Kamis, 22 Desember 2011

MELAWAN GEREJA YANG MEMELIHARA KORUPTOR - Bahagian 1


TINJAUAN ATAS NUBUAT AMOS UNTUK
MELAWAN GEREJA YANG MEMELIHARA KORUPTOR !


SINGA SUDAH MENGAUM, SIAPAKAH YANG TIDAK TAKUT ?
TUHAN ALLAH TELAH BERFIRMAN, SIAPAKAH YANG TIDAK BERNUBUAT ?
AMOS 3 : 8

PENGGUNAAN ISTILAH.

1.   KORUPTOR berasal dari bahasa asing, memiliki arti berbeda dari yang dipakai dalam pandangan masyarakat Indonesia. Kata itu berasal dari kata kerja TO CORRUPT : melakukan tindakan amoral (bejad) yang bertentangan dengan norma-norma tertulis maupun tidak tertulis, hukum maupun moral.

2.   ISRAEL. a). Kata ini adalah nama pribadi yang diberikan malaikat kepada YAKUB, leluhur Israel. b). Kemudian setelah suku-suku dari anak-anak YAKUB menduduki tanah Kanaan, mereka memakai nama itu untuk menunjuk pada KONFEDERASI SUKU-SUKU dari anak-anak YAKUB : BANGSA / UMAT (Ibr. AM) ISRAEL. c). Dari sudut pandang sosiologi, ISRAEL adalah sebuah ORGANISASI KEBANGSAAN /  KEUMATAN. Jadi ketika para nabi menggunakan istilah ISRAEL, sesuai teks bacaan, maka ia bertujuan menyebut ISRAEL sebagai BANGSA KETURUNAN YAKUB dan atau UMAT. Inilah makna fungsional dari sebuah sistem organisasi. Oleh karena itu, perlu berhati-hati mengeksegese penggunaan kata ISRAEL dalam nubuat para nabi; d). Setelah kematian Salomo KERAJAAN ISRAEL RAYA terpecah menjadi 2 (dua), yaitu ISRAEL UTARA yang beribukota SAMARIA. KERAJAAN ISRAEL UTARA terdiri dari 12 suku anak-anak Yakub, dan ISRAEL SELATAN yang sangat terkenal dengan nama KERAJAAN YEHUDA yang beribukota YERUSALEM, terdiri dari 2 suku anak Yakub. Sering beberapa nubuat para nabi menyebutkan “ISRAEL dan YEHUDA” atau “ISRAEL-YEHUDA”. e). Kata tersebut juga dipakai untuk menunjuk pada KEWARGANEGARAAN Israel. f). Pejabat Kerajaan dan Ulama juga merupakan REPRESENTASI (PERWAKILAN) dari persekutuan umat.

PANGGILAN & PENGUTUSAN. Amos, orang Tekoa, dari wilayah Yehuda, dipanggil dan diutus oleh Allah untuk menyampaikan penghukuman TUHAN atas Israel Utara. Amos bekerja dalam masa pemerintahan YEROBEAM II, anak YOAS.

KONDISI SOSIAL KERAJAAN ISRAEL UTARA. Kerajaan Israel Utara mengalami kejayaan, di mana kondisi sosial-ekonomi, politik dan militer kerajaan ini memuaskan. Kekuatan militernya begitu kuat sampai-sampai ia mampu melebarkan wilayahnya (II RAJ. 14 : 25).

IBADAH UMAT ISRAEL. Jikalau saya memakau judul sub-bahasan IBADAH UMAT ISRAEL, maka saya menunjuk pada FUNGSI-SISTEM (PENGORGANISASIAN TUGAS FUNGSIONAL DAN PERAN PELAKSANA) IBADAH ISRAEL SECARA KESELURUHAN MENURUT HIRARKHI HUKUM AGAMANYA, yang meliputi FUNGSI KULTUS-RITUAL maupun PELAYANAN KEMASYARAKATAN (FUNGSI SOSIAL). Kiblat / pusat Ibadah Israel adalah TUHAN Allah yang membebaskan mereka dari Mesir (KASIHILAH TUHAN ALLAHMU -> UL. 6:5) dan Pelayanan kemasyarakatan (KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA -> bd. IM. 19:18b).

DOSA YEROBEAM II, ANAK YOAS DAN SELURUH UMAT ISRAEL. Penulis Kitab Raja–Raja menuliskan: IA melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan ORANG ISRAEL berdosa pula.” (II RAJ. 14 :24). Itu berarti : penulis menyebutkan DOSA PRIBADI (IA) yang menyebabkan PERSEKUTUAN UMAT BERBUAT DOSA (ORANG ISRAEL). Pada frasa PERSEKUTUAN UMAT muncul kesan SISTEM ORGANISASI KEUMATAN. Dan Yerobeam II, anak Yoas, menjadi representasi (perwakilan) umat di hadapan Allah. Jadi dalam diri Yerobeam II, anak Yoas, melekatlah seluruh fungsi kelembagaan (institusi / onal) yang dijabatnya.

DOSA ISRAEL DI BIDANG PELAYANAN KEMASYARAKATAN. Amos mengecam Israel karena prilaku sosialnya yang bejad. Meskipun peribadahan kepada Allah diselenggarakan sempurna, namun Amos menuduh Israel mengkhianati Allah. Oleh karena itu, Allah menolak ibadah umat-Nya (AMOS 5 : 21 – 27 -> "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu). Mengapa, menurut Amos, Allah menolak ibadah Israel ? Karena kultus-ritual yang dilakukannya tidak membawa kebaikan Allah, yakni : KEBENARAN DAN KEADILAN-Nya ke dalam kehidupan masyarakat (AMOS 5 : 12 -> Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, YANG MENERIMA SUAP dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang; AMOS 5 : 7; bd. 6 : 12 -> “… kamu mengubah KEADILAN menjadi ipuh dan yang mengempaskan KEBENARAN ke tanah !). Bisa saja penyelenggaraan ibadah (kultus-ritual) tampak baik – benar sesuai HUKUM MUSA, tetapi Allah menuntut perlakuan seimbang, yakni : SAMA SEPERTI ISRAEL BERIBADAH KEPADA ALLAH, DEMIKIANLAH MEREKA MELAKUKAN IBADAH ITU DALAM BENTUK PELAYANAN SOSIAL KEPADA SESAMANYA. Kualitas dan kuantitas ibadah (kultus-ritual) dan pelayanan sosial HARUS SAMA MUTUNYA. Apalah artinya sebuah prosesi ibadah menyenangkan hati TUHAN, sementara saudara sekeluarga mengalami kesengsaraan. Ibadah seperti itu tidak bermanfaat ! Bagaikan membuang garam ke dalam laut. Sia-sia ! Karena itu, Amon menyampaikan PERASAAN TUHAN : “AKU MEMBENCI, AKU MENGHINA DAN AKU TIDAK SENANG KEPADA PERAYAANMU (5:21).

Setelah kupasan singkat terkait penyelenggaraan ibadah dipaparkan di atas, saya tiba pada beberapa kesimpulan, yakni :

1.   PUSAT IBADAH ISRAEL. Ibadah Israel tertuju pada Allah dan kehendak-Nya. Teknis pelaksanaannya disebut PELAYANAN-KESAKSIAN melalui prosesi ritual (bahasa Gereja : LITURGI). Jikalau kita menggunakan standar pengukuran menurut HUKUM MUSA, maka penyelenggaraan ibadah Israel sangat memuaskan.

2.   IBADAH YANG BERORIENTASI KEPADA MASALAH KEMANUSIAAN SESUAI KONTEKSNYA. Pertanyaannya : Mengapa Amos menyampaikan PERASAAN ALLAH, bahwa Dia menolak ibadah umat-Nya ? Sebab Ibadah yang berbasis pada HUKUM itu bersifat formalitas belaka. Israel hanya berpikir : “YANG TERUTAMA, KAMI TELAH MEMENUHI TUNTUTAN ALLAH MENURUT HUKUM MUSA”. Padahal HUKUM MUSA tidak hanya mengatur peribadahan kepada Allah semata-mata, melainkan juga kepada saudara-saudara sebangsanya. Jadi penyelenggaraan ibadah yang memenuhi kehendak Allah bersifat integral : MELAYANI MANUSIA SEPERTI MELAYANI ALLAH (bd. pemahaman Paulus : “Apapun juga yang kamu perbuat, PERBUATLAH DENGAN SEGENAP HATIMU SEPERTI UNTUK TUHAN dan bukan untuk manusia.” -> KOL. 3 : 23).

3.   ISRAEL SELAKU UMAT / BANGSA -> SISTEM DAN FUNGSI ORGANISASI. So pasti, semua orang kristen menyetujui dan mengakui, bahwa Allah memilih dan memanggil keturunan Abraham untuk mewujudkan TUJUAN DARI TUGAS yang disuruh-Nya : “… OLEHMU SEMUA KAUM DI MUKA BUMI AKAN MENDAPAT BERKAT” (KEJ. 12 : 3). Demi mencapai TUJUAN DARI TUGAS tersebut Israel MENGORGANISASIKAN dalam berbagai  bentuk kegiatan, yang disebut secara teologis IBADAH (pelayanan kepada Allah dan manusia).

4.   ORGANISASI DAN PENGORGANISASIAN. PENGORGANISASIAN KEGIATAN IBADAH merupakan KARYA BUDAYA MANUSIA sesuai konteks misinya, termasuk membentuk dan membangun ORGANISASI KEUMATAN DAN KEBANGSAAN. Terkait hal itu, saya meenggolongkannya ke dalam BUDAYA ciptaan manusia sesuai konteks yang dihadapi. Memang benar, kultur (nilai-nilai)-nya didasarkan atas sistem ajaran (dogma / doktrin) Agama Israel yang bersumber AJARAN MUSA dan TRADISI IMAN LELUHURnya. Akan tetapi sebaiknya kita memahami, bahwa ORGANISASI KEUMATAN / KEBANGSAAN merupakan produk budaya manusia Israel; dan, oleh karena itu, BENTUK ORGANISASI DAN PENGORGANISASIAN aktifitas umat juga  MEMILIKI KELEMAHAN DAN KEKURANGAN YANG DAPAT MENDORONGNYA BERDOSA.

5.   REINTERPRETASI –> REFORMULASI –> REFORMASI ORGANISASI DIPERLUKAN DEMI PENINGKATAN DAN PERBAIKAN PELAYANAN. Jika kita mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sejarah gagasan TEOLOGI tentang TRADISI yang berkaitan dengan INSITUSI KEUMATAN / KEBANGSAAN ISRAEL sampai masa kerja Tuhan Yesus Kristus, maka kita memperoleh kesan, bahwa telah terjadi variabel yang meluas dan menetap (mapan), bukan pada ISI-nya (kultur keagamaan) melainkan pada PERUPAAN-nya; katakanlah contoh, ketika umat Israel masih berada di tanah Kanaan, seluruh penyelanggaraan ibadah tersentralisir di Bait Allah – Yerusalem. Akan tetapi pada masa pengasingan di Babilonia, terjadi perkembangan baru di mana Israel mendirikan SINAGOGE-SINAGOGE sebagai tempat ibadah. Dan, perubahan itu tidak hanya terkait FASILITAS (SARANA) ibadah melainkan juga SISTEM KURIKULUM AJARAN-nya. Meskipun demikian PERUBAHAN itu tidak menyentuh INTI PENGAJARAN, yakni : KASIH KEPADA ALLAH DAN KEPADA SESAMA MANUSIA (ULNG. 6 : 4- 5; IM. 19:18).

      MENGAPA TERJADI PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN DALAM SISTEM ORGANISASI KEAGAMAAN ISRAEL DI BABILONIA ? Karena KONTEKS yang dihadapi Israel semasa di tanah Kanaan berbeda dari KONTEKS yang dijumpainya di Babilonia. Jadi, jika Israel mempertahankan POLA / MODEL PERIBADAHAN seperti yang dibuatnya di tanah Kanaan, maka SISTEM ORGANISASI KEUMATAN yang diwariskan oleh leluhurnya dapat menjadi penghalang untuk mewujudkan suruhan TUHAN : “… OLEHMU SEMUA KAUM DI MUKA BUMI AKAN MENDAPAT BERKAT” (KEJ. 12 : 3).

Persoalan : Apakah yang dilakukan Israel, agar MAKNA peribadahannya tetap dilestarikan ? Konteks sosio-kultural Babilonia memaksa Israel melakukan REINTERPRETASI DAN REFORMULASI ATAS TRADISI LELUHUR. Reinterpretasi dan reformulasi bertujuan merelevansikan kultur (nilai yang terkandung dalam ajaran / doktrin / dogma) untuk menjawab pergumulan manusia dalam konteksnya. Hasilnya, Israel membaharui POLA / MODEL peribadahannya terkait prosesi ritual.

      Sekali lagi diulangi : ORGANISASI KEUMATAN merupakan sebuah TRADISI yang diwariskan turun temurun. Ia diciptakan leluhur Israel dalam kurun waktu tertentu sesuai konteks budayanya. Ia bisa dibaharui, tanpa mengubah IMAN,  sesuai konteks baru yang dihadapi generasi baru pula. Ia tidak tertutup tetapi terbuka. Jika ia tidak beradaptasi, maka akan timbul masalah baru yang akan dihadapi generasi baru. Sekurang-kurangnya ia mendorong generasi baru berbuat dosa. Dan, sedikit-dikitnya, ia melindungi serta memelihara KORUPTOR (Penjahat yang melanggar aturan).

6.   ORGANISASI AGAMA ADALAH KARYA BUDAYA MANUSIA. Saya yakin kita sepakat menyetujui, bahwa AGAMA SEBAGAI SEBUAH SISTEM ORGANISASI (INSTITUSI UMAT / GEREJA) adalah buatan manusia. Selayaknya diperbaharui terus menerus (ECCLESIA REFORMATA SEMPER REFORMANDA) dengan memenuhi persyaratan keagamaan, agar tidak mendatangkan petaka ke atas kemanusiaa. Namun patut diperhatikan, INTI IBADAH tidak dapat bergeser maupun diubah.

Melalui Amos, selaku “penyambung lidah Allah” (3:1-8), Allah mengingatkan Israel akan tugas fungsional dalam ibadah yang diselenggarakannya : IBADAH ITU SELAYAKNYA MENGALIRKAN KEADILAN DAN KEBENARAN ALLAH KE ATAS KEHIDUPAN MANUSIA (AMOS. 5 : 14 – 15). Selayaknya, Israel memanfaatkan SISTEM ORGANISASI KEUMATAN sebagai sarana untuk mewujudkan rencana TUHAN. Jika tidak berbuat demikian, maka TUHAN akan membongkar baik SISTEM ORGANISASI KEUMATAN maupun MANUSIA PELAKSANANYA. Dengan kata lain, SISTEM ORGANISASI KEUMATAN yang diterima secara tradisional memerlukan perubahan (pertobatan) juga, supaya ia berfungsi baik dan benar untuk melaksanakan misi Allah. Bersamaan dengan itu manusia pelaksananya pun harus bertobat juga.

MAKNA PEMBERITAAN AMOS BAGI GEREJA. Gereja yang kita jalankan sekarang ini bersifat TRADISIONAL. Artinya, bentuk (perupaan)-nya masih dikelola seperti apa adanya. Hal itu dikarenakan kita masih terselimuti oleh pemahaman tentang KEKUDUSAN GEREJA, padahal KEKUDUSAN itu patut berakar bukan pada sistem organisasi, melainkan pada INTI ORGANISASI, yaitu : ALLAH. Organisasi Gereja bukanlah sesuatu yang bersifat kudus. Ia DIKUDUSKAN oleh Allah. Dengan demikian, jika ia kurang berfungsi baik (karena sifat tradisionalnya), maka para pelaksan, yakni : warga dan pejabat, dapat menungganginya untuk berbuat dosa, dan sekaligus ia melindungi / memelihara kenyamanan si pendosa. Demikianlah GEREJA SELAKU ORGANISASI telah berbuat dosa.

PEMBAHARUAN GEREJA (ECCLESIA REFORMATA SEMPER REFORMANDA). Gereja yang sejati ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Gereja yang sejati ini, yakni : Tuhan Yesus, tidak berdosa. Yang berdosa adalah GEREJA BUATAN TANGAN MANUSIA, yaitu : ORGANISASINYA. Untuk membaharui fungsi-sistem organisasi Gereja, maka kita perlu menafsirkan dan merumuskan ulang KESAKSIAN ALKITAB untuk melakukan reformasi pada BIDANG KONSTITUSI (HIRARKHI) GEREJA. Mengapa ? Sebab HUKUM GEREJA adalah landasan bagi PEMBANGUNAN FUNGSI SISTEM ORGANISASI-nya.

Ingatlah akan kata rasul Paulus : “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (KOL. 3 : 17). Jadi apapun perubahan dan pembaharuan yang kita usahakan, bukanlah untuk mencapai kepentingan dan memenuhi kebutuhan pribadi maupun kelompok, melainkan untuk melayani keselamatan manusia, sehingga mereka memuliakan Allah. SOLI DEO GLORIA !

Salam Penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar