PEMBERITAAN FIRMAN HARI RABU, 18 APRIL 2012
KITAB I RAJA – RAJA III : 3 – 15
PILIHLAH PEMIMPIN !
YANG MENGENAL ALLAH DAN
SETIA MELAKUKAN KEHENDAKNYA
I RAJA – RAJA III : 1 – 15
TUJUAN PENULISAN
MEMBINA MENTAL DAN MEMBUKA WAWASAN WARGA JEMAAT
SEBAGAI PERSIAPAN UNTUK MEMASUKI PROSES PEMILIHAN
PENATUA – DIAKEN GPIB MASA KERJA 2012 - 2017
TUJUAN KHUSUS
1. PILIHLAH CALON PELAYAN YANG MENGENAL ALLAH DAN FIRMANNYA,
2. PILIHLAH CALON PELAYAN YANG HIDUPNYA TERTIB SESUAI FIRMAN TUHAN,
3. PILIHLAH CALON PELAYAN YANG RELA BERKORBAN DALAM PELAYANAN,
4. PILIHLAH CALON PELAYAN YANG RENDAH HATI, DAN BUKAN MENGANDALKAN KUASA.
AYAT PENUNTUN
BERIKANLAH KEPADA HAMBAMU INI HATI YANG
FAHAM MENIMBANG PERKARA UNTUK MENGHAKIMI UMATMU
DENGAN DAPAT MEMBEDAKAN ANTARA YANG BAIK DAN YANG JAHAT
I RAJA – RAJA III : 9, 11, 12
DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI SELASA – 10 APRIL 2012
OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE ARNOLD REMALS IHALAUW
-----ooo00ooo-----
PENGANTAR
JANGAN BERHARAP PADA JANJI MANUSIA DALAM PAMPANYE PEMILIHAN. Kebanyakan rakyat mengalami kekecewaan, karena janji-janji yang diucapkan para pemimpin dalam masa kampanye tidak terealisasikan. Sifat calon pemimpin ini terdapat pada semua jajaran baik pada pemerintahan maupun keagamaan. Sebaliknya, kurang ada rasa malu di kalangan pemimpin yang memanfaatkan kepercayaan yang diberikan umat / rakyat kepadanya. Acapkali setelah menjadi pemimpin, mereka bertindak sewenang-wenang tanpa kepekaan hati dan pendengaran akan keluhan-keluhan para pendukung. Mereka sering melupakan janji-janji manis kepada para pendukungnya, sebelum terpilih. Oleh karena itu, setiap pemilih patut mengkaji ucapan-ucapan pada masa kampanye, supaya tidak salah memberikan dukungan.
PILIHLAH ORANG YANG TAKUT AKAN ALLAH, PENUH HIKMAT DAN MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL. Pemilihan Umum telah dekat. Bangsa Indonesia akan melaksanakannya pada tahun 2014. Begitu pula Pemilihan PENATUA – DIAKEN GPIB 2012 – 2017 sedang berproses. Oleh karena itu, siapapun memerlukan informasi jelas tentang sosok / figur pemimpin pelayan dan pelayan pemimpin. Jika tidak demikian, maka ‘politik uang’ akan merusak proses pemilihan pemimpin Bangsa dan Gereja. Dan akan berimbas pada masa pemerintahan orang-orang yang menjalankan cara itu, sebab mereka akan mencari kesempatan untuk menutupi sejumlah dana yang dikeluarkan semasa kampanye meraih suara pemilih. Pilihlah calon pemimpin / pelayan yang berkualitas dan memenuhi persyaratan intelektual dan etika yang ditentukan oleh Allah menurut kesaksian Kitab Suci : JUJUR, BENAR, SETIA, MENGASIHI ALLAH, PENUH HIKMAT, PENGERTIAN, PERTIMBANGN serta KEPEKAAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL YANG TINGGI.
GEREJA DAN BANGSA MEMBUTUHKAN MANUSIA PEMBANGUN YANG BERHIKMAT. Acapkali si pemilih tergiur oleh hadiah dan janji-janji manis yang diberikan, sehingga turut menjadi tim sukses bagi calonnya. Ia menutup mata dan telinga, jikalau ada keluhan / keberatan yang dikemukakan orang lain. Malahan ia mati-matian membela calonnya, padahal ia tahu persis, bahwa orang yang didukungnya kurang berkualitas dan kurang layak-moral. Gereja dan Bangsa ini telah dijerumuskan oleh para pemimpin yang melayani kepentingan kelompok dan kebutuhan pribadi. Oleh karena itu, perlu diprakondisikan sebuah keadaan yang sungguh-sungguh bebas dari politik uang, memilih orang-orang kaya yang kurang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial. Sebaliknya memilih orang yang memiliki visi – tujuan dan misi yang jelas, berdedikasi tinggi tanpa pamrih, memiliki kesetia kawanan sosial, berpengetahuan, penuh hikmat, jujur, benar dan setia mengasihi TUHAN serta sesamanya. Untuk itulah kita diajak menyimak cerita penulis Kitab Raja – Raja tentan kehidupan Salomo, anak Daud, Raja di Yerusalem.
BACAAN PERIKOP
KITAB RAJA – RAJA III : 1 – 15 DAN
PENJELASAN – PENJELASAN
3:1 Lalu Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir; ia mengambil anak Firaun, dan membawanya ke kota Daud, sampai ia selesai mendirikan istananya dan rumah TUHAN dan tembok sekeliling Yerusalem.
PENJELASAN
Perkawinan raja-raja pada masa lampau perlu disoroti dari sudut pandang politis. Hal ini akan menentukan hubungan diplomatik antar kedua bangsa (bilateral).
3:2 Hanya, bangsa itu masih mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan, sebab belum ada didirikan rumah untuk nama TUHAN sampai pada waktu itu.
3:3 Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.
3:4 Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu.
PENJELASAN
a). Ayat ini tidak bermaksud menunjuk pada persembahan korban kepada Dewa Kanaani : Baal; akan tetapi sejak Israel menduduki tanah Kanaan sampai Salomo menjadi raja, bangsa itu belum mempunyai Baith Allah parmanen yang terpusat pada satu tempat.
b). Sepanjang waktu itu, Daud dan Salomo pun “masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.”
c). Gibeon adalah salah satu tempat suci bagi orang Israel, sama seperti Sichem, Silo, Gilgal dan Beth-El.
d). SIKAP IMAN SALOMO.
1. Setia mengasihi TUHAN,
2. Taat melaksanakan tradisi keagamaan yang ditetapkan Daud, ayahnya.
3:5 Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.”
3:6 Lalu Salomo berkata: “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini.
3:7 Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, meski aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.
PENJELASAN
3 : 5 -> “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” Menunjukkan ketergantungan Salomo kepada Allah, sama seperti Daud, ayahnya. Kehidupannya itu dinikmati, karena TUHAN bekerja merealisasikan permohonan doanya. Pemahaman ini akan berhubungan dengan 3 : 7
3 : 6.a -> HIDUP DI HADAPAN TUHAN. Kita akan sering menemukan frasa ini dalam tulisan-tulisan kitab suci kristen. “Hidup di hadapan TUHAN” dapat diartikan sebagai berikut :
1. Berdiri berhadap-hadapan di depan TUHAN (hurufiah).
2. Menjadi hamba / pelayan TUHAN.
3. Berada dalam persekutuan bersama TUHAN.
4. Tinggal di dalam TUHAN.
3 : 6.b -> Untuk berada / tinggal / bergaul akrab dengan TUHAN, seseorang patut memiliki karakter khusus, yakni : SETIA – BENAR – JUJUR.
SETIA berarti bersikap lurus, tidak bengkok / mendua hati, berdiri teguh, mengasihi Allah dengan segenap hati atau tidak menduakan Allah.
BENAR berarti menjalankan cara hidup sesuai HUKUM / PERINTAH yang difirmankan oleh Allah.
JUJUR berarti tulus-ikhlas, tidak menipu, berbicara terbuka kepada Allah, tidak serong tingkah laku karena kepentingan dan kebutuhan pribadi, melayani Allah tanpa pamrih.
3.7.a. -> Tradisi pengangkatan Raja sebagai Anak Allah (bd. Maz. 2 -> khususnya 2 : 7)
3.7.b. -> Salomo “masih sangat muda dan belum berpengalaman” sewaktu memerintahi Yehuda di Yerusalem.
3:8 Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya.
3:9 Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini ?”
3:10 Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.
3:11 Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: “Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum,
3:12 maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau.
PENJELASAN
3 : 9.a -> “Untuk menghakimi.” Kata kerja ini berbeda maknanya dengan kosa kata yang sama dalam Bhs Indonesia. ‘Menghakimi’ dalam Bhs Ibrani cenderung berarti memimpin. Hakim di Israel tidak secara spesifik berarti pengawas pelaksanaan hukum saja, tetapi lebih ditekankan fungsi-perannya sebagai Pemimpin Umat. Dengan kata lain, Salomo adalah Pemimpin Israel yang dipilih dan diangkat TUHAN untuk menjalankan tugas suruhanNya.
3 : 9.b -> “… hati yang faham menimbang perkara…” cenderung berkonotasi : ‘hati yang berhikmat’ (bd. ay. 12). Jika kata penulis Raja-Raja memakai kata ‘hati’, hal itu tidak saja menunjuk pada komponen dari kehidupan bathiniah, tetapi kata itu menunjukkan pada seluruh aktifitas kehidupan baik lahiriah-maupun bathiniah. Dengan kata lain, Salomo memohonkan Allah memimpinnya. Allah memberikan hikmat ke dalam hati nurani dan akalbudi, sehingga ia dapat menjalankan tugasnya secara baik dan benar menurut pandangan Allah sendiri.
APLIKASI DALAM PEMBERITAAN FIRMAN
1. HATI YANG PENUH HIKMAT DAN PENGERTIAN. Umumnya seorang pemimpin memohon Allah memberikan umur panjang, menjaganya dari kecelakaan, memudahkan jalan sepanjang memimpin orang banyak, memudahkan rezkinya, menghancurkan tiap lawan politik, dan sebagainya. Permintaan seperti itu berbeda dari pada yang diucapkan Raja Salomo. Sang Raja Israel meminta kepada TUHAN, agar diberikan ‘hati yang faham menimbang perkara’ (ay. 9) atau ‘hati yang penuh hikmat dan pengertian’ (ay. 11-12).
2. MENGAPA SALOMO TIDAK MEMINTA SEPERTI YANG LAIN ? Sederhana saja alasan Salomo. Raja tahu persis, bahwa seorang pemimpin akan tergoda memanfaatkan KEKUASAAN untuk memuluskan (melancarkan) penyelenggaraan pemerintahan. Sikap arogan seorang pemimpin akan semakin berbahaya, jika ia memakai KEKUASAAN untuk menjalankan pemerintahan. So pasti, ia akan memerangi lawan politiknya. Salomo tidak berpikir demikian. Ia cenderung menggunakan akalbudinya dalam membangun pemerintahan yang BENAR dan JUJUR (bd. ay. 6). Dan kebenaran serta kejujuran itu hanya dapat dilakukan, jikalau seorang raja / pemimpin memiliki hikmat Allah.
3. HIKMAT adalah sama dengan PENGENALAN AKAN ALLAH. Menurut tradisi Gereja, Kitab AMSAL dituliskan oleh Salomo, atau sekurang-kurangnya AMSAL–AMSAL dimanfaatkan untuk mendidik anak-anak di Israel dikumpulkan dan dikitabkan redaksi pada masa pemerintahan Salomo. Sebuah pasalnya menulis tentang HIKMAT (psl 8). Dikatakan : “Aku, HIKMAT, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan. Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Pada-ku (HIKMAT) ada nasihat dan pertimbangan, aku (HIKMAT)-lah pengertian, pada-ku-lah kekuatan. Karena aku (HIKMAT) para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Karena aku (HIKMAT) para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi. Karena siapa mendapatkan aku (HIKMAT), mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia.” (Amsl 8 : 12 – 16, 35). Jelaslah, HIKMAT itu bersumber pada Allah.
BAGAIMANAKAH RAJA MENGENAL HIKMAT ALLAH ?. Hikmat, menurut tradisi Agama Israel akan diperoleh siapapun yang mempelajari TORAH (Hukum Taurat). Pada hukum itu termaktub seluruh pikiran Allah yang bertujuan membentuk karakter / kepribadian serta menata tertibkan perilaku manusia yang menjalankan ibadah secara ritual maupun sosial. Jika seorang raja / pemimpin agama Israel mempelajari TORAH Allah, maka ia akan memperoleh kecerdasan (ilmu pengetahuan), pengertian dan kebijakan, nasihat dan pertimbangan, keadilan dan kebenaran Allah, sehingga ia memiliki kekuatan untuk memimpin / melayani umat. SEORANG PEMIMPIN YANG MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN DENGAN MENGANDALKAN KEKUASAAN, SESUNGGUHNYA, DIA ADALAH PEMIMPIN YANG TIDAK BERHIKMAT, TIDAK MENGENAL ALLAH.
4. BAGAIMANAKAH RAJA / PEMIMPIN AGAMA MENGENAL HIKMAT ALLAH ?. Hikmat, menurut tradisi Agama Israel akan diperoleh siapapun yang mempelajari TORAH (Hukum Taurat). Pada hukum itu termaktub seluruh pikiran Allah yang bertujuan membentuk karakter / kepribadian serta menata tertibkan perilaku manusia yang menjalankan ibadah secara ritual maupun sosial. Jika raja / pemimpin agama Israel mempelajari TORAH Allah, maka ia akan memperoleh kecerdasan (ilmu pengetahuan), pengertian dan kebijakan, nasihat dan pertimbangan, keadilan dan kebenaran Allah, ia memiliki kekuatan untuk memimpin / melayani. PEMIMPIN YANG MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN DENGAN MENGANDALKAN KEKUASAAN YANG DIPERCAYAKAN KEPADANYA, SESUNGGUHNYA, DIA ADALAH PEMIMPIN YANG TIDAK BERHIKMAT, TIDAK MENGENAL ALLAH.
5. APAKAH MANFAAT HIKMAT ALLAH BAGI ORANG YANG MEMIMPIN UMAT ? Saya mengulangi sekali lagi HIKMAT BERSUMBER DARI PENGENALAN AKAN ALLAH MELALUI PEMBELAJARAN AKAN FIRMANNYA. Mengapa Salomo tidak meminta kekayaan, umur panjang atau nyawa musuhnya (ay. 11) ? So pasti raja Salomo tahu persis, bahwa hal-hal itu akan diperolehnya, jika ia memiliki HIKMAT dan PENGETAHUAN. Hanya dengan HIKMAT dan PENGETAHUAN Salomo mampu mengokohkan pemerintahannya. Dan dengan sendirinya kekayaan akan mengalir serta umurnya akan lanjut karena keadaan damai bertumbuh semasa pemerintahannya.
Sebaliknya, jika ia mengandalkan KEKUASAAN, maka ia akan menemukan banyak perlawanan dan penolakan dari berbagai pihak dan lapisan masyarakat. Keadaan seperti ini akan membuat pikirannya gelisah dan hatinya resah, kematianpun mengintipnya. Orang yang mengandalkan kekuatannya akan jatuh terjerambab, tetapi “diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN” (Yer. 17:7). Penguasa dan Pemimpin demikian akan melihat masa depan dari umat yang dipimpinnya.
3:13 Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.
3:14 Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.”
PENJELASAN
3 : 13 -> “…apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu…” Penulis Kitab Raja-Raja menyatakan firman ini sebagai jaminan tentang pengenalan TUHAN atas Salomo. Dia tahu persis kebutuhan raja, karena itu Dia menyatakan pemeliharaan atas kehidupan raja.
3 : 14 -> “JIKA engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku” Kata JIKA merupakan sebuah pengandaian tentang 2 (dua) keadaan yang berbeda. JIKA Salomo menjalankan kehidupannya sesuai TORAH (jalan yang Kutunjukkan, yaitu : ketetapan dan perintahKu), maka TUHAN akan memeliharanya (akan memperpanjang umurmu). Sebaliknya, JIKA Salomo tidak mengikuti jalan yang ditunjukkan, maka TUHAN akan menghukumnya. Dengan demikian TUHAN Allah memberikan kebebasan kepada Salomo untuk memilih : “antara yang baik dan yang jahat” (bd. ay. 9). Jadi tidaklah mengherankan, Salomo meminta HIKMAT dan PENGERTIAN, agar ia menjalankan kehidupan pemerintahan sesuai kehendak Allah ayahnya.
3:15 Lalu terjagalah Salomo; ternyata ia bermimpi. Sekembalinya ke Yerusalem, berdirilah ia di hadapan tabut perjanjian Tuhan, dipersembahkannya korban-korban bakaran dan korban-korban keselamatan, kemudian ia mengadakan perjamuan bagi semua pegawainya.
PERCIKAN PERMENUNGAN
WAHAI PEMIMPIN UMAT !
KENALLAH TUHAN DAN LAKUKANLAH KEHENDAKNYA
I RAJA – RAJA III : 1 – 15
Saudara – saudara seiman,
Proses Pemilihan PENATUA – DIAKEN GPIB 2012 – 2017 akan dilaksanakan sedikit waktu lagi. Oleh karena itu, semua warga jemaat selayaknya mempersiapkan diri untuk memilih calon ataupun dicalonkan menjadi Pemimpin dan Pelayan TUHAN di tengah-tengah persekutuan umatNya. Banyak pengalaman yang tercatat sepanjang perjalanan pelayanan-kesaksian bersama Penatua – Diaken sejak tahun 2007 – 2012. Ada catatan yang menyenangkan dan yang kurang mengenakkan; ada catatan tentang keberhasilan dan ada pula kegagalan. Semua catatan itu perlu diteliti dan dikaji dengan baik, sebelum kita bersama akan memasuki proses pemilihan yang akan datang. Akan tetapi perlu diperhatikan, selayaknya kita patut menyimak catatan sejarah pelayanan sepanjang tahun 2007 – 2012 dengan akalbudi – hati nurani yang BERSIH, JUJUR, SALING MENGASIHI serta DIKUASAI OLEH ROHKRISTUS. Sebab sedikitpun Allah tidak mengajarkan untuk membenci atau menaruh dendam kepada para pemimpin yang pernah menyakiti kita. Marilah kita menyimak pengangkatan Salomo selaku Raja di Yerusalem sebagai penjelasan yang akan membantu kita melancarkan proses pemilihan mendatang.
Saudara – saudara seiman,
Sebaiknya kita membangun pemahaman bersama, bahwa TUHAN memilih dan memanggil (membangun -> Mat. 16 : 18) sebuah persekutuan hidup bersama Dia berdasarkan keyakinan iman yang sama (bd. I Pet. 2:9). Persekutuan itu ditugaskan untuk menyelenggarakan ibadah kepadaNya sepanjang waktu berjalan. Tugas yang disuruhNya : untuk melayani (Mrk. 10:43-45) dan menjadi saksi bagi Kristus (Kis. 1:8), untuk memberitakan (Mrk. 16:15) dan untuk mengajarkan Injil Kristus (Mat. 28:19-20). Oleh karena itu, kita memilih (bd. Kis.6:1-7; bd. 1 : 15-26) beberapa orang ‘yang terbaik di antara yang baik’ untuk menjalankan pekerjaan Tuhan bersama persekutuan jemaatNya. Walaupun harus diakui pula, bahwa orang-orang yang dipilih itupun ‘menghendaki jabatan’ tersebut (bd. I Tim. 3:1). Jadi kita tidak hanya menegaskan, bahwa TUHAN yang memilih untuk memaksakan kehendak Gereja kepada calon terpilih; akan tetapi kita juga harus tulus menerima penolakan, jika ia belum ingin menjadi pelayan TUHAN. Pemahaman demikian akan membebaskan calon terpilih dari rasa bersalah serta jujur menghormati kebebasan pribadi. Karena tidak baik dan tidak benar, jika orang dipaksa untuk menerima pilihan, padahal ia tidak bersedia dicalonkan. Biarlah masing-masing orang memberikan jawabannya sesuai kesadaran hatinurani berdasarkan cintaNya kepada Allah. Paulus berkata : “Jangan dengan sedih hati atau karena paksaan” (II Kor. 9:7).
Saudara – saudara seiman,
ANTARA PENGANGKATAN SALOMO DAN PANGGILAN NABI-NABI. Marilah kita belajar dari cerita pengangkatan Salomo, Raja Israel di Yerusalem. Penulis Raja-Raja mengatakan pengakuan Salomo : “Ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman” (3:7). Salomo menyadari akan pilihan TUHAN, tetapi sekaligus mengakui kelemahannya : masih sangat muda dan belum berpengalaman. Kesadaran diri seperti ini merupakan keberatan hati orang yang dipilih TUHAN sejak Musa (Kel. 3:11; 4:10, 13), Nabi Yesaya (Yes. 6:5), dan Nabi Yeremia (1:6). Musa, Yesaya dan Yeremia bukan menolak pilihan Allah; akan tetapi mereka jujur mengakui ketidakmampuan pribadi yang akan memikul jabatan tersebut. Namun sama seperti Musa, Yesaya dan Yeremia, Salomopun mengajukan alasan yang sama : “Aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Inilah sikap kerendahan hati di hadapan Allah.
Kita perlu mengetahui perbedaan panggilan antara raja dan nabi-nabi. Pengangkatan Salomo selaku seorang pewaris tahta kerajaan patut dimengerti sebagai panggilan Allah (Teologi Kebangsaan, khusus pemahaman iman tentang pengangkatan Raja sebagai Anak Allah – bd. Maz. 2 : 7). Penulis Raja-Raja mencatat pengakuan Salomo : “Ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku” (3:7). Pernyataan Salomo membuktikan keyakinannya, bahwa pewarisan tahta kerajaan merupakan panggilan Allah untuk menjalankan tugas penggembalaan atas umatNya. Israel adalah umat pilihan Allah. Israel bukan dibangun atas jasa Daud, ayah Salomo. Mereka dibentuk Allah berdasarkan ikatan perjanjian yang diadakanNya dengan Abraham, leluhurnya. Jadi Allah adalah Pemilik dan Raja Israel, sedangkan raja-raja Israel adalah utusan yang menjalankan tugas yang disuruhNya. Pemahaman yang samapun diakui oleh Musa – Yesaya – Yeremia.
Saudara – saudara seiman,
SIAPAKAH DAN APAKAH UKURAN YANG DITETAPKAN UNTUK MEMILIH CALON PENATUA – DIAKEN ? Melalui pemberitaan firman hari ini kita memperoleh pengetahuan tentang SIAPAKAH dan APAKAH UKURAN yang dipakai untuk memilih calon Penatua – Diaken. Perikop bacaan ini menuliskan beberapa catatan penting, yaitu :
1. “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau” (3:6). Tiga sifat yang dituntut dari seorang calon pemimpin dan pelayan (Penatua-Diaken GPIB) adalah
a) HIDUP DENGAN SETIA DI HADAPAN ALLAH. Yang dimaksudkan dengan KESETIAAN adalah KETETAPAN HATI dan KETEGUHAN KEPERCAYAAN kepada Allah. Ketika seorang calon mengiyakan hasil pemilihan, maka ia wajib berjanji TIDAK MENGUNDURKAN DIRI (LOYALITAS -> bd. Ibr. 10 : 38 – 39) sepanjang karya pelayanan, meski banyak tantangan dan ancaman akan dihadapi. Orang itu memiliki KETEGUHAN KEPERCAYAAN (IMAN) yang membuat ia tekun melayani TUHAN di dalam Jemaat.
b) BENAR di dalam pandangan Allah. Yang dimaksudkan BENAR : menjalankan kehidupan sesuai perintah / firman, agar tak bercela dalam pandangan TUHAN serta kepemimpinan dan keteladanannya dihormati umat.
c) JUJUR TERHADAP ALLAH. Yang dimaksudkan JUJUR : memiliki ketulusan hati, tidak serong hatinya dan berbuat jahat, terbuka di hadapan TUHAN, penuh kerelaan tanpa pamrih, tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah.
2. “… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat …” (3:9)
HATI YANG FAHAM MENIMBANG PERKARA (bd. 3:12 -> “pengertian untuk memutuskan hukum”). Seorang calon pemimpin dan pelayan (PENATUA – DIAKEN GPIB) selayaknya memiliki kepekaan hati dan kepedulian sosial yang tinggi. Ia bukanlah seorang yang pandai menyelenggarakan pelayanan-kesaksian menurut Aturan-Aturan Gereja semata-mata; akan tetapi ia juga perlu memiliki “hati” seperti “hati Yesus” yang mengerti dan tanggap terhadap pergumulan umat yang dilayani. Dengan demikian, ketika memangku jabatan pelayanan, ia mampu mengambil keputusan yang arif / bijak, agar pertama-tama ia menyenangkan hati TUHAN, dan kemudian membawa damai sejahtera ke dalam kehidupan persekutuan jemaat.
3. PENUH HIKMAT (3:12). HIKMAT tidak sama dengan ILMU PENGETAHUAN. Tradisi Agama Israel menggunakan kata itu untuk menunjuk aktivitas bathin terkait PENGENALAN AKAN ALLAH dan KARYA-Nya. Dan SUMBERnya tertulis di dalam TANAKH (Kitab Suci Agama Israel, yang sekarang disebut ALKITAB PERJANJIAN LAMA). Hikmat itu ditemukan orang karena ia rajin dan tekun membaca Alkitab. Ia rajin menjalankan Ibadah secara ritual maupun sosial. Bayangkan saja, jikalau calon presbiter yang dipilih adalah orang yang malas mengikuti kebaktian, malas membaca Alkitab dan malas berdoa ? Bagaimanakah ia dapat memimpin pelayanan serta menuntun warga jemaat mengenal Allah ? Oleh karena itu, pilihlah yang terbaik di antara yang baik, dan hendaklah pilihanmu sesuai KEHENDAK ALLAH, bukan karena engkau menyukai atau tidak menyukai siapapun.
SILAHKAN MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
SALAM DAN DOA
DARI
PUTRA SANG FAJAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar