Selasa, 13 Desember 2011

CINTA BERCABANG DI PENGHUJUNG JALAN by Arie A. R. Ihalauw


Untuk ketiga anakku : BEN-YADA, BEN-AMOR dan EL-CHESED, yang kucintai.

Sangat mungkin…, seorang ayah tidak akan menceritakan perjalanan cintanya di masa lalu. Sebab hal itu masih dirasakan tabu dalam masyarakat Indonesia. Tetapi, aku : ARIE ARNOLD REMALS IHALAUW, tidak berpikir demikian. Papi ingin kalian mengetahui kebaikan dan kesalahan, dosa dan pelanggaran yang kulakukan pada masa mudaku, agar kalian bertiga menjadi anak-anak yang bijaksana. Kalian tidak boleh melakukan hal yang sama seperti yang Papi lakukan. Jikalau kalian membuka FACEBOOK papi, maka kalian akan membaca perjalanan cintaku, sebelum aku menikahi mami.  Sudah menjadi sifatku, papi tidak terbiasa untuk membiarkan kalian mendengar cerita tentang masa laluku dari mulut orang lain. Karena itu, papi telah minta ijin dari mama sebelum menuliskan catatan-catatan harian yang krusial sepanjang perjalanan cintaku.

Tujuan dan maksud Papi hanyalah menasihati dan mengingatkan kalian, supaya kalian mencintai Yesus dan setia melakukan firman-Nya. Papi tidak pernah mengajarkan kalian memilih pacar menurut keinginanku. Papi membebaskan kalian untuk menentukan pilihan sendiri, asalkan dalam CINTA dan KESETIAAN pada Yesus Tuhan. Dialah sumber rachmat abadi yang membuat kalian hadir di atas pangkuan papi dan mami.

Ingatlah, anak-anakku, papi dan mami menghormati siapapun yang menjadi pilihanmu, bukan karena dia adalah anak seorang terpandang dan kaya. Bukan pula karena dia menyandang gelar dan memiliki kedudukan terkemuka, bukan pula karena dia berbeda suku dan agama. Yang papi dan mami minta adalah : MASUKILAH PERKAWINANMU NANTI DENGAN SEORANG KEKASIH YANG PERCAYA KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS. Jikalau kekasihmu seorang tidak seiman, jangan kalian meninggalkannya, tetapi haruslah kalian memperkanalkan Tuhan Yesus Kristus kepadanya, serta mohonlah pertolongan Rohkristus untuk membuka matahatinya, sehingga ia percaya kepada Kristus. Tetapi jika Tuhan Yesus Kristus tidak menghendakinya, maka Dia sendiri akan bekerja untuk mengakhiri hubungan cinta kalian menurut cara dan kehendak-Nya.

Khususnya untuk anakku : BENNY AMOR SALUTAVI ECCLESI… kau sendiri telah memutuskan untuk ikut melayani dalam pekerjaan Tuhan. Mohonkan hikmat Tuhan dan aturlah segala langkahmu, supaya Dia menuntuk akalbudimu dengan kecerdasan dan meletakkan CINTA di dalam hatimu, sehingga dalam memilih calon kekasih, AMOR selalu mempertimbangkan CINTA dan KESETIAAN kepada-Nya.

Kiranya TUHAN, Allah Sumber Rachmat Abadi, membimbing kalian kepada pengenalan yang benar akan kehendak-Nya serta memberkati masa depanmu, anak-anaku…..

CINTAKU BERCABANG
DI PENGHUJUNG PERJALANAN

CERITA PENDEK
KISAH CINTAKU DI MASA KULIAH TAHUN
DESEMBER 1980

DISALIN KEMBALI DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI SELASA, 13 DESEMBER 2011

OLEH
ARIE A. R. IHALAUW

PERJALANAN PULANG KULIAH. Kuliah siang dari Prof. Dr. R. W Haskin telah selesai. Arie melangkah turun bersama Evelyn Liow, sahabat dekatnya. “Langsung pulang, Rie ?” tanya sahabatnya. “Iya…, saya menjemput Shanty di RS CIPTO MANGUNKUSUMO (RSCM)”, jawab Arie sambil menghidupkan lambreta tua. Ia melambaikan tangan menebar senyum pada sahabatnya, lalu meninggalkan kampus SEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA (STTh-J). Langit cerah ketika Arie kenderai lambreta tua menuju kampus UI di Salemba Raya.  Arie selalu menjemput gadis cintanya di sana, di depan RS CIPTO MANGUNKUSUMO. Dari arah pompa bensin Arie melihat gadis itu melangkah ringan mennelusuri trotoar. Segaris senyum indah terukir di bibirnya yang sensual. Arie terpesona. Mata kekasihnya, SHANTY HELMINDA, mahasiswa Fakultas Kedokteran itu, menampakkan kegembiraan. Shanty, sang gadis pujaan semasa kuliah. Memang mereka tidak sekeyakinan, tetapi Arie berusaha meyakinkan diri untuk menerima keragaman ini. Mereka berdua mengendarai lambreta tua menuju Manggarai Selatan. Lambreta itu diberikan Jhony Kainama. Sambil bercerita tentang masa depan yang akan dimasuki bersama. Ia memelukku erat. Tubuh lelaki itu terasa hangat. Ia mengarahkan lambreta tua mendekati trotoar di Gang Kelor – Matraman. Di dekat SMA PSKD III, di warung kecil pasangan kekasih itu mengaso sebentar.

Gimana pandangan orangtuamu, Rie ?” tanya Shanty. “Yah… masih seperti dulu…. Mereka belum menyetujui rencana kita memasuki masa depan. Meskipun telah kukatakan, kita akan bebas menentukan pilihan keyakinan, sebab yang terpenting kita saling menghormati cara menjalankan ibadah masing-masing.” Arie berusaha menghibur hatinya, walau ia menyadari kerinduan itu terlalu sulit. Hening seketika…, Shanty menatap kekasihnya dalam dalam. Matanya berair…. Arie berpikir, kekasihnya berusaha menahan rasa yang bergejolak dalam dadanya. Sinar matanya tak seindah beberapa menit lalu. Arie coba menghiburnya. “Sudahlah… mari kita mencoba tidak menyerah dalam keadaan ini. Kita bermohon pada Allah, agar Dia memberi kekuatan untuk menjalani kehidupan ini ke masa depan.” tutur Arie menghibur…. “Berapa duit, teh susu dan kelapa kopyor, bu ?” tanya Arie pada Mpok Aisah, penjaga warteg, sambil merogoh kantongnya. “Enamribu, nak !” Arie membayar minuman itu, lalu merangkul pinggang kekasihnya ke parkiran. Keduanya menuju rumah Shanty Helminda. “Ngga usah terlalu dirisaukan, sayang ! Aku masih mencintaimu, yang…. Tenangkan pikiran dan rasa hatimu, supaya mampu menyelesaikan tugas kerja esok.” Arie bertutur lembut mesra, sambil menatap wajah kekasihnya. Bunda Shanty membuka pintu pagar. “Met siang, … Saya mengantarkan Shanty, Bu !” sapa Arie, … lalu Arie mengecup mesra bibir kekasihnya. Sang bunda tersenyum. Keduanya berpelukan. Arie memeluk pinggang kekasihnya sambil menuju teras rumah. “Datang malam, ya sayang !” pinta Shanty. Arie mengangguk setuju. Kemudian menuju lambreta tua dan berlalu pergi…… Matahari mulai menurun, ketika Arie meninggalkan halaman rumah kekasihnya…..

KEGELISAHAN KARENA CINTA. Arie memasukkan lambreta tua ke garasi di bawah Pohon Sengon. Ia langsung menuju kamar kosnya. Lelaki itu melemparkan tubunya ke lantai berpermadani. Matanya menatap langit-langit. Kedua tangannya menyilang di dahi. Pikirannya menerawang jauh entah kemana. Ia sedang berpikir keras tentang hubungan cintanya. “Hmmmmm….. mengapa Tuhan tidak mengabulkan doaku…. Dahulu ketika aku memulai hubungan ini, Tuhan membisu…, dan sampai sekarangpun Ia masih berdiam diri. Apakah Dia menyetujui hubunganku dengan Shanty ? Apakah hubungan cinta ini terlarang ? Bukankah Tuhan tidak melarang siapapun berpacaran dengan seorang yang tidak sama keyakinan iman ? Mengapa cinta harus terlarang hanya karena perbedaan agama ?” Pikiran dan hati lelaki itu resah gelisah. Ia tertidur pulas, karena bathinnya letih. Ia tak tahu akhir perjalanan cintanya.

NGAPEL DI MALAM MINGGU. Dering telepon berbunyi, Arie terbangun. Ia mengangkat telepon : “Ngga jadi datang, Rie ? Udah jam 9 lewat…, sayang.” Suara Shanty terdengar di kejauhan. Segera Arie mengambil handuk, lalu pergi mandi. Setelah itu ia pamit pada Oma Kainama, Ibunda Christine Kainama : “Pacaran dolo, Oma… hahahahaeee… !” jelasnya sambil tertawa. “Nyong Ariee…., jang pacaran deng cewe Islam itu lai…., kan Nyong Arie mau jadi Pandeta to…. hehehehe…” jawab Oma Kainama sambil tertawa kecil dengan serbet menutupi wajahnya…. “Iya, Oma…., doain ya… biar Shanty mau menjadi kristen….” ulas Arie…. “Ingat Nyong, jang pulang larut malam, ya…. Esok kita ke Gereja Koinonia…” Oma Kainama mengingatkan. “Iya… Oma !” sahut Arie sambil berjalan kaki menuju rumah kekasihnya, kira – kira limaratus meter dari rumah Keluarga Kainama.

“Met malam Om dan Tante…. Boleh bertemu Shanty ?” tanya Arie sopan. Ayahnya mengangguk. “Shan…. Ada tamu…. !” panggil ibunya…. “Iya, bunda !” sahut Shanty dari kamarnya. “Arie…, Oom ingin berbicara bersama kalian berdua…., duduklah… !” tutur ayah Shanty lembut. Arie pun duduk tenang, tetapi jantungnya berdegup keras : “Apa gerangan ?” pikirnya keras…. Tak terasa keringat dingin mengalir di pelipisnya…. Pembantu rumah mengantarkan secangkir teh panas padanya. Arie tersenyum, tepat pada saat Shanty keluar dari kamarnya. “Ayah…., aku dan Arie mau jalan-jalan sebentar, yah !” kata Shanty manja. Ia mengelus pundak ayahnya. Lelaki itu seperti tidak mendengarkan. Ia terus membaca karangan Harun Hadiwiyono, teolog GKJ – dosen STTh DUTA WACANA di Yogyakarta. “Duduklah sebentar, nak !.... ayah ingin berbicara bersama kalian berdua…” sahut sang ayah…. Shanty duduk bersebelahan dengan Arie. Keduanya saling menatap curiga…. Arie memegang tangan Shanty kekasihnya. Dingin membeku… denyut nadinya tidak beraturan….

Sudah dua tahun kalian berpacaran, gimana perkembangannya ?” tanyanya. “Baik saja, yah !” jawab Shanty. “Bukan itu maksud ayah…, apakah kalian sudah memikirkan pernikahan kelak ?  lanjut lelaki tua itu… “Arie berkuliah di sekolah agama, seorang Nasrani yang taat pada ajaran agamanya, sedangkan Shanty beragama Islam…., mana mungkin kalian dapat bersatu ? Cobalah renungkan baik-baik, ya Arie !” pinta ayah Shanty. “Mudah-mudahan kalian menemukan jalan keluar yang menyenangkan semua keluarga, supaya tidak timbul kesalah pahaman di antara kita, nak !” tukas ayahnya kepada Shanty, sambil membetulkan letak kacamatanya. “Iya ayah ! Kami akan berusaha membicarakannya…, tapi….” Jelas Shanty…. “Tapi kenapa, nak !” sela sang ayah sambil melirik tajam ke arah Shanty dan Arie…, “ach…. Nanti aja deh,…. Shanty akan menjelaskannya pada ayah dan bunda”. Shanty berdiri dan menarik lengan kekasihnya : “Ayah – bunda…, kami jalan dulu, biar pulangnya ngga larut malam…”. Pasangan kekasih itupun meninggalkan ruang tamu.

PERCAKAPAN YANG SULIT. Sepanjang berjalan kaki menuju warung di Gang Kelor, Arie dan Shanty bercerita tentang hubungan mereka. “Apa pendapatmu tentang permintaan ayah, sayang ?”…., “Ya… terserah saja, Shan…, aku bingung menghadapi masalah ini. Tadi sore aku berpikir : Mengapa Tuhan menciptakan kita berbeda agama ? Bagaimanakah caranya kita memecahkan masalah ini. Pikiran itu mengantarku ke dalam mimpi…, aku takut kehilangan dirimu, sayang !” tutur Arie sambil mengetatkan pelukan ke pinggul kekasihnya. “Mengapa harus takut, sayang ?  CINTA itu membutuhkan pengorbanan diri. CINTA itu akan menguatkan kita berdua mengatasi kesulitan tentang perkawinan, sayang….” Shanty menjelaskan pikirannya. “Tetapi CINTA itu juga menuntut kita untuk menghormati kedua orangtua…. betulkan, Shan… ?” Arie menyela dengan suara lembut. Shanty mengangguk mengiyakan. “Kita ngga bisa mau menang sendiri. Wajarlah, jika seorang anak mempertimbangkan permintaan orangtuanya… Tahun depan kamu jadi berangkat ke Mekah ?” tanya Arie tentang rencana keluarga Shanty melaksanakan Hukum Islam itu. Shanty mengangguk.

Tak terkirakan, mereka telah tiba di warung Pak Bram Manuputty. Keduanya memesan sate – lontong dan es teler. “Shan…., Allah yang menciptakan kita itu sama dan satu….., tetapi kita dilahirkan dalam keadaan berbeda…, aku seorang anak Pendeta, sedangkan orangtuamu sudah dua kali mengikuti perjalanan umroh ke Mekah…., rasanya kita akan menemukan kesulitan besar di masa depan, sayang !” Arie menguraikan pandangannya. “…, tapi aku akan berusaha meyakinkan ayah, agar dapat menerima kamu kelak,…” tutur Shanty miris… “aku akan berusaha menjelaskan keputusanku kepada ayah dan bunda, supaya mereka belajar menghormati kita berdua. Bukankah sudah kukatakan, bahwa CINTA hanya bisa dibuktikan dalam pengorbanan ? Berdoalah kepada Yesusmu, agar Dia memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita. Aku pasrah !”...., “maksudmu…. ??????” Arie terperangah. Baru sekali ini ia mendengar Shanty menyebut nama Yesus. “Aku sudah menggumuli hubungan cinta kita dengan Allah. Tekadku sudah bulat…. Entah kapan akan terwujud, tapi suatu waktu nanti…. yang kuharapkan…., Yesusmu menolongku ….” Arie semakin resah kebingungan melihat sikap kekasihnya. Pikirannya meraba-raba apa yang dipikirkan gadis cintanya itu. Di dalam hati kecilnya Arie berdoa : “Kiranya Yesus memberikan jalan terbaik bagi kita. Seandainya suatu waktu nanti, Shanty berpindah keyakinan, semuanya atas pertolongan Yesus. Tetapi jika hubungan  cinta ini akan berakhir, biarlah Yesus sendiri yang menolong untuk menerima semua kepahitan kelak.” Arie mengulurkan dan menggenggam tangan kekasihnya, sambil berbisik : “Aku selalu mencintaimu Shanty, sayangku…. Bagaimanapun hasil akhir yang akan kita dapatkan…, aku selalu setia menunggumu, sayang”. Keduanya tersenyum, sesaat  mereka beranggapan masalah itu tak pernah ada di hati mereka.

PERJALANAN HAJI 198I DAN JAWABAN ALLAH. Akhirnya rencana naik haji terlaksana juga. Arie mengantarkan keluarga Shanty menuju bandara. Hatinya sendu. Ia tidak dapat menghalangi tekad Shanty mendampingi orangtuanya ke Mekkah. Arie hanya bisa berdoa : “Semoga di sana Shanty menemukan Yesus yang akan menolongnya.

Setelah menunggu kurang lebih sebulan lamanya, keluarga Shanty kembali ke tanah air. Seperti biasanya Arie menjemput Shanty ke kampus bersama. Betapa tertegunnya Arie melihat perubahan Shanty. Kekasihnya memakai pakaian Islam lengkap, berjilbab. Arie tersenyum lirih, kala kekasihnya bertanya : “Gimana menurut pendapatmu,  sayang ?” Hati lelaki itu lirih, tetapi ia berusaha tergar dan tersenyum, katanya : “Cocok dan cantik, Shan…” Setiap hari Shanty tak pernah melepaskan kerudung yang menutupi rambutnya nan indah. Perasaan Arie makin tertekan.

Suatu hari Arie duduk di bawah pohon sengon dekat kamar kosnya. Ia melamun. “Inikah jawaban Yesus atas doaku ? Jikalau inilah jawaban-Nya, aku akan memilih lebih mengasihi Dia dan setia menjalankan perintah-Nya, ketimbang cintaku terbagi menjadi dua. Ya Tuhan Yesus, … kuatkanlah anak-Mu ini, agar sanggup bertahan bersama-Mu di hari hari sulit yang akan kumasuki kelak”. Itulah doanya. Hari hari kemudian, Shanty mulai mengelak ketika diajak pulang bersama. Arie juga memahaminya. Lelaki itu bersikap bijak terhadap perubahan sikap kekasihnya. Jikalau Shanty memintanya untuk menjemput, barulah Arie melakukannya. Perlahan-lahan hubungan cinta mereka mendingin. Tak ada kata putus yang terucapkan, tetapi hati yang merasakannya.

DOA SYUKUR DALAM PERGUMULAN. Di salah satu hari Minggu, Arie mengantarkan Oma Kainama beribadah ke Gereja Koinonia di Jalan Matraman Raya. “Oma…, hubunganku dengan Shanty Helminda telah berakhir…, ternyata Tuhan bekerja menyelamatkan imanku kepada-Nya. Aku bersyukur kepada-Nya” cerita Arie… “Iya Nyong Arie…. Oma selalu sombayang, supaya Tetemanis kasi jalan keluar untuk Nyong Arie…” tangap Oma Kainama. Keduanya masuk ke ruang ibadah, lalu duduk di deretan paling belakang. Dalam doa syafaat, Arie bermohon : “Ya Allah Mahasuci, Engkau menciptakan manusia berpasangan. Engkaupun mengendaki daku untuk selalu berjalan bersama-Mu. Aku mengucap syukur atas rachmat dan karya-Mu, sehingga terbebas dari masalah cintaku. Aku menyadari, bahwa inilah cara-Mu untuk menyelamatkan CINTA-Mu padaku dan KESETIAANku kepada-Mu. Berikanlah akseorang kekasih seiman yang akan mendampingiku mengerjakan karya-Mu kelak. Aku bersyukur atas jalan-jalan-Mu, ya Allahku.” Airmatanya bergulir jatuh. Arie tidak menghiraukan senyuman cewe cantik sedang duduk di sampingnya : Conny Hutubessy. Gadis itulah yang kemudian menjadi kekasihnya, setelah hubungan cinta bersama Shanty Helminda berakhir…….

SALAM DAN DOA

PENULIS.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar