SANGAT SERING KAUM NASRANI SALAH MENAFSIRKAN DAN MENGARTIKAN KEADAAN SENGSARA YANG SEDANG DIALAMINYA. KATAKANLAH CONTOH, APAKAH PENDERTIAAN KORUPTOR BERAGAMA NASRANI YANG DIPENJARAKAN, KARENA IA MENGIKUTI ISA AL-MASIH ? APAKAH SI GADIS YANG DIHAMILI PACARNYA MENDERITA KARENA IMAN KEPADA ISA AL – MASIH ? APAKAH SEORANG IBU YANG MELAHIRKAN BAYI MENDERITA SAKIT BERSALIN, KARENA IA ADALAH SEORANG NASRANI ? APAKAH KEMISKINAN YANG DIALAMI SI PEMALAS ADALAH KEHENDAK ALLAH ? APAKAH PENDERITAAN PETANI YANG SAWAHNYA DISERANG HAMA TIKUS DIKARENAKAN KEINGINAN TUHAN ? TIDAK BENAR ! ORANG-ORANG NON-NASRANI PUN MENDERITA DEMIKIAN. JANGANLAH KITA BERPANDANGAN PENDERITAAN SEDEMIKIAN, KARENA KITA MENJADI PENGIKUT ISA AL MASIH.
Anak – anakku ! Pasanglah telingamu, dengarkanlah nasihatku. Jadilah paham, karena aku menceritakan pengalaman manusia sepanjang hidupnya.
a. Anakku, hindarilah jalan orang bodoh. Ia bermimpi tentang kekayaan, tetapi malas bekerja. Akhirnya si bodoh itu terjatuh dalam keadaan melarat, lalu ia menyalahkan TUHAN, karena tidak menjawab doanya. Inilah pikiran orang yang sakit jiwanya. Jangan pernah bermimpi menjadi orang berpunya, jika tanganmu tak melakukan usaha apapun.
b. Anakku, janganlah engkau menyangka, penderitaan seorang koruptor ditakdirkan Allah. Koruptor itu penjahat ! Ia menderita karena keinginan akan kekayaan dengan merampok harta Negara, juga Gereja, dan sesamanya. Ia memberikan persembahan dari hasil korupsinya dengan harapan TUHAN Allah akan menolongnya. Justru karena hasil kejahatan dipersembahkan, maka Allah mengijinkan pemerintah menghukumnya. Jika engkau menjadi pejabat pemerintah, janganlah engkau mencuri, supaya engkau tidak dibawa ke pengadilan, lalu dimasukkan ke dalam penjara. Dan ketika engkau turun ke dunia orang mati, TUHAN menyerahkan hidupmu ke dalam api yang bernyala-nyala.
c. Anakku, manusia menderita karena keinginannya sendiri. Ia membiarkan pikiran dan rohnya dikuasai berbagai hawanafsu. Karena itu, janganlah berpandangan, bahwa engkau menderita karena menjadi seorang Nasrani. Justru karena penderitaan badani, manusia mendengar ajakan Juruselamat (Mat. 11 : 28 – 30), supaya memperoleh kedamaian dan kesejahteraan.
d. Pandanglah berbagai peristiwa di bumi ! Anak-anak manusia saling menindas dan menjajah dengan memakai senjata politik ekonomi. Orang kaya menindas yang miskin. Para pedagang meraup keuntungan karena menipu banyak orang. Orang-orang berkuasa bertindak semena-mena tanpa belas kasihan. Mereka berpikir : “Aku harus bertindak cepat selagi masih ada waktu, sebab kesempatan tidak akan berulang kembali.” Para pemimpin memperkaya diri dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Isterinya bagaikan kerbau berubah menjadi singa betina yang baru melahirkan. Jika TUHAN berkenan meninggikan dirimu, jangan sedikitpun engkau meniru perbuatan mereka. Karena suara ratapan orang sengsara selalu didengar, dan TUHAN pasti menutup pintu rachmatNya, sehingga engkau terjatuh ke dalam penderitaan yang sama.
e. Anak-anakku, jikalau engkau disengsarakan orang, pikullah penderitaan itu karena engkau melakukan kehendak Allah. Janganlah engkau menderita karena kelakuanmu yang jahat. Jangan engkau menderita karena kecenderungan hatimu. Menderitalah karena berbuat baik sesuai kehendak TUHAN, maka Bapamu di sorga akan menolongmu.
DOA SELAMAT UNTUK ANAK-ANAKKU
Ya Allah, Bapa yang disembah leluhur orang percaya
Karuniakanlah hikmat ke dalam pikiran dan pengertian di hati anak-anakku, agar mereka dapat membedakan manakah yang baik dan yang jahat, lalu menjalankan kehidupannya sesuai titah-titahMu. Jagalah hati mereka, supaya selalu setia mengasihi Dikau, meskipun sedang mengalami kesusahan. Pimpinlah mereka menurut jalan yang telah Engkau nyatakan di dalam ucapan dan pekerjaan Isa Al-Masih.
Jika oleh karena kehendakMu, mereka mengorbankan yang terbaik demi pembebasan sesama dari penderitaan, kuatkan dan teguhkanlah pengharapan mereka, bahwa pengorbanan yang dilakukan karena cinta dan yang lahir dari ketulusan hati akan diberkati olehMu. Amin (PUTRA SANG FAJAR - ARIE A. R. IHALAUW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar