Kamis, 08 Desember 2011

ARAHAN MAJELIS JEMAAT KEPADA SELURUH PANITIA NATAL SEKTOR PELAYANAN DALAM GPIB JEMAAT KASIH KARUNIA DI MEDAN


ARAHAN BAGI PELAKSANAAN
NATAL KRISTUS 2011


MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI JUMAT, 09 DESEMBER 2011

DITULIS OLEH

ARIE A. R. IHALAUW

PENGANTAR

Allah telah menggelisahkan hati saya dengan pertanyaan : APAKAH IBADAH DAN PERAYAAN NATAL YANG DILAKUKAN GEREJA DAN ORANG KRISTEN BERKENAN KEPADANYA ? APAKAH KEMERIAHAN PESTA NATAL, DI MANA ORANG MENIKMATI MAKANAN DAN MINUMAN YANG LEZAT SERTA ACARA PROTOKOLER YANG KETAT ADALAH TUNTUTAN TUHAN ALLAH ? Ibadah dan Perayaan Natal diselenggarakan Gereja dan orang Kristen di Indonesia tepat pada saat meningkatnya jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan. Saya tidak pernah dapat diyakinkan oleh data yang dilaporkan Pemerintah tentang mengecilnya jumlah penduduk Indonesia yang menderita kemiskinan. Oleh karena itu, jiwa saya memberontak dan memperhadap-mukakan pertanyaan kepada Gereja serta Orang Kristen di Indonesia : APAKAH TUHAN ALLAH MENERIMA PENYELENGGARAAN IBADAH DAN PERAYAAN NATAL KITA ? Puaskah Gereja dan Orang Kristen di Indonesia merayakan Natal Tuhan Yesus Kristus dengan menikmati kelezatan makanan-minuman, sementara Indonesia sedang menderita penyakit epidemis yang disebut KEMISKINAN ? Apakah nilai-nilai etis kristen tentang KASIH AKAN ALLAH DAN AKAN SESAMA MANUSIA telah mengalami krisis mendalam dalam perilaku Ibadah Gereja dan Orang Kristen di Indonesia ?

A.     NATAL KRISTUS DAN IBADAH GEREJA

A.1. LATARBELAKANG PERAYAAN DAN IBADAH NATAL DI INDONESIA

        Agaknya kita telah melupakan hakekat dan eksistensi Natal Tuhan Yesus Kristus, disebabkan karena petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama pada masa pemerintahan Orde Baru (ORBA). Latarbelakang petunjuk pelaksanaan dihubungkan pada HUKUM HARAM – HALAL : apakah yang beragama layak menghadiri Ibadah Natal ? Untuk menjawab masalah tersebut, pada waktu itu, Departemen Agama bersama Institusi Agama mengeluarkan fatwa, kira-kira berbunyi demikian : “Semua umat Islam tidak dibolehkan mengikuti Ibadah Natal”. Memecahkan masalah ini diusulkan, agar Ibadah Natal dilakukan lebih dulu, sesudah itu dilanjutkan dengan Perayaan Natal. Sebab itu, Pejabat Pemerintahan yang berkeyakinan berbeda akan datang menyampaikan sambutannya setelah Ibadah Natal selesai.

        SIKAP KOMPROMIS (SINKRITIS) POLITIS YANG MEMBAHAYAKAN IMAN KRISTEN

        Pemimpin-pemimpin kristen dan Pejabat Gereja seakan diam membisu sambil mengikuti tekanan (pressure) tersebut. Penyelenggaraan Ibadah Natal mulai dipisahkan menjadi dua acara, yang sesungguhnya, sejak zaman dahulu tidaklah demikian. Menurut tradisi kristen yang diwariskan Bapa-Bapa Gereja, Ibadah Natal bersifat PERAYAAN. Tidak dapat dipisahkan. Ibadah (kultus-ritual) adalah PERAYAAN UMAT UNTUK MENGINGAT PERBUATAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN CIPTAAN DARI BELENGGU KUASA KEGELAPAN YANG MENYENGSARAKAN. Pusat dan tujuannya adalah ALLAH, bukan asesoris yang melekat pada perayaan itu. Bukan pula peristiwanya. Peristiwa hanyalah sebuah keadaan yang tercipta, karena Allah membuatnya ada. Dengan demikian PERAYAAN apapun yang diselenggarakan Gereja dan orang Kristen, sesungguhnya, bertujuan memberitakan KARYA ALLAH YANG MENYELAMATKAN / MEMBEBASKAN kepada seluruh ciptaan-Nya (Simaklah ucapan Paulus terkait Penyelanggaraan PERAYAAN PERJAMUAN KUDUS -> 1 KOR. 11 : 26 -> “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”). Dan sifat perayaan ini selalu mewarnai pelayanan Gereja dan Orang Kristen dahulu.

        PERGESERAN MAKNA PERAYAAN
       
        IBADAH NATAL KRISTUS merupakan (bersifat) PERAYAAN, di mana seluruh umat Kristen mengucap syukur kepada Allah yang bekerja di tengah dunia untuk membebaskan ciptaan-Nya dari dosa dan sengsara. Itulah intinya. Oleh karena itu, tidak boleh ada pemisahan antara IBADAH dan PERAYAAN. Akan tetapi sejak masa pemerintahan ORBA, ketika Alhamsyah Ratuprawiranegara menjabat Manteri Agama, sifat NATAL KRISTUS dipisahkan. Hal itu masih terasa dalam Ibadah NATAL KRISTUS yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran pemerintahan, perusahan-perusahan, dan lembaga-lembaga lainnya. Inilah yang saya maksudkan dengan krisis identitas. Bisa saja hal itu dianggap wajar dalam kalangan tertentu. Sayangnya Gereja sebagai institusi misionalpun bersikap ikut-ikutan.

        Celakanya, Gereja dan orang kristen di Indonesia sejak masa ORBA sampai sekarang cenderung berkompromi dengan dunia. Alasannya disederhanakan : TOLERANSI. Demi mencapai alasan tersebut, maka Gereja dan Orang Kristen mencopot beberapa kesaksian Alkitab untuk membenarkan pandangannya. Sikap dan pandangan inkonsitensi yang didasarkan perasaan toleransi telah membawa petaka, karena Allah tidak berkenan atasnya. Ibadah yang adalah sarana misional telah berubah menjadi pesta pora yang memboroskan. Akibatnya Ibadah dan Perayaan Natal itu dipahami sebagai proyek raksasa di tengah-tengah kemiskinan.

        KECAMAN TERHADAP PELAKSANAAN NATAL GEREJA DAN ORANG KRISTEN
       
        Catatan – catatan ini dituliskan sebagai nasihat dan peringatan kepada Gereja dan Orang Kristen yang akan menyelenggarakan NATAL KRISTUS :

1.   Kondisi sosial saat ini masih belum stabil. Catatan pemerintah tentang menurunnya prosentase penduduk di bawah garis kemiskinan, sekalipun mungkin benar, tetapi bersifat politis. Sebab jika catatan itu benar, maka kita tidak akan menjumpai lagi para pemulung di jalan, pengangguran, banyaknya jumlah anak putus sekolah, dikarenakan mahalnya biaya pendidikan, dan sebagainya. Kondisi seperti inipun sedang dialami Gereja dan umatnya.

2.   Tuhan Yesus Kristus berkata : “Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” (YOH. 12 : 8; bd. UL. 15 : 11 -> “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu”).

      MAKNA UCAPAN TUHAN YESUS.

      Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu” menegaskan, bahwa kemiskinan sebagai penyakit sosial selalu akan mengancam manusia. Kemiskinan itu bisa dialami karena beberapa masalah :

a.   PERILAKU INSTITUSI. Kemiskinan yang diakibatkan karena perilaku institusi. Artinya, penyelenggaraan Pemerintahan maupun Gereja dapat menciptakan kesengsaraan atas manusia, katakanlah : pemiskinan yang dilakukan oleh pejabat Pemerintah dan Gereja dengan mengendarai institusinya.

b.   RENDAHNYA MUTU PENDIDIKAN. Pemiskinan itupun ditimbulkan karena pendidikan yang diperoleh warga kurang memadai dengan tuntutan kebutuhan sosialnya. Artinya, banyak warga yang masih terkebelakang dalam hal pendidikan, sehingga mereka tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi tuntutan.

c.   PENYALAH GUNAAN WEWENANG. Pemiskinan juga dapat dikarenakan  implementasi Pertauran Pemerintah dan Gereja. Artinya, para pejabat menggunakan peraturan-peraturan untuk memperkaya diri sendiri, yang mengakibatkan kerugian bagi anggota masyarakat. Katakanlah contoh : seorang pejabat Negara menyimpan dana APBD ke dalam rekening pribadi, sehingga ia memperoleh bunga bank. Memang benar, ketika dana proyek APBD itu harus dikeluarkan, tidak berkurang sesenpun; akan tetapi yang patut dipertanyakan adalah : KEMANAKAH BUNGA TABUNGAN ITU ? Bukankah perbuatan ini menghancurkan warga Negara ataupun Gereja ?

d.   SIKAP MENTAL. Kemiskinan disebabkan mentalitas individu. Sikap malas bekerja, kurangnya tekad untuk bersaing, sikap rendah diri, keputusasaan dan sebagainya juga menjadi faktor penyebab kemiskinan. Oleh karena itu, Gereja perlu memikirkan dan merencanakan pembinaan warganya secara baik dan benar.

e.   KELANGKAAN LAPANGAN KERJA DAN PHK. Ada banyak jebolan perguruan tinggi yang belum mendapat lahan pekerjaan, dikarenakan sistem penyaringan pegawai yang tidak benar. Lulusan SMA yang orangtuanya berjasa di kantor cenderung berkolusi untuk mewariskan pekerjaan tersebut kepada anak-anaknya.

Di samping itu pula banyak terjadi pengurangan tenaga kerja (PHK), karena alasan yang tidak jelas (bukan saja karena resesi ekonomi, tetapi juga karena hubungan pribadi yang tidak disukai atasan) telah menghancurkan masa depan pekerja.

      Kondisi sosial yang dilukiskan di atas kemungkinan besar akan menciptakan kekacauan dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang disebut kesengsaraan akibat “kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (KEJ. 6 : 5). NATAL KRISTUS dirayakan di tengah-tengah kesengsaraan masyarakat Indonesia yang tercipta, karena kecenderungan hati dan perbuatan jahat manusianya.

B.     KASIHILAH ALLAH DAN SESAMAMU MANUSIA

Agama Israel – Yehuda lahir dari pemahaman umat terhadap Firman TUHAN. Saya melihat, sekurang-kurangnya, terdapat 2 (dua) tujuan :

1.   Membentuk kepribadian dan karakter umat Allah.
2.   Mengatur penyelenggaraan ibadah umat kepada Allah dalam bidang keagamaan dan pelayanan kemasyarakatan.

Kedua tujuan tersebut saling berhubungan. Untuk mencapai tujuan itu, maka Musa memerintahkan : “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,  haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkan-nya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” (UL. 6 : 6 – 9). Secara langsung umat Israel-Yehuda mengetahui dan mengerti, bahwa seluruh perilaku sosialnya wajib memenuhi aturan / norma yang ditetapkan oleh Allah menurut Hukum Musa (Torah), sehingga kelayakan seseorang diukur berdasarkan bagaimana caranya ia menerapkan hukum dalam penyelenggaraan kehidupan bersama orang lain.

B.1. ANTARA DIMENSI MORAL DAN DIMENSI LEGAL

Akibat dari pemahaman yang diuraikan di atas, Israel – Yehuda menyelenggarakan ibadahnya untuk memenuhi azas legalitas semata-mata. Mereka cenderung mengukur perilaku seseorang berdasarkan pelaksanaan hukum-hukum. Sampai – sampai  penyembahan kepada TUHANpun dinilai berdasarkan pemenuhan akan tuntutan hukum. Di sinilah kita dapat memahami, bagaimana nabi-nabi berjuang melawan perilaku umat pada masa kerjanya masing-masing.

Katakanlah contoh : KASIHILAH TUHAN ALLAHMU DENGAN SEGENAP HATIMU, DAN DENGAN SEGENAP JIWAMU, DAN DENGAN SEGENAP KEKUATANMU (UL. 6 : 5; bd. MAT. 22 : 37). Berdasarkan pemahaman dan pengakuan iman Israel-Yehuda (UL. 6 : 4 – 5), umat wajib menyelenggarakan ibadah kepada Allah, maka disusunlah peraturan-peraturan terkait penyelenggaraan ibadah, seperti :

1.   Peraturan – Peraturan tentang Hari Raya.-
2.   Peraturan – Peraturan tentang Persembahan dan Korban.-
3.   Peraturan – Peraturan tentang Tata Cara Penyembahan.-
4.   Dan peraturan – peraturan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan ibadah.

Akibatnya umat Isral – Yehuda terfokus untuk memberlakukan seluruh klausul hukum, dengan pemahaman, bawangsiapa melakukannya secara sempurna, ia akan pasti dirachmati oleh Allah. KASIH sebagai intisari HUKUM bukan dipahami sebagai TUNTUTAN ETIS – MORAL melainkan LEGALISASI perilaku ibadah kultus ritual. Menurut Israel-Yehuda, yang terutama adalah memberlakukan Hukum Musa. Mereka merasa puas, jikalau melaksanakan tuntutan hukum Musa secara harfiah, tanpa menghayati aspek ETIS-MORAL. Pemahaman demikian berdampak negatif ke dalam relasi sosialnya.

B.2.           IBADAH TANPA BELAS KASIHAN.

        Melalui mulut para nabi TUHAN Allah mengingatkan dan mengecam Ibadah dan Perayaan Natal Kristus yang dislenggarakan Gereja dan Orang Kristen di Indonesia pada Bulang Desember 2011 ini. Konteks yang telah diuraikan dalam sub-pokok bahasan A di atas menjadi teguran untuk semua PANITIA PERAYAAN NATAL 2011 di GPIB Jemaat KASIH KARUNIA di Medan. Kutipan dari nubuat para nabi yang dituliskan di bawah ini perlu mendapat perhatian serius untuk mendorong Panitia Natal Jemaat memikirkan pelaksanaan NATAL KRISTUS yang lebih manusiawi :

a).   Bukankah hari TUHAN itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya ? "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." (AMOS 5 : 21 – 24)

b).   "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi ? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun ? Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak ? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri ?". "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu ?" Dengarlah, TUHAN berseru kepada kota : -- adalah bijaksana untuk takut kepada nama-Nya -- : "Dengarlah, hai suku bangsa dan orang kota ! (MIKHA 6 : 6 – 8).

Kedua kutipan itu perlu dihayati semua Warga GPIB Jemaat KASIH KARUNIA di Medan. TUHAN MEMBENCI PERAYAAN IBADAH YANG HURA-HURA DAN PURA-PURA. NATAL KRISTUS  yang akan kita rayakan perlu diarahkan bagi PELAYANAN KASIH (PELKAS) kepada warga jemaat dan anggota masyarakat yang sengsara. Aspek sosial dari NATAL KRISTUS perlu dicapai oleh GPIB KASIH KARUNIA di Medan. Jika kita tidak berbuat demikian, janganlah kita disebut UMAT MILIK KRISTUS.

Kemeriahan ibadah dan perayaan NATAL KRISTUS bukan tertuju pada hiasan dan kelezatan makanan-minuman, tetapi SUKACITA dan DAMAI-SEJAHTERA Allah yang dinikmati dalam natal wajib dibagikan kepada semua orang yang jauh dan dekat, yang seiman maupun tidak seiman. Itulah makna NATAL KRISTUS.

Dari Jalan Kapten Muslim 94 – A di Medan, seluruh MAJELIS JEMAAT mengucapkan SELAMAT MERAYAKAN NATAL KRISTUS 2011, kiranya rachmat Allah yang diberikan melalui kelahiran Tuhan Yesus Kristus melimpah ke atas kamu, dan kiranya oleh rachmat-Nya itupun kamu disanggupkan untuk memasuki tahun 2012. TUHAN MEMELIHARA HIDUPMU.

MAJELIS JEMAAT
GPIB “KASIH KARUNIA” DI MEDAN – SUMATERA UTARA.

KETUA MAJELIS                                 SEKRETARIS MAJELIS


PDT. ARIE A. R. IHALAUW.-                  PENATUA JHON R. KESEK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar