Senin, 03 Oktober 2011

Serial PEMAHAMAN ALKITAB bahagian 1 tentang PEMBANGUNAN KELUARGA ALLAH

SERIAL MATERI
PEMAHAMAN ALKITAB UNTUK
PEMBANGUNAN KELUARGA YANG MELAKSANAKAN MISI KRISTUS

KELUARGA YANG BERSEKUTU

Nyanyian ziarah Salomo.
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang  mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

MAZMUR 127 : 1

ditulis
Hari Selasa, 04 OKTOBER 2011

oleh
PENDETA  ARIE  A. R. IHALAUW


PENDAHULUAN

Saya menyusun MATERI PEMAHAMAN ALKITAB ini, agar memudahkan kita mengerti apa yang saya maksudkan dengan PEMBANGUNAN GEREJA SELAKU KELUARGA ALLAH YANG MELAKSANAKAN PEKERJAAN KRISTUS.

Beberapa artikel pengajaran sebelumnya telah menguraikan kesaksian Alkitab tentang KELUARGA ALLAH. Tujuan : agar kita mengetahui dan mengerti, bahwa TUHAN Allah yang mengaruniakan institusi keluarga demi mengerjakan pekerjaan-Nya serta melanjutkan penciptaan dan penyelamatan atas seluruh makhluk-Nya (Kej. 1:28; 2:15; bd. Mrk. 16:15).  

KELUARGA adalah kelompok terkecil (cell-group) yang bersifat dinamis dalam Jemaat dan Masyarakat. Ia terdiri dari suami – isteri – anak (anak-anak), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dipandang dari aspek SOSIAL, keluarga dibentuk oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan berdasarkan cinta-kasih. Dipandang dari aspek KEBUDAYAAN, keluarga merupakan wadah pendidikan, pengajaran, pembinaan dan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM). Dipandang dari aspek HUKUM, keluarga diadakan melalui perkawinan yang diresmikan dan disahkan Negara serta diberkati oleh Institusi Agama menurut keyakinan iman suami-isteri. Dengan demikian pembentukan dan pembangunan keluarga patut menjadi perhatian seluruh institusi terkait dalam pemerintahan Gereja maupun Negara. Oleh karena keluarga yang sehat akan sangat menentukan / mempengaruhi keadaan Gereja dan Negara.

TRI DHARMA GEREJA

Alkitab memberikan kesaksian tentang tugas pembangunan KELUARGA ALLAH. Tugas itu disebut Gereja TRI DHARMA, yakni PERSEKUTUAN (Koinonia), PELAYANAN (Diakonia) dam KESAKSIAN (Marturia). Ketiga aspek tugas tersebut diembani oleh Gereja. Ia wajib membina warganya untuk mengerti akan tugas orang percaya yang wajib dikerjakan di dalam kehidupan keluarga.

BACAAN ALKITAB

 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri : Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku : kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

EPESUS 5 : 25 – 33

GAGASAN TEOLOGI TENTANG
PEMBANGUNAN KESATUAN UTU (Persekutuan) KELUARGA

So pasti ada masalah dalam Jemaat di Epesus yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pembangunan Jemaat serta kondisi keluarga-keluarga Kristen di kota itu. Memang benar, secara umum Jemaat di Epesus sabar menanggung sengsara karena imannya kepada Yesus Kristus. Dan, sikap itu telah diketahui banyak orang (Rasul Yohanes menuliskan masalah dalam Jemaat Epesus sebagai berikut : “… engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.” -> Why. 2:4). Akan tetapi, kemungkinan besar, ada masalah terkait hubungan suami-isteri yang kurang harmonis. Kemungkinan besar, masalah ini diceritakan oleh Trofimus (Kis. 21:29) dan juga dibahas Paulus ketika bertemu dengan para tua-tua Jemaat Efesus (Kis. 20:17-38). Oleh karena itu, Paulus menasihati orang-orang yang telah berkeluarga, seperti ini :

1.   PERKAWINAN ADALAH PEMBERITAAN SIMBOLIS TENTANG HUBUNGAN KRISTUS dan JEMAAT.

Tiap orang kristen yang telah menikah patut memahami, bahwa perkawinannya telah didoakan dan diberkati oleh Allah. Artinya, legalisasi dan legitimasi atas HUBUNGAN CINTA-KASIH antara sepasang suami-isteri berberbeda jenis kelaminnya telah dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan kristen menurut kesaksian Alkitab. Jika seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mengakui Yesus-Kristus selaku Tuhannya, kemudian mereka menikah, maka perkawinan itu bukan saja sebuah peristiwa sosial lazimnya, melainkan juga peristiwa religious yang wajib disakralkan. Seorang suami kristen wajib mengasihi isterinya “sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat”; demikian sebaliknya seorang isteri kristen wajib berbuat baik “sama seperti Kristus terhadap jemaat”. Dengan cara itu suami-isteri memberitakan keindahan persekutuan mereka dengan Yesus-Kristus, sekaligus juga memperlihatkan hubungan suami-isteri yang harmonis. Dengan demikian Kristus-Yesus dimuliakan.

2.   KASIH ALLAH ADALAH LANDASAN KUAT BAGI PEMBANGUNAN KELUARGA KRISTEN.
     
      Paulus menggambarkan penyelamatan keluarga menjadi tanggungjawab Kepala Keluarga, yakni : suami. Sama seperti Yesus-Kristus berkorban menyelamatkan Jemaat oleh karena CINTA-KASIH-NYA; demikian pula sebagai seorang suami, yang menghayati CINTA-KASIH Allah yang diterima secara pribadi, wajib mengorbankan hidupnya demi penyelamatan rumahtangganya.

      KEJAHATAN ADAM. Sikap demikian berbeda dari pada perbuatan Adam atas Eva di Taman Eden. Ketika TUHAN Allah mempertanyakan alasan mengapa Adam berbuat dosa, ia mengkambing-hitamkan isterinya. Memang benar, Eva-lah yang pertama-tama berbuat dosa; akan tetapi perbuatannya tidak lepas dari kelalaian suaminya : Adam. Jika saja Adam menyadari kelalaian yang menyebabkan isterinya berdosa, niscaya ia akan bertanggungjawab dengan mengatakan kepada Allah : “Isteriku melanggar perintah-Mu, karena aku lalai melakukan tanggungjawabku.” Sikap Adam ini masih dilakukan oleh sebahagian besar kaum laki-laki terhadap isterinya. Iniah sifat manusia-lama yang melakukan tindakan-kekerasan-dalam-rumahtangga (KDRT) yang berakhir dalam perceraian. Dan TUHAN Allah membencinya (bd. Mal. 2:16 -> “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat !”).

      KEBAIKAN HATI HOSEA. Simaklah juga narasi Nabi Hosea (psl. 1). Sekalipun isterinya telah meninggalkannya, karena penyakit lama (berzinah, berselingkuh) yang kambuh, namun akhirnya karena CINTA-KASIH (psl. 2, khususnya ayt. 18-20) nabi Hosea mengorbankan harga dirinya untuk memperisterikannya kembali (psl. 3). Sikap inilah yang patut dibuat oleh setiap suami kristen, sebagai bukti nyata bahwa ia telah menjadi manusia-baru yang dipimpin oleh Rohkristus.

3.   KESATUAN UTUH SUAMI-ISTERI SEBAGAI KEKUATAN PEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA.

      Menjadi satu. Perihal menjadi-satu merupakan proses yang dilalui seorang suami bersama isterinya “sampai maut memisahkan mereka” (rumusan Liturgi GPIB terkait PEMBERKATAN PERKAWINAN KRISTEN). Rumusan liturgis ini ditafsirkan Gereja berdasarkan ucapan Yesus : “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mat. 19:6). Kalimat “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” mengandung makna : pertama, suami-isteri itu tidak boleh mencari-cari atau mengada-adakan alasan untuk bercerai. Kedua, siapapun yang terkait dalam perkawinan itu (keluarga perempuan maupun keluarga laki-laki atau masyarakat) tidak boleh ikut mencampuri urusan rumahtangga orang lain. Jikalau tokh mau mencampuri urusan suami-isteri yang bertikai, maka mereka wajib membantu suami-isteri itu untuk menemukan jalan keluar dari masalahnya. Barangsiapa berhikmat, hendaklah ia mengerti kesaksian Alkitab ini : “Kasih menutupi banyak pelanggaran dosa.” Artinya, sekalipun suami atau isteri ditemukan berselingkuh / berzinah, maka hendaknya salah seorang di antara mereka memberikan pengampunan kepada pasangannya, karena CINTA-KASIHnya kepada Allah yang adalah Kepala Keluarga. Di dalam hal ini CINTA-KASIH menampakan diri dalam SIKAP SETIA DAN PENGORBANAN demi keutuhan rumahtangga.

KELUARGA KRISTEN YANG BERSEKUTU
           
KEINDAHAN HIDUP RUMAHTANGGA harus selalu menjadi tujuan perkawinan. Keindahan itu hanya bisa tercapai, jika sepasang suami-isteri berbeda jenis kelamin saling berbagi CINTA-KASIH di antara mereka. Memang betul, bukan sedikit masalah yang dihadapi sepanjang perjalanan rumahtangga, tetapi masalah itu hanya dapat diatasi oleh besarnya perasaan CINTA-KASIH yang tampak melalui sikap KESETIAAN dan PENGORBANAN. Dengan terus menerus memperlihatkan cara hidup demikian, suami-isteri beriman akan mampu mempertahankan PERSEKUTUAN HIDUP KELUARGA KRISTEN. Itulah perkawinan yang mmberitakan PERSEKUTUAN JEMAAT dengan Kristus-Yesus.

Pertanyaan untuk didiskusikan :

1. Apakah yang dikehendaki Allah dalam kehidupan suami-isteri kristen ?
2. Mengapa suami-isteri kristen wajib memelihara keutuhan persekutuan keluarganya ?
3. Bagaimanakah cara yang baik menurut ukuran iman kristen untuk menyelesai tuntaskan masalah dalam hubungan suami-isteri ?
4. Adakah dampak positif – negatif dari pertanyaan-prtanyaan di atas bagi pembangunan Jemaat sebagai KELUARGA ALLAH ?

TUHAN akan memberkati pasangan suami-isteri beriman yang setia mengasihi-Nya dan tat memberlakukan : CINTA-KASIH, KESETIAAN dan PENGORBANAN sepanjang kehidupan berumahtangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar