CERITA PENDEK
HATI BUKAN MILIKKU LAGI
DISALIN KEMBALI DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
29 OKTOBER 2011
OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
Hujan mulai mereda. Rembulan masih terbungkus awan hitam tebal. Listrik padam, karena guruh menggelegar. Tak terdengar suara binatang malam. Sesekali kilat sambar menyambar disertai halilintar. Di lantai dua rumah tua, lelaki setengah baya itu tekun menulis. Kelihatannya ia gelisah, sesekali ia menengok dari jendela. Sambil mengisap sebatang rokok sampurna mild. “Ah…, kucoba menulis kembali pengalaman masa lalu, ketika masih bekerja di Tanjung selor” gumannya.
I
BAJINGAN KAU, NOKE
Ia menggeserkan kursi mengambil posisi enak untuk membaca sehelai kertas. Bolak balik dibacanya tulisan di dalamya. Surat dari kekasihnya di Soerabaya, dikirim awal Nopember 1983.
Noke yang baik !
Malam ini Sien baru tiba di rumah, seusai memimpin Kebaktian Rumahtangga. Badan terasa lelah, tetapi Sien terus membara surat yang dikirimkan akhir Oktober 1983. Noke selalu bertanya : apakah Sien mencintai Noke. Di usia seperti ini, Noke bisa membaca kepolosan dan kejujuran sikapku, masakan seorang wanita seumurku selalu memperhatikan dirimu, tanpa terbersit rasa cinta di hati. Mungkinkah hubungan kita akan terpelihara sampai hari ini, tanpa pengertian dan kesetiaanku, No. Mengapa Noke memaksaku untuk menyatakan perasaan ini ?
Sien masih akan berpikir panjang tentang dirimu, sebab banyak cerita masa lalu yang masih terbungkus selaput tipis. Di dalam hati ini masih meragukan ketulusanmu, No. Andaikan Sien berkata jujur tentang cintaku, mungkinkah hubungan ini akan berlanjut ? Sementara keluargamu di Surabaya selalu bercerita mengenai jalinan cintamu bersama Iin, As-Dok : Iin, di Semarang ? Sebab itu Mami – Papi di Salatiga belum bisa menerima kehadiran Sien. Cobalah Noke memikirkan, bagaimanakah keadaan yang akan Sien jalani di kemudian hari.
Dasar…. Bajingan kau ! Noke hanya ingin mempermainkan perasaan banyak wanita hanya demi memuaskan keinginan sendiri. Noke tidak pernah memikirkan hancurnya masa depan mereka, setelah menerima pengakuan cinta dan menikmati kehangatan tubuhnya. Laki-laki bajingan kau ! Maafkan, Sien ! Bukan maksudku melukai perasaanmu, No. Sien ingin menyadarkanmu. Jangan Noke berharap terlalu banyak dari hubungan ini. Jangan pernah memaksa Sien untuk menjawab keinginanmu. Sien bukanlah perempuan yang sama seperti lainnya. Sampai kapanpun Sien akan mempertahankan harga diri yang diberikan Tuhan sejak lahir. Jadi, jikalau karena pernyataan itu tidak Sien ucapkan, dan akhirnya Noke akan meninggalkan hubungan ini; menurutku jauh lebih nyaman dan aman, jika Sien tidak mengatakannya ketimbang perasaan ini dicampakkan begitu saja. Jauh lebih baik berdiam diri dari pada hidup menanggung malu, karena semua mata melihat dan semua telinga telah mendengar, bahwa kita berpacaran. Jangan pernah mengharapkan kata-kata cinta terucapkan dari mulutku ! Dasar laki-laki bajingan kau… !
Surabaya, Awal Nopember 1983
Salam hormat.
Sientje Hukom
II
HATIKU BUKAN MILIKKU LAGI
Wajah laki-laki itu tegak. Bibirnya tersenyum, pikirnya : “Semakin marah, semakin terukur dalam perasaan cintanya padaku.” Ia duduk di depan mesin tua untuk mengetik surat balasan. Tetapi keadaan sedikit terganggu oleh pertanyaan Broery Assah : “Gimana kabar Sientje, Nok ?” Lelaki itu hanya menganggukkan kepala. Tanpa menghiraukan omongan kawannya.
Tanjung Selor, Minggu XVI ses. Pentakosta
Sientje manis, Sientjeku sayang !
Aku bajingan … ? Benar ! Tidak salah, Nona. Sudah lama No dijuluki bajingan. Sudah sejak masa kuliah di Salatiga sampai ke Jakarta. Sebutan itu melekat akrab padaku. Tetapi Nona perlu tahu persis pemikiranku, sayang ! Semasa kecil Noke dibesarkan Oma – Opa di Soahuku Seram. Mereka selalu menasihatiku, supaya tidak boleh berpacaran selama masih berkuliah. Sebab pacaran akan mengganggu konsentrasi belajar. Dan akhirnya Noke akan gagal. Setelah melangkah masuk universitas, Noke menggumuli nasihat mereka. Bathin ini selalu berperang : salahkah aku bila berpacaran semasa kuliah ? Tidak ! Noke mendengar banyak cerita mami tentang masa muda papi (Pdt. Yusup Ihalauw). Ia punya banyak kekasih selagi masih kuliah di Ambon. Memang pelajarannya terganggu, tetapi papi itu seorang laki-laki yang setia pada ikatan perkawinannya. Mungkin karena papi memiliki banyak pengalaman berpacaran, sehingga ketika ia mengambil keputusan untuk menikah, papi tidak pernah selingkuh. Ia seorang laki-laki yang setia pada isteri dan anak-anaknya.
Belajar dari pengalaman papi, Noke meneladaninya. Pikirku : “Alangkah baiknya berpacaran dengan banyak perempuan sebelum menikah, ketimbang setia pada seorang saja sampai menikah, dan akhirnya dalam perkawinan terjadi perselingkungan karena rasa bosan dan tidak dapat mengendalikan diri pada usia pubertas kedua.” Jadi kengininan mengenal dan mencintai seorang perempuan selalu menggodaku bergonta-ganti pacar. Bukan karena dorongan seksual. Meskipun kadang-kadang libido seksual itu muncul, tapi Noke dapat mengendalikannya.
Nona manis, Sientjeku sayang !
MEMILIH KARENA PROFESI. Jika nona bertanya tentang hubunganku dengan calon dokter itu : Iin, Noke ingin menjelaskannya. Awalnya kita berdua selalu bersama. Dia adalah sepupuku, anak dari saudara laki-laki tanteku. Kami sering bertemu ketika liburan kuliah. Tidak pernah ada pernyataan cintaku padanya, tetapi kami mempunyai perasaan yang sama : saling berbagi dan saling membutuhkan. Memang sudah sejak lama kami berjalan berdampingan, bercanda bersama, berbagi perasaan bersama. Memang semua keluarga Ihalauw di Salatiga mengetahui kedekatan kita, sayang. Tetapi Noke selalu menceritakan, bahwa hubungan kami hanya sekedar persaudaraan saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Sampai waktu Nona melihat Iin datang ke Sorabaya menemui No di Gereja Eben-Haezer.
Semuanya berubah, Nona sayang. Saat pertama kita bertemu di GPIB Eben – Haezer Soerabaya, Noke berubah pikiran. Bukan karena kecantikanmu. Bukan pula karena keindahan betis dan bibirmu yang sensual. Jika Noke memikirkan masa depan profesi sebagai seorang Pendeta. So pasti benar, jika Noke mata duitan, maka Noke akan memilih Iin. So pasti tidak akan kekurangan, sayang. Akan tetapi ada alasan paling mendasar untuk memilihmu, sayang. Andaikan Noke menikahi Iin, dan suatu hari Noka jatuh sakit tiba-tiba, ketika akan menjalankan tugas pelayanan : apakah Iin dapat menggantikan diriku ? Bukankah hal itu tidak memungkinkan ? Perjumpaan dengan Nona membuka mata hatiku untuk mengerti tugas panggilan pelayanan di masa depan. Noke membutuhkan seorang perempuan pendeta yang akan mendukung tugas panggilan Allah. Bukan berarti perempuan lai tak dapat melakukannya, tetapi alangkah baik jika pendampingku adalah seorang calon pendeta, supaya suka-duka pelayanan diatasi bersama. So pasti benar, keadaan ini cukup dilematin : memilih di antara kalian berdua, sama artinya menyakitkan hati. Namun situasi ini menjadi realitas yang tak terelakan : Noke haru memilih antara Nona dan Iin. Dan, Noke memilih berjalan bergandengan tangan bersmamu, Sientjeku sayang. Noke berjanji, Nona…. jika Tuhan mengijinkan, … entah kapan tetapi pasti suatu waktu nanti…, Noke akan menyelesaikan masalah ini dengan Iin secara baik-baik di depan matamu, sayang.
Sientje rinduku, Nona yang kucintai !
HATIKU BUKAN MILIKKU LAGI. Sekarang No ingin menjelaskan alasan, mengapa No mendesak Nona membuat pernyataan. Sientje… memang tak baik memakai nama Tuhan untuk membenarkan diri…, tapi apa mau dikata, semua orang…, termasuk Nona…, meragukan ketulusan cintaku. Karena itu No katakan : “Tuhan Yesus menjadi saksi bagiku…, jika No mengkhianati Nona, biarlah kutukan Allah mengakhiri hidupku. Dan jika suatu waktu No akan menikah dengan perempuan lain, No tidak akan memiliki anak-anak. Nona hanya satu kalimat yang perlu diingat sampai Nona mati : HATIKU BUKAN MILIKKU LAGI.” Katakanlah…, katakanlah Noke itu bajingan…., tapi biarlah bajingan ini berlutut di depanmu, lalu bermohon belas kasihmu, sayang. Noke ingin mengakhiri pengembaraan cinta di dalam dekapanmu. Hati ini lelah. Seorang petarung tangguh yang dikalahkan. Noke tak bisa bertahan di sini tanpa Nona. Sientjeku sayang : HATIKU BUKAN MILIKKU LAGI. Semuanya Noke berikan untukmu, sayang.
Sientje manis, Sientjeku sayang !
Noke lelah…. Belum pernah muncul rasa takut yang menggelisahkan, selain menanti kepastian jawaban Nona. Jangan biarkan diriku tenggelam dalam kebimbangan panjang. Jangan memainkan perasaan cintaku, sayang ! Sepanjang duapuluh empat tahun umurku, belum pernah Noke mengemis cinta seorang perempuanpun. Sepanjang hari Noke berdoa, agar Tuhan Yesus berkenan memuluskan hubungan kita. Galau… Sientje. Ingin rasanya Noke melarikan diri dari pelayanan ini, hanya untuk mendapatkan cintamu, sayang….
Sungguh Nona… apapun akan kukorbankan untuk meggapai cintamu, Sientje. Jika surat ini Nona baca, peganglah satu saja janjiku : HATIKU BUKAN MILIKKU LAGI. Semuanya telah kuserahkan ke dalam genggamanmu, cewe Ayamaru, Sientjeku manis ! Andaikan tutur ceritaku nyeleneh, maafkan, sayang ! Noke masih menunggumu bertutur : Nona mencintaiku, sayang ! Hanya sekedar harapan. Kiranya Tuhan mengabulkan doaku.
Tanjung Selor – KALTIM
dari kekasihmu,
Noke Ihalauw
Lelaki itu menyelesaikan ketikannya, memasukkan ke dalam amplop, lalu berangkat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar