Sabtu, 24 Desember 2011

MASIH ADAKAH HARI ESOK BAGI KAMI, YA TUHAN !?


SEBUAH REFLEKSI

Cegahlah suaramu dari menangis dan matamu dari mencucurkan airmata, sebab masih ada harapan untuk hari esokmu, begitulah firman TUHAN
( Yeremia 31 : 16 – 17 )

Saudaraku…,

Hari ini : Sabtu, 24 Desember 2011, kita akan menyelesaikan perjalanan sepanjang 358 kilometer. Suatu waktu panjang penuh suka-duka, tawa – tangis, bahagia – derita, pasang surut kehidupan yang tidak pernah terlupakan. Kita masing-masing telah menuliskan catatan sejarah kehidupan sesuai kemampuan diri. Catatan-catatan (diary) itu ada yang sudah tuntas dicapai, tetapi masih ada yang perlu diagendakan untuk dikerjakan dalam 2011 mendatang. Banyak kali kita gagal mencapai harapan dan cita-cita, tetapi di dalam suasana hati kecewa, kita menemukan hikmat Allah yang membuat kita sanggup berjalan menuju masa depan. Peristiwa-peristiwa pahit yang dialami telah membuat kita menangis. Malahan mata kita masih sembab, padahal 2011 akan berlalu.
Saudaraku, …
Beta coba merefleksikan ucapan ilahi yang dituliskan Yeremia, ketika Yehuda-Yerusalem dilanda kehancuran, karena TUHAN Allah menghukum dosa dan kejahatan mereka. Umat itu meninggalkan TUHAN-nya dengan berkhianat menyembah ilah lain. Perilaku sosialnya juga tak sesuai firman-Nya. Perbuatan mereka telah menjadi malapetaka yang menimpanya sendiri. Perjalanan menuju masa depan dihentikan TUHAN Allah, yang disebutnya Bapa (bd. Yes. 63:16-17). Kegagalan itu bukan dikarenakan hukuman TUHAN, tetapi bersumber dari perilaku berdosa dan penuh intrink jahat. Yerusalem-Yehuda menderita karena perbuatannya sendiri.

Saudaraku…,

Menarik pelajaran dari sejarah perjalanan Yerusalem-Yehuda, marilah kita melihat ke dalam diri sendiri. Mengapakah kita mengalami kegagalan sepanjang perjalanan 2011 ? Mengapakah kita kurang atau belum berhasil mencapai semua cita-cita yang direncanakan ? Adakah yang menghambat kemajuan langkah-langkah yang sudah direncanakan secara matang sebelumnya ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu diangkat kembali, ketika kita akan mengakhiri dan memasuki 2012 mendatang.
Mengapa kita gagal ?

Ada banyak alasan yang dapat kita catat. Pertama, mungkinkah kita tidak mengikut sertakan Allah dalam menjalankan rencana ? Mungkinkan kita kurang memberikan kesempatan bagi Yesus-Kristus untuk menahkodai bahtera kehidupan pribadi dan keluarga ? MUNGKIN SAJA…. Kemungkinan itu pasti ada, meskipun tak diingat lagi. Pada banyak kesempatan, kita kurang member waktu kepada Dia yang mengasihi kita. Marilah kita mengubah pola perilaku ini; karena kita sendirilah yang akan rugi besar, jikalau hal yang sama kita lakukan dalam 2012 mendatang.

Kedua, apakah TUHAN Allah membiarkan kemalangan dan malapetaka menimpa kehidupan pribadi dan keluarga ? MUNGKIN SAJA Kemungkinan itu terbuka lebar. Jik hal itu kita alami, bersyukurlah ! Karena Dia masih mencintai kita. Melalui kemalangan dan malapetaka, TUHAN menyadarkan kita, agar selalu bertakwa dan tawakal kepada-Nya. Kita perlu meningkatkan kerajinan ibadah kepada-Nya. Kita tidak berkuasa mengatasi malapetaka. Kita makhluk yang memiliki keterbatasan. Kita membutuhkan TUHAN sepanjang masih berjalan di atas bumi. Memang benar, tantangan, kendala, hambatan dan ancaman yang dating dari alam maupun niat hati sesama, bisa saja menghentikan perjalanan. Akan tetapi TUHAN Allah mengetahui dan mengenal hati manusia. TUHAN Allah yang menciptakan alam semesta, maka Dia juga akan menyelamatkan, jika kita berseru memohonkan pertolongan-Nya

Airmata kehidupan

Mata masih sembab, walau airmata telah habis. Belajarlah dari beberapa contoh ini :

PELAUT MUDA YANG TANGGUH. Seorang pelaut hanya mengetahui satu hal : ia harus sampai ke pelabuhan, meskipun laut bergemuruh, badai topan menghantam kapalnya. Seorang pelaut tak boleh putus asa, ketika badai topan mengharu birukan samudera. Ia perlu memiliki keberanian, ketenangan hati dan kejernihan akalbudi, supaya bisa melihat jalan keluar di tengah situasi yang mematikan. Namun acapkali pelaut pemberanipun menciut semangatnya, ketika keadaan tidak berubah. 

Ketika pelaut muda bertambah usia, kekuatannya mulai memudar. Tenaganya pun berkurang. Ia tidak setangguh dulu lagi. Ternyata pelaut muda adalah manusia biasa juga. Ia membutuhkan pertolongan TUHAN di setiap pelayaran.
MUSAFIR MUDA YANG BERANI. Belajarlah dari pengalaman seorang musafir  pengelana. Ia mengelana mengililingi berbagai penjuru dunia. Kakinya tidak gemetar. Semangatnya tidak surut. Tubuhnya tidak penat. Ia terus berjalan menuju kota idamannya. Di sepanjang ia berhadapan dengan keganasan alam dan binatang buas. Sewaktu masih muda, ia sanggup melawan. Tetapi jika usianya uzur dan kekuatannya surut, maka ia tak mampu lagi. Ternyata kegagahan dan kemampuan manusia ada batasnya. Dan, ketika tiap orang tiba di batas itu, ia perlu berdoa, agar TUHAN Pencipta menyelesaikan perjalanan yang dilakukan atas kehendak-Nya.

Masihkah ada airmata mengalir ?

Menyongsong 2012 harus dengan TUHAN. Seorang peratap yang suka meratapi masa lalu, tak mungkin layak memasuki dan membangun kehidupan dalam tahun 2012. Airmata itu, jika ditumpahkan tepat waktunya besar sekali maknanya; akan tetapi jika ia terus mengalir, maka akan mengganggu pandangan seorang pelaut atau pengembara untuk melihat arah jalan baru yang akan ditempuhnya. 

Yeremia berkata : “Cegahlah suaramu dari menangis dan matamu dari mencucurkan airmata” (31:16a). Mengapa ? Sebab airmata dan tangisan tidak mungkin menyelesaikan masalah. Orang yang suka menangis menandakan ia kurang dewasa. Orang yang selalu berteriak dalam kesusahan menandakan, bahwa ia sukacari perhatian. Masalahnya : kepada siapakah tangisan dan keluhan disampaikan ? TUHAN ! Hanya kepada TUHAN saja kita menangis dan meratap, bukan karena ingin mengemis, tetapi untuk mengakui dosa dan kejahatan yang menyebabkan Dia tidak mendengar doa dan tidak memberkati kita (bd. Yer. 5:25; Yer. 59:2). 

Dengarlah sekarang firman-Nya : MASIH ADA HARAPAN UNTUK HARI ESOKMU ! Badai pasti berlalu, asalkan sebagai awak kapal, kita menyerahkan kemudi untuk diarahkan TUHAN. Asalkan sebagai pengembara, kita member kesempatan kepada Dia untuk memimpin perjalanan. Jadi saat ini, bukan waktunya untuk meratap dan menangis. Serahkan jalan hidup kita kepada Dia, Juruselamat dan Pemimpin kita. 

MEDAN, Kamis, 24 Desember 2011
Salam dan doa berkatku

Pdt. Arie A. R. Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar