Kamis, 06 Oktober 2011

BUKAN KARENA JASA-JASA KITA - Rancangan Pemberitaan Firman Allah pada KEBAKTIAN RUMAHTANGGA - Rabu, 12 Oktober 2011


RANCANGAN
PEMBERITAAN FIRMAN ALLAH
DALAM KEBAKTIAN RUMAHTANGGA JEMAAT
HARI RABU, 12 OKTOBER 2011

BUKAN BERDASARKAN JASA-JASA KAMI

Dituliskan oleh
PENDETA  ARIE  A  R  IHALAUW


PENDAHULUAN

DOA, sesungguhnya, tidak jauh berbeda dengan mantera-mantera yang diucapkan oleh seorang Panditha ata Bikhu / Bikhuni Agama Hindu-Budha, juga oleh dukun-dukun dalam budaya-agama-suku. Dalam Bahasa Indonesia terdapat sinonimnya : SEMBAHYANG. Kosa kata ini terdiri daru 2 (dua) suku kata: SEMBAH (menyembah, bersujud, menghamba, melayani) + HYANG (Dewa – Dewi, Gusti, seperti Sang HYANG KALA = Dewa Waktu, dan sebagainya). Jadi SEMBAHYANG berarti : bersujud menyembah kepada sang Hyang. Penyembahan itu wajib dilakukan dengan membawa sesajen (korban) yang menyenangkan hati sang Hyang, agar Ia melimpahkan berkat kepada para penyembahnya. Ritual ini ditemukan pula dalam TATA IBADAH GPIB pada RUMPUN LITURGI IV, yang disebut JAWABAN UMAT, di mana Pendeta menaikkan DOA SYAFAAT dan sesudah itu dipungut PERSEMBAHAN SYUKUR (SESAJEN) UMAT kepada Allah. Lantas, apakah DOA MENURUT KESAKSIAN ALKITAB ?

APAKAH DOA MENURUT KESAKSIAN ALKITAB ?.

Banyak orang merumuskan istilah DOA menurut kesaksian Alkitab, tetapi ada pula yang mendefinisikan kata tersebut sesuai pengalaman imannya sepanjang perjalanan hidup bersama Allah. Ada yang mengatakan : “DOA adalah percakapan dengan Allah dan nafas hidup”. Saya secara pribadi mendefinisikannya sebagai berikut : “DOA adalah perkataan yang diprlihatkan jelas dalam perbuatan.” Apapun definisinya, sah-sah saja. Salah satu contoh dari doa BAPA KAMI yang diajarkan Tuhan Yesus berbunyi : “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat. 6:12). Kalimat itu mengandung 2 (dua) pengertian : pertama, si pendoa memohonkan pengampunan atas dosa dan kelahannya terhadap perintah Allah; kedua, pengampunan yang dianugerahkan Allah hanya dan akan dinikmati, jika si pendoa mengampuni kesalahan sesamanya. (bd. ay.14-15 -> “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”) Yang pertama merupakan ucapan dan yang kedua menjadi tindakan. Sebab di dalam kalimat ini : “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, berlakukan Hukum Kristus yang berbunyi : “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39). Inilah yang saya maksudkan, yaitu : kualitas ucapan doa, seharusnya, seperti yang terlihat dalam kualitas tindakan konkrit. Jadi jika kita ingin diampuni oleh Allah, maka kita juga wajib mengampuni sesama.

DANIEL IX : 15 – 19

9:15    Oleh sebab itu, ya Tuhan, Allah kami, yang telah membawa umat-Mu keluar dari tanah Mesir dengan tangan yang kuat dan memasyhurkan nama-Mu, seperti pada hari ini, kami telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik.
9:16    Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.
9:17    Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri.
9:18    Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah.
9:19    Ya Tuhan, dengarlah ! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu !"

POKOK TEOLOGI DALAM
DOA PENGAKUAN DOSA DANIEL

1.   KEPADA SIAPAKAH DOA DITUJUKAN ?.

      Doa kristen ditujukkan kepada Allah, agar Dia bekerja menurut kehendak-Nya yang berdaulat untuk melakukan penyelamatan / pembebasan atas umat-Nya.

2.   SIAPAKAH PENDOA ITU ?

      Menurut kesaksian Alkitab, doa dipanjatkan oleh siapapun; akan tetapi Alkitab juga mengenal fungsi jabatan si pendoa :

2.a.  Doa dipanjatkan oleh orang-orang percaya kepada Allah, karena situasi yang sedang dialaminya.
2.b.  Di dalam Baith Allah-pun orang percaya berdoa secara pribadi, namun demi ketertiban dan kesopanan beribadah, maka orang-orang percaya itu diwakili oleh Pehabat Bait Allah (Imam Besar dan Imam-Imam). Pada Ibadah Gereja warga jemaat  yang berpartisipasi dalam Ibadah Minggu memberikan kepercayaan kepada Pelayan Firman dan para Pelayan untuk menaikkan doa. Pendeta menaikkan Doa Syafaat, Penatua memanjatkan Doa Pengakuan Dosa, dan Diaken mengucapkan Doa Persembahan Syukur sesuai tugas fungsional yang diembani oleh masing-masing pejabat / pelayan.

3.   APAKAH ISI DOA PENGAKUAN DOSA ?

Isi Doa Pengakuan Dosa tidaklah sama pada setiap Hari Minggu, karena rumusan doanya harus disusun berdasarkan Perikop Bacaan Minggu. Artinya, setelah Pendeta yang menafsirkan perikop bacaan selesai menguraikan tafsirannya, di sana akan muncul kesalahan dan dosa umat kepada Allah. Kesalahan dan dosa yang dikoreksi oleh Firman harus diakui dalam doa PENGAKUAN DOSA kepada Allah.

4.   BAGAIMANAKAH DANIEL MERUMUSKAN DOA PENGAKUAN DOSA ?

4.a.  HARUS DIBUKA DENGAN EPENGAKUAN AKAN KARYA ALLAH. Daniel, mewakili umat Israel dalam pembuangan, mengakui akan tindakan Allah, ketika Dia membebaskan  Israel dari Mesir (ay. 15).

4.b.  HARUS MENGAKUI BAHWA KESELAMATAN ITU ANUGERAH ALLAH. Tindakan Allah yang membebaskan itu bukan didasarkan atas jasa-jasa umat, tetapi karena belas kasihan-Nya (ay. 16). YEHESKIEL, seorang nabi dalam pengasingan, menyampaikan ucapan Allah : “Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang.” (36:22, 32).

4.c.  HARUS MENGAKUI KESALAHAN DAN DOSA YANG MENGAKIBATKAN SENGSARA. Daniel berdoa mewakili umat Israel, katanya : “…sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami (ay. 16).

4.d.  HARUS MERENDAKAN HATI DAN MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN ALLAH. Daniel berdoa : “… bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah” (ay. 18). Kalimat ini jelas-jelas menegaskan, bahwa keselamatan / pembebasan dari kesengsaraan yang dialami karena dosa dan kesalahan, semata-mata dilakukan oleh Allah menurut waktu dan kehendak-Nya yang berdaulat. Bukan karena jasa-jasa baik. Bukan karena orang kristen rajin beribadah, tetapi keselamatan itu hanyalah ANUGERAH Allah (save by grace) oleh IMAN kepada Yesus Kristus (save by faith).

5.   PEMAHAMAN TENTANG KEKUATAN PENGHARAPAN KRISTEN DALAM DOA

5.a.  Oleh karena kecenderungan hati yang jahat (Kej. 6:5), maka manusia berbuat dosa. Ke atas perbuatan dosa dan kesalahan itulah Allah menjatuhkan hukuman-Nya. Hal ini membawa manusia masuk ke dalam penderitaan lahir-bathin, spiritual-material, jasmaniah – rohaniah. Ia tidak mampu membebaskan dirinya. Ia mengharapkan pertolongan Allah.

5.b.  Allah, oleh karena belas-kasihan-Nya (bd. Hos. 11:8-9; Yoh. 3:16), mengampuni kesalahan Israel (juga Gereja dan orang Kristen serta seluruh umat manusia), asalkan mereka memohonkan pengampunan (bd. Maz. 51; I Yoh. 1:8-9; II Kor. 5:18-18) dan mau bertobat kembali kepada Allah (Yer. 2:22).

5.c.  Pengampunan dosa atau pendamaian yang dikerjakan oleh Allah itu membuka masa depan baru. Deutero-Yesaya, salah satu nabi yang bekerja menjelang akhir masa pembuangan di Babel, menuliskan ucapan ilahi : “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan,...” (65:17… dst). Pengampunan dosa atau pendamaian itu terjadi ketika Allah melupakan “hal-hal yang dahulu,” yakni : dosa dan kesalahan umat-Nya. Sejak saat itu, umat memasuki masa depan baru. Suatu masa depan yang penuh dengan kegembiraan dan sorak-sorai. Semuanya dikerjakan oleh Allah. Dengan demikian, orang percaya harus ingat, bahwa masa depan baru dikerjakan oleh Allah menurut rencana-Nya, dan  bukan karena jasa-jasa kita.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar