Selasa, 04 Oktober 2011

KERINDUAN KARENA CINTA - Surat Cinta Arie Ihalauw - Fransien Hukom


MENYALIN ULANG  SURAT CINTA KITA
10 SEPTEMBER 1983

KERINDUAN KARENA CINTA

Ditulis oleh :
ARIE ARNOLD REMALS IHALAUW
( NOKE )

Sientje manis, Sientjeku sayang, ….

Kemaren aku tiba kira-kira pukul 13.00 di Tarakan dengan menumpangi Pesawat Boraq. Airportnya bernama JUATA. Letaknya tidak jauh dari tepi pantai. Mungkin karena terletak dalam wilayah kecamatan Juata-Laut. Cuaca panas. Dijemput Keluarga Nicklas Mau, seorang Penatua dari GPIB Jemaat “MARANATHA” di Tanjung Selor – Kabupaten Bulongan. Ia juga seorang Pejabat Pemerintahan Kabupaten Bulongan. Noke dibawa  ke rumahnya, tepat berdampingan Gedung Gereja GPIB Jemaat IMMANUEL di Tarakan. Pendetanya bernama Naiola. Aku tak tahu nama depannya. Persis di belakang Kantor Pertanian. Amat senang…..

Pak Nicklas memperkenalkan aku pada isterinya : Nyonya Mou – Singal. Ternyata isterinya seorag keturunan Minahasa di Bulungan. Kami bertiga duduk santai di teras rumah, sambil menunggu pembantu menyiapkan makan siang.

Sientjeku sayang, Sientjeku manja,….

Esok hari tepat pukul 08.30, kami bertiga menuju dermaga laut untuk menumpang kapal motor menuju Tanjung Selor – Bulungan. Noke berpikir kami akan menumpang kapal-motor sewaan. Ternyata yang ditumpangi adalah kapal – motor milik Pak Nicklas.  Tarakan itu pulau tersendiri lepas dari Pulau Kalimantan. Kami melayari laut lepas menuju Tanjung Selor di Pulau Kalimantan. Beberapa jam kemudian kami memasuki muara Sungai Kayan. Menelusuri pokok-pokok bakau dan nibung sampai ke Tanjung Selor. Sungainya indah, sayang.

Setibanya di dermaga Tanjung Selor, kutersenyum melihat Pendeta Broery Asah, Penginjil Jeffry Leander dan beberapa Majelis Jemaat sedang berdiri di sana. Mereka melambaikan tangan sambil tersenyum pula. Aku melompat ke dermaga. Kami bersalaman. Mereka menyambutku hangat. Lalu kami berjalan menuju Pastori Gereja yang terletak berdekatan dengan lapangan bola. Huuuuuhhh… badanku penat, tetapi hatiku senang. Ada suasana pedesaan yang indah. Udaranya segar. Pepohonan rimbun. Rumah rakyat di sini tidak dibangun di atas tanah. Semuanya rumah panggung. Dibangun untuk mengatasi berbagai bahaya. Kadang banjir melanda Tanjung Selor, meskipun panas terik menyirami kota kecil itu. Asalkan hujan di hulu, so pasti, banjir ke hilir. Kadang-kadang binatang liar pun bisa masuk ke rumah.  Begitulah cerita beberapa orang Majelis Jemaat.

Nona manis, Sientje cintaku,….

Malam ini kududuk di depan beranda sendirian. Pdt. Broery Asah sedang memimpin Kebaktian Rumahtangga di rumah Penatua Pudehokang. Suasana malam sepi…. Hanya ditemani suara binatang malam jangkrik, kodok dan seekor tokek besar di loteng pastori.

Pikiranku menerawang menembusi Kalimantan nan indah ke Soerabaya. Kukenang kembali pertemuan kita di akhir Bulan Juli. Saat itu Nona dan Selly datang mengantarkan surat dari Majelis Sinode untuk menjadi vicaris di GPIB Jemaat EBEN-HAEZER Soerabaya. Tak sengaja mata kita saling bertatapan. Kulihat Nona tersipu, tertunduk dengan wajah memerah. Tatapan yang menggelitik rasa dan mendenyutkan jantungku. Noke berusaha mencari perhatian, tetapi Nona selalu menghindar….., sayang

Sayangku Sientje…,

Noke tahu persis, Rufi Waney tidak senang melihatku mendekati Nona. Ia selalu melirik tajam ke arahku, seakan menunjukkan perasaan kesal. Tapi… Aku tidak menggubrisnya. Yang penting : “Aku harus mendapatkan cinta cewe Ayamaru…. Hahahahahaaa…. !” Untuk itu hati dan pikiranku siap bertarung merebut cintamu, sayang….

Nona manis, Sientjeku cantik…,

Lagu ini masih mengalun lembut : “Katakanlah, katakan Sientje sayang…. Apa mungkin kita bersatu… Kalau tak mungkin lagi cinta membasahi hati kita, untuk apa kau dan aku bersatu…, kalau tak mungkin lagi kita bercerita tentang cinta, untuk apa aku di sini” Lembut tapi merasuk jiwaku…. Aku terdiam menatap rembulan. Ada tanya meresahkan benakku : “Mungkinkah kita akan bersatu, sayang ? Kusadari diriku, seorang lelaki playboy yang Nona sebut bajingan. Mungkin Nona beranggapan, aku hanya mempermainkan cintamu, sayang. Tapi…, sungguh, aku belum pernah merasakan suasana hati seperti ini, sebelum perjumpaan kita. Memang sejak di STT Jakarta Noke punya banyak cewe…, seperti yang dikatakan Toosye Tapilatu. Tapi… saat ini…, kuingin pastikan…, semuanya akan kuselesaikan secara terhormat, walaupun ada banyak yang akan mengalami kekecewaan. Jujur, sayang,… AKU SELALU MENCINTAIMU !”

Nona yang beta sayang….

Berikanlah kesempatan untukku sekali saja…. Bukankah aku telah jujur menceritakan kisah cintaku ? Malahan Nonapun tahu persis cewe yang kupacari dalam GPIB Jemaat EBEN-HAEZER Soerabaya. Nona tahu persis, mami-papi telah merencanakan pertunanganku dengan Dokter Iin di Salatiga. Nona tahu persis dari cerita Toosye tentang Shanty Helminda. Masih banyak lagi yang Nona telah ketahui. Aku pasrah, sayang !

Sayangku, lihatlah ke dalam hatiku…, AKU MENCINTAIMU, Nona Ayamaru. Kuberjanji akan menyelesaikan semua hal yang berhubungan dengan semua cewe, supaya Nona percaya sungguh-sungguh : AKU MENCINTAIMU, sayang.

Sientje manis, Sientjeku sayang…

Malam semakin larut…, angin dingin berhembus menggetarkan tubuhku…., tapi aku masih duduk di sini. Tapi…. Keresahan menggelitik benakku…, tak terasa ngantuk sedikitpun. Kuambil catatan harianku, lalu kutuliskan surat ini untukmu, sayang ! Kalau Nona membacanya, tolong balas, ya sayang !

Cium dan cinta adalah keindahan nyata
yang akan selalu kuberikan, bukan karena Nona mencintaiku,
tetapi aku membutuhkan cintamu, sayang !

Cintailah aku, sayang !
Sebab kekuatan cintamu akan membuatku selalu betah  mengerjakan karya Kristus !

NOKE di Tanjung Selor.

1 komentar: