ANTARA ALLAH DAN RENCANA KITA
AMSAL 16 : 1 – 5
DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI KAMIS, 15 DESEMBER 2011
OLEH
ARIE. A. R. IHALAUW
BACAAN ALKITAB’
16:2 Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
16:4 TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.
16:5 Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.
VISI DAN PERENCANAAN. Tiap orang mempunyai gambaran tentang keadaan masa depan yang akan dicapainya. Ini merupakan pejelasan VISI dalam bentuk yang sederhana. Apapun isi dari VISI itu tidak perlu dipersoalkan, sebab tiap-tiap orang menentukan ‘sesuatu keadaan’ menurut penalarannya, misalnya : seorang ayah bertanya : “Apakah cita-citamu, Nak ?”…., “Saya ingin menjadi Pendeta, Papi !” jawab anaknya. Sejak jawaban itu dinyatakan anak, maka sebaiknya sang ayah mulai menyusun RENCANA (jadwal waktu, aktifitas belajar, pembiayaan, dan lain-lain yang terkait) agar sejak kecil ia dirahkan dan dipersiapkan untu mencapai cita-citanya. Akan tetapi sang ayah perlu memikirkan ‘kondisi-memaksa’ (seperti : kemampuan intelektual, kesehatan pisik, lamanya waktu pendidikan, kebutuhan dan kondisi ekonomi keluarga, kematian, dan lain-lain yang terkait) yang dapat mengubah dan menggagalkan perencanaan masa depan anak. ‘Kondisi-memaksa’ seperti itu tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini orang-percaya-yang-setia menebutnya ‘waktu dan kehendak Allah’ yang tidak mungkin dihetahui siapapun.
RENCANA ALLAH. (AMSL. 6 : 4 -> “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka”) Allah adalah Pribadi-Yang-Berpikir. Ia menciptakan manusia menurut kehendak dan tujuan-Nya. Dia memagari kehendak dan tujuan-Nya menurut ‘kondisi-memaksa’, agar manusia menghormati dan menjalankan kehidupan --- penghidupan --- sesuai rencana-Nya. Alkitab menyaksikan : “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.” (YES. 45 : 6b – 7). Umumnya orang menyebut ‘kondisi-memaksa’ itu adalah nasib, malang dan mujur. Sejak langit dan bumi serta manusia diciptakan, faktor ini tak dapat diubah.
APAKAH TUJUAN TUHAN DENGAN ‘KONDISI-MEMAKSA’ ITU ?. So pasti, ada ! Penulis Amsal mengatakan : “Tuhanlah yang menguji hati.” Artinya, Allah mengijinkan siapapun untuk memasuki ‘kondisi-memaksa’, agar Dia dapat mengetahui sikap hati setiap orang terhadap ke-Tuhan-an (keilahian, kepemimpinan, pemeliharaan, dan lain-lain yang melekat pada sifat) – Nya. Dia menguji tiap orang yang dikasihi-Nya (bd. MAZ. 7 : 10c; 11 : 5a; 139 : 23; 1 TESS. 2 : 4; WHY. 2 : 23), apakah orang itu setia mengasihi dan patuh menjalankan rencana yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, setiap orang-percaya-yang-setia tidak boleh mengatakan : “Mengapa Allah mencobai aku ?” (bd. YAK. 1 : 12 – 18; simaklah pemahaman Ayub ketika berada dalam ‘kondisi-memaksa’). Justru dalam kondisi seperti itu, setiap orang-percaya-yang-setia, seharusnya, semakin mendekatkan diri (bergaul akrab) dengan TUHAN Allah, agar Dia memberi ‘kekuatan-hidup’, yakni : Roh-Nya, sehingga kita sanggup bertahan maju sambil memikul salib masing-masing (PLP. 4 : 13). Jika TUHAN Allah menemukan kita setia mengasihi-Nya, maka Dia pasti mengaruniakan kejayaan (bd. YES. 7 : 9dc) dan membuat segaa usaha kita berhasil ( 2 TAW. 26 : 5).
APAKAH SIKAP HATI YANG DIPERLUKAN ?
1. JANGAN MENGANGGAP DIRIMU BERSIH (bd. AMSL. 16: 2).
Hal inilah yang dibenci Allah. Kita selalu menyombongkan diri seakan-akan lebih suci, lebih saleh, lebih pandai (bd. AMSL. 3 : 5 – 8) dari pada orang lain; padahal hati dan pikiran sendiri mengetahui betapa jahatnya rencana kita, apalagi Allah ? Dia yang menjadikan kita, Dia mengenal segala sesuatu yang bergerak dalam pikiran dan hati kita.
2. SERAHKAN SEGALA RENCANAMU KEPADA TUHAN DAN BEKERJALAH SESUAI KEMAUANNYA (AMSL. 16 : 3). Meskipun kita telah menusun Rencana Kerja dan Anggaran Belanja, serta melaksanakan dengan pengawasan ketat, namun berhati-hatilah, kita tidak mengetahui ‘kondisi-memaksa’ yang tak terpikirkan serta mampu menghancurkan seluruh mimpi tentang masa depan bahagia. Penulis Kitab – Kitab Hikmat mengajak kita demikian : “Ingatlah Penciptamu…, sebelum tiba hari-hari malang dan mendekati tahun-tahun yang kau katakan : TAK ADA KESENANGAN BAGIKU DI DALAMNYA” (PENGK 12 : 1).
3. JANGAN TINGGI HATI (AMSL. 16 : 5). Jikalau TUHAN membuat segala usaha / pekerjaan berhasil, maka selayaknya kita memuliakan nama-Nya atas rachmat dan kebajikan yang diberikan-Nya dengan melimpah (bd. AMSL. 3 : 9 – 10 -> “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya”). Kita wajib mengucap syukur kepada-Nya, supaya Dia selalu tinggal bersama dan menyertai perjalanan kita menuju masa depan yang lebih baik. Penulis Kitab Ulangan mengingakan : “Jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,…” (ULNG. 8 : 14); akan tetapi sebaiknya “segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (KOL. 3 : 17), supaya Dia membuat segala perencanaan dan usaha kit berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar