PEMBERITAAN / PENGAJARAN
HARI RABU – 11 APRIL 2012
KEBANGKITAN SEBAGAI DASAR
PENGHARAPAN DAN ETIKA KRISTEN
SURAT I KORINTUS XV : 31 – 34
NATS PEMBIMBING
Janganlah kamu sesat :
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi !
Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini
kukatakan, supaya kamu merasa malu.
I KORINTUS XV : 33 – 34
DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI MINGGU, 08 MARET 2012
OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----
PERIKOP BACAAN
SURAT I KORINTUS XV : 31 – 14
31. Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
32. Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku ? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati”.
34. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi ! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
PENJELASAN - PENJELASAN
Ay. 31 : Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
PENJELASAN
31.a. “tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut.” Keadaan yang disebut Paulus terkait langsung pada pekerjaannya sebagai pemberita Injil Kristus kepada bangsa-bangsa non-israeli. Situasi ini diceritakan oleh Penulis Lukas dalam beberap pasal dari Kisah Rasul – Rasul.
Kalimat 31.a (meskipun singkat) menguraikan pengalaman Paulus dalam perjalanan pemberitaan Injil Kristus. Ia dipenjarakan di Pilipi (Kis. 16:19-24), ditolak di Tesaolonika (Kis. 17:5-9), diadili di Korintus (Kis. 18:12), mendapat perlawanan di Efesus (Kis. 19 : 21–40; 21 : 27–36), digigit ular di Malta (Kis. 28 : 1–10) dan lain-lain.
31.b. “Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Pernyataan ini berlatarbelakang keyakinan iman Paulus, sejak setelah ia bertobat dan menjalankan pekerjaan pemberita Injil. Memang keyakinan iman itu tidak tertulis dalam Surat I Korintus, tetapi dalam beberapa surat lainnya, seperti :
1. “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rom. 14 : 8).
2. “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.” (Plp. 1 : 21 – 22).
Kedua catatan ini dikutip untuk membuktikan keyakinan iman Rasul Paulus yang mengkuatkan dirinya menghadapi masalah dalam perjalanan pemberitaan Injil Kristus.
APLIKASI DALAM PEMBERITAAN FIRMAN
Pemberitaan firman yang dimaksudkan pada masa rasul Paulus agak berbeda dari pada yang sedang dan akan dihadapi kita : Gereja dan orang kristen, di Indonesia. Jikalau pada masa kerja Paulus, pemberitaan Injil itu lebih banyak bersifat lisan dan dilakukan di tempat-tempat terbuka (umum), maka situasinya berbeda dengan pelaksanaan pemberitaan Injil di Indonesia.
Kita : Gereja dan orang kristen, melaksanakan pemberitaan Injil dalam berbagai bentuk pelayanan – kesaksian. Pertama, pekerjaan itu dilakukan di areal resmi (halaman dan Gedung Gereja) dan juga di tempat umum (bakti sosial, dsbnya). Kedua, bersifat aktif, artinya : pelayanan-kesaksian yang langsung diselenggarakan kepada orang-orang yang belum mengenal Injil Kristus; bersifat pasif, artinya : dilaksanakan melalui pebuatan, seperti : seorang kristen yang menjadi pegawai pemerintahan maupun karyawan perusahan. Ketiga, dalam 2 (dua) strategi / cara, yaitu : pelayanan kasih dan pemberitaan lisan.
Aktifitas tersebut menimbulkan berbagai dampak dalam hubungan horizontal. Orang-orang non-kristen mengadakan perlawanan, karena kekuatiran dan kebenciannya akan kemajuan kekristenan di Indonesia. Mereka mempolitisir sistuasi dengan memanfaatkan ajaran agama untuk menghambat perkembangan kekristenan, termasuk kebebasan beragama. Malahan beberapa pegawai sipil dan karyawan perusahan swasta tertentu disingkirkan secara diam-diam karena alasan kepercayaan. Keadaan seperti ini bukan baru terjadi tetapi sudah terjadi sejak Tuhan Yesus (I Pet. 4:1). Oleh karena itu, kita : Gereja dan orang kristen, patut memperhatikan ‘tanda zaman’ serta selayaknya mempersiapkan diri (mental spiritual juga intelektual) bila menghadapi perkembangan seperti itu di kemudian hari.
Ay.32 : “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku ? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati”.
PENJELASAN
32.a. “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku ?” Secara singkat Paulus menulis pengalamannya ketika dipenjarakan di Efesus. Menurutnya, jika ia menggunakan perhitungan untung-rugi secara ekonomis, maka ia tidak memperoleh keuntungan apapun dari pekerjaan pemberitaan tentang Kebangkitan Kristus. Justru melalui kalimat tersebut Paulus ingin mengajak warga jemaat kristen di Kota Korintus untuk menemukan manfaat dari keyakinan iman akan Kebangkitan Tuhan Yesus.
Oleh karena itu, Paulus sengaja bertanya : “Apakah gunanya hal (keyakinan iman akan kebangkitan Tuhan Yesus) itu bagiku ?” Dengan kata lain, mengapa Paulus rela menghadapi kematian hanya untuk memberitakan Kebangkitan Yesus Kristus, jika tidak memperoleh sesuatu yang lebih besar manfaatnya ? Mengapa Paulus mengerjakan pekerjaan berjerih payah, padahal ia tahu persis tak mungkin memperoleh keuntungan ? (I Kor. 15 : 14, 17-19). Melalui cara itu Paulus ingin mengatakan, bahwa dahulu manusia mati tanpa pengharapan. Manusia tidan memiliki masa depan setelah kematian; akan tetapi Allah telah membuka jalan baru : Jalan Kehidupan melalui Kebangkitan Yesus Kristus. Kebangkitan Kristus Yesus menjadi jawaban Allah terhadap manusia yang frustrasi, karena terjebak keadaan mati. Ada harapan baru yang terbit bersama bangkitnya Yesus Kristus dari kubur yang gelap. Di dalam peristiwa kebangkitan Kristus, bertumbuhlah pengharapan iman barangsiapa yang percaya.
32.b. … Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Kalimat ini dihubungkan oleh kata penghubung sebab akibat : JIKA – MAKA. Kata JIKA merupakan andaian terbalik. JIKA (seandainya, misalnya) Yesus tidak dibangkitan (I Kor. 15:17 -> “Dan JIKA tidak dibangkitkan, maka sia-sialah (tidak ada gunanya) kepercayaan kamu”}. Jadi untuk apakah manfaat hidup orang kristen, JIKA Kristus tidak dibangkitkan. Sia – sia saja ! Kalau demikian hanya, MAKA lebih baik kita berbuat hal sama seperti kaum epikurisme : makan–minum sepuasnya, sebab so pasti mati tanpa pengharapan akan bangkit kembali. Kita, orang kristen, adalah orang-orang termalang di dunia, jika kita menaruh pengharapan iman kepada Allah, karena Dia tidak membankitkan Yesus Kristus dari antara orang mati. Sia-sia juga orang kristen berlelah untuk memberitakan kebangkitan Kristus. Akan tetapi yang benar : Allah menghidupkan / membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati; dan, oleh karena itu, pengharapan iman tidak sia-sia.
Ay.33 : Janganlah kamu sesat : Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
PENJELASAN
Paulus menghubungkan uraian tentang pengharapan iman Kristen secara langsung kepada ETIKA KRISTEN DALAM PERGAULAN. Oleh karena beberapa warga jemaat kristen di Korintus telah ikut-ikutan tertular pergaulan yang buruk. Mereka berpikir : pengharapan iman kristen tentang kebangkitan Kristus itu tidak ada; oleh karena itu, mereka mengikuti ajaran kaum epikuris : “Makan dan minum, puaskan nafsu daging slama masih hidup, sebab siapa tahu besok akan mati.” Yang penting sebelum wafat, mereka sudah memuaskan keinginannya.
APLIKASI BAGI PEMBERITAAN FIRMAN.
Banyak orang menjadi kristen, tanpa mengenal manfaat (kegunaan) iman kristen bagi pembangunan hidupnya. Kurang mengenal tujuan hidupnya. Kurang mengetahui jalan / cara hidup yang wajib dijalani. Beberapa di antara orang kristen masa kini berpikir, bahwa sudah cukup memiliki iman untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga : YANG PENTING IMAN ! Orang kristen seperti itu bagaikan perempuan-buruk-rupa yang menghiasi diri, lalu tampil mulus di depan umum. Padahal jikalau pernik-pernik itu hilang, maka ketahuanlah watak buruknya.
Paulus ining menegaskan, bahwa pengharapan akan masa depan hidup sesudah kematian pasti ada dalam iman kepada Allah yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Pengharapan iman itu adalah anugerah Allah. Oleh karena itu, setiap orang kristen yang ingin menerimanya wajib menjalankan hidupnya sesuai kehendak Allah, supaya sama seperti Kristus dibangkitkan dan dimuliakanNya, demikianlah setiap orang percaya yang melakukan perbuatan baik akan juga mengalami kemurahan Allah itu.
Ay.34 : Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi ! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
PENJELASAN
34.a. “Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi !” Nasihat Paulus ini berhubungan pada sikap etis-moral dari Jemaat di Korintus yang baru menjadi kristen. Sekalipun mereka telah menjadi pengikut ajaran Kristus, tetapi belum semua kebiasaan lama (manusia lama, sifat – karakter – kepribadian) dilepaskan. Hal inilah yang menimbulkan masalah, seperti masalah makanan haram-halal, perkawinan, dsbnya.
34.b. “Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah” Paulus sekedar mengingatkan warga jemaat, bahwa tidak semua anggota keluarga mereka memiliki iman yang sama, katakanlah sebuah contoh, ketika Paulus menasihati jemaat tentang PERKAWINAN :
Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan : kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu ? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu ? Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. (I Kor. 7 : 12 – 17)
Nasihat Paulus itu menunjukkan, bahwa ketika suami menjadi kristen belumlah pasti isterinyapun mengikuti keputusan suaminya, sebaliknya demikian. Oleh karena itu, suami (yang telah menjadi kristen itu) selayaknya mempertontonkan sikap etis-moral yang berpadanan dengan ajaran Kristus. Itulah yang dimaksud dengan “Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah.” Artinya : di antara anggota keluarga jemaat, masih ada yang belum percaya akan Injil Kristus. Oleh karena itu, Paulus katakana “Janganlah kamu sesat : Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi !”
PERCIKAN PERMENUNGAN
MAKNA KEBANGKITAN SEBAGAI
DASAR PENGHARAPAN DAN ETIKA KRISTEN
SURAT I KORINTUS XV : 31 – 34
Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan Yesus !
Secara imaniah masih banyak orang kristen memahami Paskah hanya terkait peristiwa kematian -> kebangkitan Yesus Kristus semata-mata. Pemahaman seperti itu tak dapat disalahkan, karena hal itu merupakan warisan yang diterima turun temurun sampai hari ini. Akan tetapi pemahaman iman tentang Paskah Kristus Yesus perlu dikembangkan dari waktu ke waktu sesuai perkembangan konteks masyarakat, di mana kita : Gereja dan orang kristen, menjalankan pekabaran Injil Kerajaan Allah. Reinterpretasi dan reformulasi itu patut diadakan untuk membuka wawasan berpikir orang kristen, supaya mereka mampu menjadi fasilitator pembangunan di dalam masyarakat Indonesia masa kini dan masa depan.
Saudara – saudara yang kekasih di dalam Yesus Kristus !
Marilah kita menyimak pikiran Paulus tentang Kematian – Kebangkitan Kristus dan kita (inti masalah dalam I Korintus XV). Mengapa Paulus menasihati Jemaat Kristen di Korintus tentang hal tersebut ? Kemungkinan besar ada orang yang bertanya : "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali ?" (I Kor. 15:35) Menjawab kedua pertanyaan, Paulus menuliskan pendapatnya :
Pertama, apakah ada kehidupan setelah kematian ? So pasti, ADA. Apakah kita (orang kristen) akan dibangkitkan oleh Allah ? So pasti, BENAR. Mengapa orang kristen amat yakin akan adanya kebangkitan orang mati ? Sebab keyakinan itu muncul dari pengalaman tiap-tiap orang yang berjumpa Allah sepanjang perjalanan hidupnya. Peristiwa yang dialami para penyaksi mata di sekitar kebangkitan Yesus diceritakan terus menerus kepada siapapun. Para pendengar yang tidak pernah menyaksikan peristiwa kebangkitan itu mendapat kesan kuat, bahwa berita yang diterima sungguh-sungguh menjawab pergumulannya. Dan, oleh karena itu, mereka mengaku percaya, bahwa Allah yang berkuasa telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati.
Kedua, apakah bentuk / wujud tubuh yang akan dipakai pada saat orang dibangkitkan ? Paulus menggunakan ‘biji tanaman’ untuk menjelaskan pemahaman imannya. Yang ditanam ‘biji’, dan ketika ia bertumbuh disebutnya ‘pohon’ sesuai jenisnya. Gambaran itu melukiskan :
I KORINTUS XV
TUBUH DI BUMI TUBUH DI SORGA
1. Tubuh alamiah / tanah (ay. 40, 44, 46, 48) 1. Tubuh rohaniah / sorgawi (ay. 40, 44, 46,
48)
2. Tubuh yang dapat binasa (ay. 42) 2. Tubuh yang tidak dapat binasa (ay. 42)
3. Tubuh yang hina (ay. 43) 3. Tubuh yang mulia (ay. 43)
4. Daging 4. Roh
5. Makhluk yang hidup (ay. 45) 5. Roh yang menghidupkan (ay. 45)
6. Berasal dari tanah (ay. 47) 6. Berasl dari sorga (ay. 47)
Untuk tidak membingungkan warga jemaat Paulus mengatakan : “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia” (I Kor. 15 : 51). Ketika Paulus menyatakan perubahan wujud / bentuk tubuh manusia itu merupakan RAHASIA, so pastilah Paulus menegaskan bahwa seorangpun tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya sendiri, ONLY GOD WHO KNOWS. Jadi, menurut rasul, pokok utama ialah : PERCAYA KEPADA ALLAH YANG YANG MEMBANGKITKAN KRISTUS YESUS, DIA JUGA AKAN MEMBANGKITKAN SEMUA ORANG PERCAYA. Bagaimankah wujud tubuh sesudah kebangkitan ? Itu urusan Allah, ONLY GOD WHO KNOWS; bukan urusan manusia !
Saudara – saudara yang dikasihi Allah !
Apakah benar Paulus bertujuan menjelaskan perubahan tubuh manusia sebelum dan sesudah kematian ? Bukan… bukan itu tujuan Paulus ! Sesungguhnya ia ingin menguraikan pemahaman iman kristen tentang KUASA ALLAH yang bekerja di dalam kehidupan manusia; KUASA ALLLAH yang berkarya di dalam Kristus Yesus. Sama seperti Allah berkuasa membangkitkan Yesus dari antara orang mati, demikian pula Dia akan melakukannya atas kehidupan orang percaya. Itulah maksud dan tujuan pemberitaan Paulus. Hal itu juga menjadi alasan kuat bagi Paulus, ketika ia mengatakan : “Tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (I Kor. 15 : 31). Artinya, sang rasul memiliki kebanggaan, karena ia sering mengalami penderitaan berat malahan berhadapan dengan kematian. Ia telah menderita penderitaan jasmani (bd. I Pet. 4:1) demi menyelamatkan orang-orang kristen non-israeli dan bagi kemuliaan Yesus Kristus. Jadi kebanggaan yang dimaksudkan Paulus bukan karena ia adalah seorang kristen saja, melainkan sebagai seorang kristen, ia telah mengorbankan yang terbaik yang dimilikinya demi pekerjaan Allah. Menjadi seorang kristen itu biasa-biasa saja, tidak ada kebanggaannya, paling-paling hanya sedikit…., sebab apalah artinya menjadi seorang pengikut Kristus tanpa bekerja bagi Dia. Kebanggaan Kristen adalah menjadi pengikut Kristus serta melayaniNya, sekalipun mengorbankan yang terbaik. Dan, itulah pemahaman iman Paulus : dipanggil menjadi pengikut Kristus, beribadah kepadaNya sebagai pelayan, serta berkorban diri demi kemuliaan kerajaan Allah.
Saudara – saudara yang dikasihi Kristus !
Kita : Gereja dan orang kristen, dipilih dan dipanggil oleh Allah untuk beribadah kepadaNya di tengah persekutuan suku-suku di Indonesia. Kita ditugaskan Allah untuk memberitakan Injil Kristus (Injil Kerajaan Allah) untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan membebaskan mereka dari kesengsaraan pada seluruh aspek kehidupan sosial. Kita, Gereja dan orang Kristen, adalah warga Negara Indonesia beragama Kristen. Kita memiliki hak sebagai warga Negara Indonesia karena kelahiran, tetapi kita juga adalah Warga Kerajaan Allah / Sorga, karena iman kepada Allah oleh anugerahNya yang diberikan dalam nama Yesus Kristus. Berdasarkan iman itulah kita dimeteraikan oleh Roh Allah melalui sakramen baptisan dan sakramen perjamuan untuk keselamatan kekal. Jadi kita memiliki dwi-kewarganegaraan : Warga Indonesia Berkeyakinan akan Kristus.
Itulah sebabnya Allah menugaskan kita untuk bekerja bersama semua saudara yang berbeda keyakinan dan latarbelakang lainnya demi menyelamatkan kehidupan kebangsaan. Melalui pekerjaan itulah kita menyaksikan kuasa Allah yang membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati. Inilah pokok iman kita. Untuk itu kita membagi pekerjaan kristen : bersaksi dengan kata dan melayani dalam karya, supaya Kristus Yesus dimuliakan selaku Tuhan (Plp. 2:10-11) serta manusia dan alam semesta di Indonesia memperoleh anugerah keselematan.
Saudara – saudara yang dikasihi Kristus !
Sama seperti Rasul Paulus, Gereja dan orang kristen di Indonesia, sebaiknya, menafsirkan dan merumuskan KEMATIAN dan KEBANGKITAN KRISTUS untuk memperkuat mental spiritual manusia pembangun. Dalam istilah keagamaan KEMATIAN melukiskan kekuatan kuasa si jahat : IBLIS / SETAN. Ia menjadi kekuatan penghancur yang mengancam solidaritas umat terhadap sesama manusia dan sesama ciptaan TUHAN. Ia muncul dari kecenderungan hati manusia yang ingin melakukan kejahatan semata-mata (Kej. 6:5). Kekuatan perusak itu mendorong sesama sebangsa saling bermusuhan, bunuh membunuh, menciptakan rasa superioritas yang menguasai minoritas secara semena-mena. Kuasa Iblis / Setan mampu mengubah sifat baik manusia menjadi serakah dalam usaha pengolahan kekayaan alam. Segala hal itu akan mengantar manusia dan Bangsa Indonesia masuk ke dalam kesusahan di semua aspek kehidupan sosial. Salah satu contoh konkrit adalah rancangan kenaikan Bahan Bakar Motor (BBM).
KEBANGKITAN KRISTUS dirayakan di tengah-tengah perjuangan Bangsa Indonesia memberantas tindkan korup yang mengakibatkan kesengsaraan manusia (rakyat). Di dalam hal inilah Gereja dan Warga Indonesia beragama Kristen (KITA) menjalankan fungsi peran pemberitaan akan SOLIDARITAS ALLAH kepada Indonesia yang sedang bergumul memperbaiki masa depan. Kita ditugaskan oleh Allah untuk menyatakan KEKUATAN KUASA-Nya yang mampu mengubah masa lalu bangsa yang menderita menjadi bangsa yang berjaya. Kita diutus untuk menyatakan KESETIAKAWANAN Allah kepada Bangsa Indonesia melalui pekerjaan yang dipercayakan atas kita. Melalui aktifitas apapun kita bersksi, bahwa KEKUATAN KUASA ALLAH YANG MEMBANGKITKAN YESUS KRISTUS sanggup membangun Bangsa Indonesia menuju masa depan “yang penuh harapan akan terciptanya kedamaian dan kesejahteraan” (Yer. 29:11; bd. Mukadimah UUD ‘45 Alinea IV).
Dengan demikian benarlah kata-kata ini : Jangan berbangga karena kita adalah orang kristen, tetapi berbanggalah karena kita menderita sebagai seorang pengikut Kristus Yesus demi kemuliaanNya dan untuk pembebasan Indonesia dari dosa dan penderitaan. Dengan cara demikian, semua orang akan mengenal Allah yang kita sembah di dalam nama Yesus Kristus, dan yang senantiasa bekerja mendatangkan damai sejahtera atas seluruh ciptaanNya.
SILAHKAN MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN !
SALAM DAN DOA
DARI
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar