Apakah teologi Kristen dan bagaimanakah menjadi seorang teolog Kristen ? Kita selalu berhadapan dengan pertanyaan ini. Malahan untuk menjawabnya, kita mengelompokkan teolog Kristen ke dalam 2 (dua) kategori : a). Kaum Awam, dan b). Teolog akademis. Acapkali pengelompokan ini menimbulkan kesulitan untuk mendekati dan memecahkan persoalan kekristenan. Muncul berbagai polemik dan kecenderungan sikap saling menyalahkan, sehingga masalah tidak tertuntaskan.
Menurut pandangan saya, berteologi merupakan sebuah proses menalarkan ajaran Kristus-Yesus sesuai kesaksian Alkitab serta bagaimana menguraikan pemahaman akan penghayatan atas karya Allah dalam kehidupan sesehari. Mencermati masalah ini saya menguraikan pandangan saya di bawah ini :
Penjelasan Kata
Mendahului penjelasan kita perlu mengetahui dan mengerti makna kata ‘teologi”, agar kita mudah memahami uraian selanjutnya.
1. Istilah’teologi” berasal dari Bahasa Yunani. Ia terdiri dari 2 (dua) suku kata, yakni : Theo (Allah) + Logos (kata, kalam). Jika kedua kata itu digabungkan, maka “teologi” berarti : belajar mengenal Allah melalui firman-Nya.
2. Istilah “Kristen” berasal dari kata Kristus. Jadi “Kristen” adalah orang-orang yang mengikuti ajaran Kristus (bd. Kis. 11:26).
3. Istilah ini juga telah dikelompokan menjadi disiplin ilmu. TEOLOGI berarti PENGETAHUAN tentang ALLAH
Jika kedua istilah tersebut digabungkan akan menjadi “Teologi Kristen”, yang berarti :
a. Orang-orang yang belajar mengenal Allah sesuai ajaran Kristus-Yesus, dan yang diwariskan-Nya kepada rasul-rasul di dalam Gereja.
b. Pengajaran itu dikaji berdasarkan kesaksian Alkitab Perjanjian Lama (APL) dan Alkitab Perjanjian Baru (APB) tentang keyakinan iman Kristen.
Banyak orang beriman membuat pengelompokan atas teologi Kristen. Kadang hal itu benar. Namun perlu disadari, bahwa tujuan teologi Kristen itu hanya satu : belajar mengenal Allah seperti yang diajarkan oleh Kristus-Yesus. Firman Allah yang diberitakan Kristus-Yesus mengajarkan kebenaran, dan orang beriman (Kristen) dipersatukan oleh karena kebenaran (Kristus-Yesus) yang satu dan yang sama. Memang benar, tiap-tiap orang berangkat dari dasar pandangan yang berbeda tentang Firman Allah. Hal itu dilakukannya karena kebebasan berpikir. Itu wajar saja. Akan tetapi pokok utama dalam proses berteologi bertujuan memahami dan mengenal Allah, rencana penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus-Yesus, dan misi Gereja di tengah dunia.
“Teologi Kristen”, sebaiknya berangkat dari kesaksian Alkitab : “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim 3:16). Alkitab menjelaskan, bahwa tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah bertujuan untuk memperlengkapi orang beriman (Kristen) untuk melakukan kehendak Allah yang benar dan yang baik.
Bagaimanakah berteologi dan menjadi teolog ?
Tiap orang Kristen (beriman) adalah teolog, baik melalui pembelajaran akademis maupun secara autodidak (belajar sendiri). Tiap orang Kristen memiliki sejumlah pengalaman dalam perjalanan iman bersama Allah di dalam dunia. Kejadian-kejadian yang dialami sepanjang perjalanan hidup menjadi monument iman, di mana ia menghayati perjumpaan dengan Allah. Di dalam hal itulah ia mengikrarkan pengakuan iman yang dilandasi atas pemahaman pribadinya tentang Allah.
Menjadi seorang teolog Kristen bukan sesuatu yang sulit dan juga tidak mudah.
a. Bukan sesuatu yang sulit untuk menjadi Teolog Kristen. Jika tiap orang Kristen mencari pikiran dan karya Allah dalam alam semesta sampai penyataan-Nya yang khusus di dalam karya Kristus-Yesus, Anak-Nya yang kekasih dan kepada-Nya Ia berkenan (bd. Mat. 4:17). Segala sesuatu yang ditemukan dalam pencarian itu perlu disesuaikan dengan referensi tertulis, yakni : kesaksian Alkitab.
b. Tidak mudah menjadi Teolog Kristen. Tidak semua lulusan Sekolah Teologi akan menjadi seorang Teolog Kristen. Sebaliknya, jika seorang warga jemaat yang tekun dan rajin mempelajari kesaksian Alkitab serta menuliskan pengalaman imannya sepanjang perjalanan bersama Allah, maka ia akan mampu menjadi Teolog Kristen. Seorang lulusan Sekolah Tinggi Teologi yang malas belajar dalam segala hal, Ilmu Teologinya akan mandul dan perlahan-lahan menjadi mati, bagaikan pohon yang tidak berbuah.
Belajar menjadi Teolog Kristen
Saya mengutip beberapa kesaksian Alkitab untuk memudahkan kita mengerti dan mengetahuinya :
* “Hai orang yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan; hai orang bebal, mengertilah dalam hatimu. Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia. Tetapi siapa yang tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut” (Amsal 8, khus. ay. 5, 35-36).
** “Carilah Aku, maka kamu akan hidup…. Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup. Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan…” (Amos 5; khus. ay. 4,6,14-15).
*** “Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh, sebab didirikan di atas batu” (Mat. 7:24-25).
Masih banyak ayat lain yang dapat membantu kita untuk mengerti bagaimana tiap orang beriman belajar menjadi seorang Teolog Kristen. Ketiga kutipan itu menolong kita untuk memahami :
Pertama, bagi orang-orang yang berpengalaman. Penulis Kitab Amsal menasihati mereka yang menjalankan kehidupannya sesuai hawa nafsu kedagingan dan pengetahuan yang sempit, bahwa mereka akan menemukan berbagai masalah. Memang harta kekayaan yang diperolehnya banyak, tetapi kebahagiaannya bersifat sementara saja. Ketika terjadi perubahan keadaan, mereka akan mengalami kesulitan, karena kurang cerdas, tidak memiliki pengetahuan dan hikmat Allah. Itulah yang dikatakan penulis : “siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia. Tetapi siapa yang tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya”.
Dengan demikian kita perlu mempertanyakan : “Apakah yang dimaksudkan dengan pengalaman seperti yang disaksikan Kitab Amsal ?” Pengalaman yang dimaksudkan : kondisi psikologis yang dialami seseorang atau sekelompok orang di dalam kejadian-kejadian (peristiwa-peristiwa) kehidupan sesehari sepanjang perjalanan menuju masa depan. Apa yang dialaminya bisa saja menyedihkan tetapi juga membahagiakan. Melalui kejadian sesehari seseorang perlu menangkap hikmah yang membuatnya menjadi seorang berhikmat (Teolog). Hikmat yang lahir dari pengalaman itu akan menuntunnya tahap demi tahap menuju kebahagiaan. Pengalaman itu membuka mata hati dan pikirannya untuk merencanakan kehidupannya kelak.
Kedua, Amos menyamakan kata TUHAN dan HIDUP. Ketika sang nabi menyuarakan firman Allah : “Carilah Aku, maka kamu akan hidup… Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup”, ia bermaksud menegaskan, bahwa setiap orang yang ingin hidup wajib mencari TUHAN. Dia-lah Sumber Hayat (bd. Maz. 36:10). Dengan kata lain, hidup itu tidak tergantung pada pemenuhan kebutuhan material. Hidup itu ditentukan oleh sikap seseorang yang selalu membangun dan membina hubungan baik dengan TUHAN (Ul. 8:3; Mat. 4:4 -> “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”).
Menurut Nabi Amos, mencari TUHAN juga berarti meninggalkan kejahatan dan memberlakukan kebaikan. Dengan kata lain, TUHAN adalah Sumber Hidup. Ia juga Sumber Kebaikan. Oleh karena itu, setiap orang yang yag telah mencari dan menemukan Dia wajib membelakukan kebaikan. Sambil berjalan mencari TUHAN si pencari wajib melakukan kebaikan; jika tidak demikian ia tidak akan menemukan TUHAN Yang Hidup dan Yang Baik.
Ketiga, Kristus-Yesus berkata : “Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu”. Kata “perkataan-Ku” menunjuk pada makna : Firman Allah yang diucapkan dan dilakukan Kristus-Yesus atau Injil Kristus.
Dengan cara itu Matius menasihati orang Kristen, agar rajin dan tekun mendengarkan suara Kristus-Yesus (bd. Rom. 10:17 -> “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus”) sesuai kesaksian Alkitab. Siapapun yang mendengar suara Kristus, ia memiliki pengenalan akan Allah. Dan jikalau ia melakukannya, maka Allah akan memberkatinya.
Teologi dan Praktiknya
Berteologi itu baik dan benar. Akan tetapi memiliki pengetahuan teologi tanpa mempraktikkannya dalam kehidupan sesehari, tidak baik dan tidak benar ! Teologi yang lahir dari pengenalan akan Allah dan firman-Nya wajib mewarnai perilaku ibadah orang Kristen. Teologi bukanlah pengetahuan teoritis ! Teologi adalah pandangan hidup tentang ibadah yang kita akan lakukan dalam persekutuan beriman (secara individual maupun kolektif : Gereja / Jemaat) yang diutus ke tengah masyarakat-bangsa.
Penutup
Kiranya penjelasan di atas dapat membantu kita untuk mengerti tugas dan panggilan orang beriman (Kristen) di tengah dunia. Kristus-Yesus memberkati kita semua !
MEDAN, 12 April 2011
Penulis
PDT. ARIE A R IHALAUW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar