberi kesempatan berpikir. Dan, Simon Petruspun tidak berpikir
panjang. Secara otomatis ia menjawab dan bertindak membuktikan ucapannya.
Inilah yang dimaksud dengan cinta-kasih yang tidak mengenal situasi. Ia
mengetahuinya. Karena itu, Ia sengaja menggunakan kata “lebih dari pada mereka ini.”
Kedua, masih ingatkah kita, Simon
Petrus menyatakan pendiriannya menjawab pertanyaan Isa kepada murid-muridNya : “Apa katamu,
siapakah Aku
ini ? Tidak semua murid terdiam. Hanya Simon Petrus yang menyatakan
pendiriannya. Pengakuan Simon Petrus memperlihatkan pengenalan yang jelas
tentang kepribadian Isa Al Masih; meski Dia menghubungkan hal itu dengan
pengilhaman Bapa sorgawi --- Matius 16 : 17
---, ini patut dimengerti sebagai sebuah pandangan teologi. Isa tahu persis,
bahwa Simon Petrus mencintaiNya sebagai seorang sahabat kental. Jadi kita patut
mengerti alasan Isa mengajukan pertanyaan tersebut (Yoh. 21:15, 16, 17).
b.4. Untuk membangkitkan motivasi pelayanan,
bukan alat penghukuman.
Acapkali tujuan yang positif salah diartikan
orang yang bersalah. Umumnya percakapan pastoral khusus dipahami sebagai penghukuman organisasi
(sanksi / disiplin organisasi), padahal bukan demikian. Seharusnya, kita kembali
pada contoh percakapan Isa dan Simon Petrus, serta menjelaskan kepada umat
makna dan tujuannya, agar pesalah tidak merasa tersinggung.
Isa Al Masih selaku Pemimpin
memfungsikan percakapan
pastoral khusus sebagai sarana perjumpaan pribadi (personal approach) untuk membina, membangun kembali
wawasan dan menguatkan motivasi para pengikut sepanjang
menjalankan misiNya. Dia bukan pemimpin yang licik karena kepicikn. Ia adalah
seorang berhikmat yang tidak terpengaruh tantangan karena kekuatan cinta-kasih.
Ia bersedia mengampuni siapapun yang berbuat jahat, sebab tidak mngetahui
motivasi pelayananNya (bd. Luk. 23:34 -> “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
diperbuatnya”). UcapanNya itu diwujudkan dalam percakapan pastoral khusus bersama
Simon Petrus.
b.5. Untuk mempersiapkan orang yang akan
melaksanakan pekerjaanNya.
Tidak seorangpun yang benar. Semua orang telah
menyeleweng, mereka tidak beguna, tidak seorangpun yang berbuat baik,
seorangpun tidak (bd. Rom. 3 : 10, 12). Kata-kata itu bukan saja
terkait pada dosa manusia secara umum, tetapi selayaknya disimak dalam
persekutuan umat Allah, khususnya bagi para pekerja dan pelayan. Dengan
demikian tidak seorangpun menyombongkan diri atas hasil pekerjaannya.
Kitapun patut membuka pemahaman
pribadi, bahwa setiap orang yang mengerjakan sebuah pekerjaan secara
bersama-sama, bukanlah orang yang semupurna penuh. Tiap-tiap orang memiliki
kekurangan – kelebihan serta kemampuan – keterbatasan; oleh karena itu, selayaknya
kitapun
mengerti, bahwa berbuat salah merupakan sebuah kemungkinan besar. Jika pengertian ini ada dalam pikiran, maka kita
bukan mempersoalkan berapa besar kesalahan yang merugikan, melainkan bagaimana
mengatasi ancaman kondisional yang sedang dan akan dialami karena kekeliruan
itu. Di sinilah kita mendudukan fungsi percakapan pastoral khusus, seperti
yang dilakukan Isa terhadap Petrus.
Ia tahu persis kemampuan –
keterbatasan serta kekurangan – kelebihan muridNya. Oleh karena itu, Ia
mendelegasikan wewenang (otoritas) pelayanan kepadanya (Mat. 16:19 -> “Kepadamu akan Kuberikan kunci
Kerajaan Sorga…”). Penggunaan kata kerja “akan Kuberikan” bukan saja menunjuk
pada waktu yang akan datang, tetapi juga proses pendelegasian wewenang
(otoritas), karena pengenalan Isa akan kepribadian Petrus, muridNya. Isa tahu
persis karakter dan kepribadian muridNya itu. Oleh karena itu, Ia memakai waktu
untuk membina murid-muridNya, agar mereka mengetahui dan mengerti makna dan
tujuan misiNya. Hal itu embutuhkan proses panjang dan waktu yang tidak sedikit.
Jadi percakapan pastoral khusus Isa vs Simon Petrus, sesungguhnya, patut
dipahami dalam konsep kepemimpinan, di mana Ia mempersiapkan kader pengganti
yang siap memimpin, jikalau kondisi berubah tiba-tiba.
Dalam dialog itu Isa secara
tersirat menguatkan, meneguhkan, mengokohkan mental-spiritual dan melengkapi pengetahuan
Simon Petrus, jika ia akan mengemban misiNya (bd. seluruh gagasan teologi yang termaktub di dalam
surat-surat Rasul Petrus). Salah satu pemahaman teologis yang
dihayati Simon Petrus terkait penderitaan orang Nasrani, ditulisdalam suratnya
: “Jadi, karena Kristus telah
menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan
pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia
telah berhenti berbuat dosa…” (I Pet. 4:1a). So pasti, kalimat “ia telah berhenti berbuat dosa” dikaitkan pula pada sikap
penyangkalan (dosa) yang pernah dilakukan terhadap sahabatnya : Isa Al Masih.
NASIHAT KEPADA
ANAK-ANAKKU
Hai
anak-anakku !
Mengingat
usiaku, aku, ayahmu, tidak akan mungkin menyaksikan bagaimana Allah
mengaruniakan kesempatan bagimu untuk menjadi pemimpin. Aku tidak mungkin akan mendampingimu
sepanjang perjalanan menuju masa depan. Oleh karena itu, ketika TUHAN Allah memberikan tanggungjawab dan wewenang untuk menjadi pemimpin, maka
haruslah engkau ingat akan hal ini :
1). Janganlah engkau melupakan Dia dalam segala
langkahmu. Mintalah hikmatNya, seperti yang dibuat oleh Salomo, anak Daud, raja
di Yerusalem (II Taw. 6:12-42; I Rj. 8:22-53), supaya engkau dikasihiNya dan
dihormati banyak orang.
2). Kenalilah sesamamu secara baik. Janganlah
engkau terlalu jauh dan juga terlalu dekat. Biasa-biasa saja dalam membina
hubungan kerja. Sebab nyala api akan segera membakarmu, jikalau terlalu mendekat;
dan hubunganmu akan membeku bagaikan es, jikalau terlalu menjauh. Perhatikanlah
tingkah laku mereka, dan jadilah sahabat yang baik di dalam kesusahannya.
3) Jikalau orang-orang itu melakukan kesalahan
--- pengkhianatan atas tujuan pekerjaan yang kaupimpin --- tandailah dia,
tetapi janganlah memperlakukan dia sebagai musuhmu. Jadikanlah mereka sebagai
sahabat seperjalanan, meskipun berbeda pandangan. Sebab konflik akan selalu
ada, karena kebutuhan pribadi dan kepentingan yang berbeda. Bila engkau dapat
melakukannya, berbahagialah masa hidup yang akan kaujalani ke depan.
4). Dekatilah mereka secara pribadi dan
perbincangkanlah tujuanmu, sehingga mereka mengetahui dan mengerti dengan baik
arah tujuan --- visi – misi --- yang akan kaucapai melalui pekerjaan yang
kaujalankan. Doakanlah mereka, supaya Allah mengubah pendirian dan membuka hati
untuk menerima penjelasanmu.
5). Delegasikanlah sedikit wewenang dan
tanggungjawab kepada orang yang dapat kaupercayai, tetapi engkau harus
mengawasi seluruh pekerjannya. Dengan demikian engkau dapat terbebas dari
masalah yang datang tiba-tiba. Dan, tidak dipersalahkan dalam setiap
kekeliruan. Jika engkau melakukan hal itu, maka bawahanmu akan setia
mempercayaimu. Mereka pasti menghormatimu.
6). Sayangilah orang-orang yang kaupimpin, dan
perhatikanlah kesejahteraan mereka. Engkau tidak akan rugi, malahan memperoleh
banyak keuntungan.
DOA BAGI ALLAH, AGAR MENOLONG
ANAK-ANAKKU
Ya Tuhan ALLAHku…
Hamba menaikkan doa permohonan
kepadaMu untuk meminta perlindungan dan tuntunan RohMu kudus atas kehidupan dan
pekerjaan anak-anakku, demi nama Isa Al Masih. Amin
MEDAN – SUMATERA UTARA,
HARI SENIN – 14 MEI 2012
SALAM DAN DOA
PUTERA SANG FAJAR
Arie A. R. Ihalauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar