Selasa, 11 Oktober 2011

PEMBAPTSAN DAN KATEKISASI ORANG DEWASA - Serial Sakramen Baptisan -> HABIS


SAKRAMEN BAPTISAN

APAKAH SESEORANG MENERIMA ROHKUDUS     SEBELUM DIBAPTIS ATAUKAN SESUDAH DIBAPTIS

ditulis oleh
PENDETA ARIE A. R. IHALAUW

Pengantar

Sering muncul perdebatan mengenai pembaptisan orang dewasa dan pembatisan anak di kalangan orang kristen. Perdebatan seperti tidak kalah sengitnya dari perbuatan yang sama seperti sikap kaum Parisi, kaum Saduki, ahli-ahli Taurat dan imam-imam, ketika mereka menentang pendapat Yesus. Ujung-ujungnya kelihatan, kemauan untuk membenarkan pandangan sendiri dan menyalahkan pandangan Yesus. Padahal ukuran (kanon) yang dipakai untuk mengukur kebenaran itu sama, yakni : TA-NA-KH (Alkitab Perjanjian Lama).

Peristiwa alim-ulama contra Yesus selalu mengulang kembali dalam sejarah kekristenan. Denominasi Gereja-Gereja masing-masing mengajarkan ajarannya sesuai pentafsiran (exegese-hermeneutis) akan kesaksian Alkitab. Celakanya, para Teolognya menumbuhkan sikap hitam contra putih, benar contra sesat ke dalam benak warga gerejanya, sehingga muncul saling mencakar dan saling merampok domba di kandang sesama Gereja. Menurut pendapat saya, para Teolog merusakkan pekerjaan Allah. Mereka ingin memenangkan perlombaan dengan cara membodohi warganya dengan ayat-ayat untuk membenarkan pandangan sendiri.

Yesus-Kristus, Tuhan dan Pemilik Gereja, tidak menghendaki hal demikian. Ia mnghendaki damai-sejahtera di antara umat-Nya, meskipun mereka tinggal dalam kandang yang sama namun bilik berbeda. Oleh karena itu, setiap teolog (pendeta) dari setiap Gereja patut bersikap sportif untuk menuliskan pandangannya, supaya warganya dapat membandingkan dengan tulisan lain, sehingga menumbuhkan kedewasaan iman. Dengan demikian mereka mampu memutuskan apa yang terbaik bagi pertumbuhan imannya yang sehat dan yang benar menurut PENGALAMAN IMAN PRIBADI BERSAMA YESUS.

Artikel di bawah ini dan yang telah dipublikasikan sebelumnya bertujuan seperti yang diuraikan di atas. Saya tidak bermaksud dan bertujuan merusakkan pekerjaan Allah. Sayapun tidak bertujuan membenarkan AJARAN / DOGMA / DOKTRIN GPIB dan menyerang institusi atau pribadi siapapun. Artikel ini merupakan CARA / STRATEGI / METODE yang saya gunakan untuk MENGAJARKAN WARGA GPIB tentang AJARAN GEREJA yang disadarkan atas interpretasinya terhadap kesaksian Alkitab.

Menurut pendapat saya, kita patut belajar tentang manakah yang disebut FIRMAN TUHAN / YESUS (Ibr. amar / dabar YHWH) dan manakah yang disebut NUBUAT PARA NABI / TAFSIRAN PENULIS dalam Akitab. FIRMAN TUHAN / YESUS itu adalah STANDAR untuk mengukur kebenaran NUBUAT PARA NABI / TAFSIRAN PENULIS (juga untuk mengukur kebenaran gagasan teologi yang dicetuskan seorang teolog baik dalam bentuk tulisan maupun lisan). Dalam hal ini, saya berusaha meneliti dan mengkaji untuk membedakan : manakah FIRMAN TUHAN / YESUS dan manakah CONTOH-CONTOH CERITA. FIRMAN TUHAN / YESUS adalah PRINSIP DASAR untuk membangun gagasan-gagasan teologi; sedangkan CONTOH-CONTOH CERITA dalam Alkitab disebut sebagai KONTEKS YANG BERLAKU PADA MASANYA, bersifat terbatas pada ruang waktu dan tempat. CONTOH-CONTOH CERITA itu bukanlah manakah FIRMAN TUHAN, tetapi ia merupakan pengalaman iman di mana seseorang atau sekelompok orang berhadapan langsung dengan KEBENARAN FIRMAN TUHAN/YESUS. Katakanlah sebuah contoh cerita tentang PEREMPUAN KANAAN YANG PERCAYA (MATIUS 15 : 21 – 28). Peristiwa perjumpaan itu terjadi di antara Kota Tirus dan Sidon. Di bawah ini adalah isi percakapan Yesus dan perempuan Kanaan itu :

Per. Kan. :  “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku kerasukan setan dan sangat menderita.”
Yesus       :     ……. (tidak menjawab)
Murid      :  “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
YESUS       :  "AKU DIUTUS HANYA KEPADA DOMBA-DOMBA YANG HILANG DARI UMAT ISRAEL." (perlu ditafsirkan)
Per.Kan.  :  "Tuhan, tolonglah aku."
YESUS       :  "TIDAK PATUT MENGAMBIL ROTI YANG DISEDIAKAN BAGI ANAK-NAK DAN MELEMPARKANNYA KEPADA ANJING." (perlu ditafsirkan)
Per.Kan   :  "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
YESUS       :  "HAI IBU, BERSAR IMANMU, MAKA JADILAH KEPADAMU SEPERTI YANG ENGKAU KEHENDAKI." (perlu ditafsirkan)

MENGAPA UCAPAN YESUS PERLU DITAFSIRKAN, sedangkan ucapan perempuan itu tidak perlu ditafsirkan ? Karena di dalam ucapan Yesus terkandung tradisi keagamaan yang amat prinsipal, sedangkan ucapan perempuan Kanaan itu tidak perlu ditafsirkan, sebab hal itu merupakan konteks yang sedang dialaminya (konteks itu bisa berubah menurut waktu dan perkembangan sosialnya). Cara seperti ini saya gunakan untuk memilah-milahkan manakah FIRMAN TUHAN / YESUS dan manakah CONTOH-CONTOH CERITA. FIRMAN TUHAN / YESUS.

V
PEMBAPTISAN DAN KATEKISASI ORANG DEWASA
( MATIUS 28 : 19; MARKUS 16 : 15 )

SEBUAH  KAJIAN TENTANG
TUGAS FUNGSIONAL DAN PERAN GEREJA UNTUK MEMBERITAKAN DAN MENGAJARKAN FIRMAN ALLAH

CERITA TENRANG BAPTISAN ORANG DEWASA DALAM    ALKITAB PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

1.      FIRMAN TUHAN

a)         Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. (YEH. 36 : 25 – 27).

b)        Aku akan memulihkan keadaan Yehuda dan Israel dan akan membangun mereka seperti dahulu : Aku akan mentahirkan mereka dari segala kesalahan yang mereka lakukan dengan berdosa terhadap Aku, dan Aku akan mengampuni segala kesalahan yang mereka lakukan dengan berdosa dan dengan memberontak terhadap Aku. (YER. 33 : 7 – 8).

2.      TENTANG AIR PENTAHIRAN

Maka seorang yang tahir haruslah mengumpulkan abu lembu itu dan menaruhnya pada suatu tempat yang tahir di luar tempat perkemahan, supaya semuanya itu tinggal tersimpan bagi umat Israel untuk membuat air pentahiran; itulah penghapus dosa. (BIL. 19 : 9)

3.      CONTOH TERKAIT BAPTISAN ORANG DEWASA

a)         CONTOH CERITA DALAM PERJANJIAN LAMA. Naaman pergi memberitahukan kepada tuannya, katanya: "Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu." Maka jawab raja Aram : "Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel." Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian….  Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel ? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir ?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya : "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya ? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu : Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir (2 RAJ. 5 : 4 – 5, 12 – 14).

b)      CONTOH CERITA DALAM PERJANJIAN BARU. Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu : "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis ?". Sahut Filipus : "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya : "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah." Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia (KIS. 8 : 36 – 37).

c)      TRADISI MASA KEPEMIMPINAN MUSA. Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan : "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah" (LUK. 2 : 22 – 23).

BAPTISAN ATAU PERMANDIAN ORANG DEWASA

A.     PRINSIP ALKITABIAH

1.      PENTAHIRAN / PEMBERSIHAN / PENYUCIAN / PENGUDUSAN.

Allah sendiri yang mengerjakan keselamatan ke dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang (Yeh. 36 : 25 – 27). Prinsip ini sangat jelas dalam kesaksian Yeheskiel : “Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel : Beginilah firman Tuhan ALLAH : Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang.” (Yeh. 36:22, 32). Jadi menurut nabi Yeheskiel PEMBAHARUAN HATI DAN ROH (Yeh. 36:25-27), bukan dikarenakan perbuatan apapun dari umat Israel, melainkan anugerah yang datang dari Allah semata-mata.

      Dimanakah kita menemukan gagasan BAPTISAN dalam ucapan ilahi yang diberitakan oleh Yeheskiel ? --> “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu… dari segala kenajisanmu. …Aku akan mentahirkan kamu” (Yeh. 36:25). Kutipan itu menjadi landasan untuk membangun gagasan teologi mengenai PENTAHIRAN / PEMBERSIHAN / PENYUCIAN / PENGUDUSAN. TUHAN adalah Allah MAHAKUDUS – MAHASUCI. Ia menghendaki umat yang beribadah itupun KUDUS / SUCI dari kenajisan (dosa dan pelanggaran). Oleh karena itu, Dia menguduskan umat-Nya. Jadi kekudusan hidup itu adalah anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia.

2.   AIR SEBAGAI LAMBANG KEHIDUPAN DAN KEMATIAN.

Yeheskiel memakai tradisi budaya-agama-suku terkait manfaat AIR. AIR adalah lambang yang menandai HIDUP (bd. Yoh. 10 : 11 - 15) maupun menjadi ANCAMAN atas kehidupan manusia (simaklah cerita Nuh -> Kej. Psl. 7 – 8; Amos 5 : 24). AIR adalah ciptaan yang dianugerahkan oleh Allah untuk mendukung kehidupan manusia. Yeheskiel mentransformasikan hal itu untuk menjelaskan fungsi AIR sebagai alat pembersih kekotoran / kenajisan. Dengan kata lain, Allah mentahirkan kenajisan umat melalui cara memandikannya dengan AIR. Sama seperti orangtua memandikan bayinya untuk membersikan kotoran yang melekat pada tubuh, demikianlah juga Allah melakukannya bagi umat-Nya. Inilah yang dimaksudkan dengan PEMBERITAAN SIMBOLIS.

3.   PEMBAPTISAN DIIKUTI PEMBAHARUAN.

Yeheskiel memberitahukan ucapan ilahi : “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya” (36:26-27).

      APAKAH YANG DIBERSIHKAN ALLAH DARI KENAJISAN ? HATI dan ROH (bd. Eps. 4:23 -> Paulus menunjuk pada “roh dan pikiran”). Kedua kata itu dipakai untuk menjelaskan BATHINIAH (internal-life : mental-spiritual, intelektual, emosional, psikis, feeling, dll).

      KAPANKAH PEMBAHARUAN ITU TERJADI : SEBELUM ATAU SESUDAH PENTAHIRAN ? Dalam hal ini para teolog fundamentalis mengatalan : SESUDAH PENTAHIRAN; sedangkan teolog yang lain berpendapat : BERTEPATAN PADA SAAT PENTAHIRAN DIKERJAKAN ALLAH. Kedua pentafsiran itu tak dapat disalahkan. Saya mengusulkan, jika Gerakan Karismatik – Pentakostal ingin menggunakan landasan alkitabiah mendukung pemahamannya tentang PENCURAHAN ROH ALLAH SETELAH BAPTISAN, maka sebaiknya FIRMAN TUHAN yang disampaikan Yeheskiel patut digunakan sebagai alasannya. Hal itu sah-sah saja. Dan oleh karena itu, Gereja-Gereja Protestan Lutheran maupun Calvinis tidak usah mendebatkannya. Semua itu merupakan kekayaan yang dikaruniakan Allah kepada umat-Nya.

      Di sisi lain, Gereja-Gereja Protestan Calvinis memahami, bahwa ROH ALLAH selalu membimbing umat, meskipun ia berdosa. Pandangan ini berakar dalam pemahaman teologi tentang PROVIDENSIA – PREDESTINASI Allah. PEMBERIAN ROH ALLAH pada saat pentahiran merupakan PENYATAAN KHUSUS tentang KEHADIRAN ALLAH YANG BEKERJA MELALUI ROH-NYA untuk membaharui dan memulihkan kondisi bathiah yang sedang berproses menuju masa depan baru yang diciptakan Allah. Salahkah pandangan Gereja-Gereja Protestan Calvinis ? Tidak salah ! Sebab pandangan inipun tersirat di dalam karya Allah.

4.   PENTAHIRAN ATAU PERMANDIAN SEBAGAI PEMBERITAAN SIMBOLIS TENTANG PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN DOSA.
     
      Alkitab sangat kaya akan gagasan-gagasan keagamaan. Dari sanalah para teolog mengembangkan karya teologinya. Para nabi dan penulis kitab dalam Alkitab juga digolongkan ke dalam kelompok TEOLOG pada zamannya. Oleh inspirasi Roh Allah (bd. 2 Tim. 3:16-17), mereka merefleksikan firman-Nya, agar dijadikan petunjuk bagi umat untuk menjalankan kehidupan religious dan sosialnya. Ketika Yeheskiel mengucapkan “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu… dari segala kenajisanmu. …Aku akan mentahirkan kamu”, maka yang dipakai sebagai simbol adalah AIR UNTUK MEMANDIKAN DAN SEKALIGUS MEMBERSIHKAN KOTORAN PADA TUBUH. Akan tetapi maksud yang tersirat dalam ucapan itu adalah keadaan BATHINIAH : HATI dan ROH umat (internal-life -- bd. Eps. 4:23 -> Paulus menunjuk pada “roh dan pikiran”). Mengapa ? Allah sakit hati  (Yeh. 36:21) melihat ibadah umat, kata-Nya : Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Yes. 29:13; bd. Mat. 15:8-9). Melalui pentahiran itu, TUHAN Allah menerima pertobatan / penyesalan dan mengampuni dosa dan pelanggaran umat-Nya. Pemahaman seperti inilah yang melatar belakangi ucapan Yohanes Pembaptis : “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan…” (Mat. 3:11).

B.     CONTOH CERITA

B.1. PERJANJIAN LAMA

a.  RITUAL PENTAHIRAN PENDERITA KUSTA (Im. 14)
     
            Pada masa Israel Kuno (Perjanjian Lama), beberapa penyakit tertentu dikategorikan sebagai kutukan karena dosa. Salah satunya penyakit kulit, yaitu : kusta, kudis kepala, bengkak, bintil-bintil dan panau, (Im. 14:54-56). Berdasarkan Hukum Kekudusan (Taurat), mereka harus dikarantinakan di luar pintu gerbang (Bil. 5 : 1 – 4; bd. Luk. 12:11-19). Mereka tidak diijinkan tinggal bersama masyarakat. Harus diasingkan.

            Jikalau mereka sembuh oleh kasih karunia Allah, maka imam harus mengadakan ritual PENTAHIRAN (Im. Psl. 14 -> kemungkinan hukum ini berhubungan erat dengan Ilmu Ketabiban Israel). Dikatakan, imam harus memastikan keadaan si penderita, bahwa ia benar-benar sembuh. Kemudian menyembelih burung dan darahnya ditumpahkan ke dalam belanga yang berisikan AIR yang mengalir. Sesudah itu imam  MEMERCIKI si penderita dengan DARAH yang bercampur AIR sebagai tanda, penyakit kustanya sudah tahir / bersih / sembuh. Jadi, contoh cerita tentang pentahiran penderita kusta ini dituliskan, pertama-tama terkait DOSA dan PELANGGARAN; kemudian barulah AKIBATnya (penyakit kusta), bukan sebaliknya.

b.       NARASI ELISA DAN GEHASI (2 RAJ. 5 : 4 – 5, 12 – 14).

      Hal yang samapun dilakukan Elisa, ketika Gehasi datang menemuinya. Ia menyuruh Gehasi untuk “mandi di sungai Yordan agar menjadi tahir”.

B.2. PERJANJIAN BARU
       
PEMBAPTISAN SIDA – SIDA ETHIOPIA (KIS. 8 : 36 – 37).

Contoh cerita ini kita memberi kesan mengenai beberapa hal penting sebelum pembaptisan orang dewasa :

a). PEMBELAJARAN. Sida-sida Etiopia itu telah mendengar tentang peristiwa di sekitar kehidupan Yesus. Kemudian ia mempelajari kesaksian Perjanjian Lama (Kitab Yesaya 52 : 13 – 53 : 12, khususnya 53 : 7 – 8). Bertolak dari bacaan yang sedang disimak oleh Sida-sida itu, Filipus memberitakan Injil Yesus kepadanya (Kis. 8:35).

b).  Dalam cerita itu Lukas tidak menyebutkan sepotong kalimatpun tentang pekerjaan Roh Allah.

c).  Lukas langsung menceritakan dialog singkat antara Filipun dan Sida-Sida Etiopia sebelum dipabtis.

Sida-sida :  “Lihat disitu ada air; apakah halangannya jika aku dibaptis ?”
FILIPUS    :      “Jika tuan PERCAYA DENGAN SEGENAP HATI, boleh !
Sida-sida :  AKU PERCAYA, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah”

      Sesudah itu Filipus dan sida – sida Etiopia itu turun dari kereta, lalu Filipus MEMBAPTISKAN dia.  Saya tidak mempersoalkan CARA PEMBAPTISAN, tetapi saya menyoal : mengapa Lukas tidak menjelaskan KARYA ROH ALLAH yang menuntun sida-sida Etiopia untuk belajar Kitab Yesaya. Di sinilah saya melihat sesuatu yang indah, yakni : bagaimana Gereja mengisi pemahamannya tentang PERANSERTA ROH ALLAH untuk membaharui seseorang atau sekelompok orang. Kelompok fundamental dapat menyimpulkan, ROH ALLAH BEKERJA SETELAH PEMBAPTISAN; juga kelompok Protestan Calvinis dapat punya menegaskan, bahwa ROH ALLAH BEKERJA  MENGGERAKKAN HATI NURANI DAN AKALBUDI sida-sida Etiopia, sehingga ia mempelajari kesaksian Nabi Yesaya, lalu memutuskan AKU PERCAYA. Dan karena kepercayaannya, ia dibaptiskan Filipus. Dan, menurut pendapat saya, kedua pandangan aliran kekristenan itu dapat dibenarkan. Oleh karena itu, tidak perlu dipertentangkan seakan-akan sesat dan menyesatkan. 

C.      PANDANGAN GPIB TENTANG BAPTISAN ORANG DEWASA.

Bertolak dari latarbelakang yang telah diuraikan di atas, saya menemukan benang merah dalam pandangan Gereja GPIB tentang BAPTISAN ORANG DEWASA, sebagai berikut :

C.1.   Sakramen Baptisan diberikan kepada orang dewasa, setelah melalui proses belajar mengajar dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh Gereja melalui Persidangan Sinode (PS).

C.2.   Baptisan atas orang dewasa dilakukan bersamaan / bertepatan waktu  dengan PENEGUHAN SIDI. Hal tersebut dicontohi dari cerita Sida-sida Etiopia. Ia mengaku : “AKU PERCAYA bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah”, kemudian dibaptiskan.

C.3.   Gereja GPIB memahami dan mengakui, bahwa Allah dalam Roh-Nya bekerja meyakinkan semua orang melalui pembelajaran sampai ia mengakui imannya dengan nyata-nyata di hadapan banyak orang. Pengakuan iman dengan nyata-nyata itu merupakan pernyataan penyesalan / pertobatan hati di hadapan Allah, sekaligus menyerahkan diri ke dalam kepemimpinan-Nya.

C.4.   Roh Allah yang  bekerja sebelum ia dibaptiskan adalah Roh Allah yang sama yang terus menerus membaharui hidupnya.

C.5.   Pemulihan dan pembaharuan itu akan berakhir, jika orang tersebut berbalik ke keyakinan (agama) yang lama, dan atau menyangkal (murtad). 

D.     KESIMPULAN

1.   Dari 2 (dua) contoh cerita yang diuraikan di atas, kita menemukan 2 (dua) CARA PENTAHIRAN, yakni :

·        DIPERCIKI DENGAN DARAH YANG BERCAMPUR AIR (Im. 14:7) dan,
·        MANDI MEMBENAMKAN DIRI DI SUNGAI (2 RAJ. 5 : 4 – 5, 12 – 14).

Menurut pandangan saya, kemungkinan besar kedua contoh cerita itu menjadi latarbelakang tentang CARA PEMBAPTISAN yang sekarang dilakukan oleh Gereja-Gereja Kristus. Dan jika demikian halnya, maka kita tidak perlu saling menyalahkan, karena contoh-contoh cerita itu telah dipraktikkan sepanjang perjalanan umat Allah.

2.   Berdasarkan kesaksian Alkitab GPIB menyusun presuposisi dan premis untuk menetapkan CARA PEMBAPTISAN, yakni : PEMERCIKAN AIR ke atas kepala yang dibaptis. Dan, CARA PEMBAPTISAN seperti itu tidak dapat disalahkan, ataupun dikatakan tidak alkitabiah. Sebab cara seperti itu juga disuruh Allah untuk dilakukan oleh para imam dalam Perjanjian Lama.

E.      SIKAP DAN PANDANGAN ETIS PRIBADI ATAS PERBEDAAN PENDAPAT ANTAR DENOMINASI

a).  Selaku Pejabat yang ditahbiskan dalam ruang lingkup GPIB, saya mendukung sepenuhnya KETETAPAN / KEPUTUSAN Persidangan Sinode GPIB terkait segala urusan yang berhubungan dengan SAKRAMEN BAPTISAN ANAK DAN ORANG DEWASA.

b).  Akan tetapi selaku hamba TUHAN yang diutus untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di tengah-tengah umat Kristus di Indonesia, saya tidak dapat berbuat lain, kecuali menghormati karya teologi dari setiap denominasi Gereja BERDASARKAN KESAKSIAN ALKITAB.

c).  Penghargaan dan penghormatan itu mengandung harapan, agar semua denominasi gerejawi duduk untuk bermusyawarah bersama demi mempercakapkan KEUNIKAN AJARANNYA, sehingga menumbuhkan rasa hormat dan pengertian bersama.

d).  Jikalau tokh pada akhirnya para teolog dari masing-masing denominasi tidak menemukan kesepakatan, maka dengan mengutip tulisan Paulus, saya mengingatkan :

Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik…. Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, … (PLP. 1 : 15 – 18).

Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi ! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung !  Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan, bahwa sesuatu adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis. Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia. (ROM. 14 : 12 – 15).

e).  Biarlah sisa waktu yang dianugerahkan TUHAN, kita gunakan untuk membangun VISI dan MISI EKUMENIS, agar suruhan TUHAN (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15; Kis. 1:8) dapat diwujudnyatakan dalam suasana KASIH PERSAUDARAAN, supaya melalui pelayanan dan kesaksian yang dilakukan oleh masing-masing denominasi gerejawi, banyak orang akan mendapat BERKAT, DAMAI-SEJAHTERA dan SUKACITA, lalu mereka memuliakan Allah, Bapa kita, di dalam nama Yesus Kristus (KOL. 3: 12-17).

KEMULIAAN HANYA DIPERSEMBAHKAN KEPADA ALLAH,
DAN BIARLAH PELAYANAN – KESAKSIAN SEMUA GEREJA SELALU
MENGHADIRKAN DAMAI SEJAHTERA DALAM KEHIDUPAN INDONESIA

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar