Rabu, 04 April 2012

RANCANGAN PEMBERITAAN FIRMAN - JUMAT AGUNG - 06 APRIEL 2012

Dok-A/007/IV-04-12/HOM./ARIE.-
PENGAJARAN – HARI MINGGU, 18 MARET 2012

DERITA MANUSIA DALAM
SERUAN YESUS YANG TERSALIB
MARKUS XV : 33 - 41

NATS PEMBIMBING

Dan pada jam tiga berserulah Yesus
dengan suara nyaring : "Eloi, Eloi, lama sabakhtani ?",
yang berarti : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI RABU, 04 APRIL 2012

OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----

PENGANTAR

PERSAHABATAN DALAM PENDERITAAN. Pernahkah anda merasa ditinggalkan seorang diri menghadapi ajal ? Adakah “sahabat setia” yang menemani anda, tepat pada detik-detik penderitaan bathin sedang digumuli ?  So pasti, kita mempunyai banyak “kenalan”, tetapi tidak semua orang yang dikenal bersedia memikul penderitaan bersama. So pasti, ketika kita sedang berjaya, banyak kenalan akan datang untuk menikmatinya. Banyak kenalan akan memuji-muji keberhasilan, supaya kebagian jatah; kan tetapi di kala kita sedang sengsara, tidak seorangpun di antara mereka bersedia mendampingi. Semuanya akan mengatakan : “Biar jo, jang kita campor de pe urusan, sebab masing-masing orang mempunyai kesusahan sendiri.” Benarlah ucapan ini : “Ada banyak orang yang dikenal, tetapi tidak semua ‘kenalan’ rela menjadi ‘sahabat sejati’. Lalu, bagaimanakah siapakah yang sudi menjadi ‘sahabat’ di saat kita sedang kemalangan ?

BACAAN PERIKOPAL
MARKUS XV : 33 – 41

33.    Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.
34.    Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani ?", yang berarti : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? (bd. Maz. 22 : 2)
35.    Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata : "Lihat, Ia memanggil Elia."
36.    Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata : "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."
37.    Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.
38.    Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
39.    Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia : "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah !"
40.    Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome.
41.    Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.

PENJELASAN AYATIAH

Ay. 33      :   “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.”

                       PENJELASAN

                        PERAYAAN PASKAH ISRAEL. Dalam sejarah sosial umat Israel, khususnya pada setiap tahun Israel diwajibkan merayakan paskah bagi TUHANnya (“Orang Israel harus merayakan paskah pada waktunya; pada hari yang keempat belas bulan ini, pada waktu senja, haruslah kamu merayakannya pada waktu yang ditetapkan, menurut segala ketetapan dan peraturannya haruslah kamu merayakannya." Lalu Musa menyuruh orang Israel merayakan paskah. Maka mereka merayakan paskah pada bulan yang pertama, pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu senja” -> BIL. 9 : 2 – 5; bd. KEL. 12 : 1 - 13), dan lagi  “Hari ini kamu keluar, dalam bulan Abib.” (KEL. 13 : 4).

                        PROKLAMASI PASKAH."Peringatilah hari ini (bulan yang pertama, pada hari yang keempat belas), sebab pada hari ini kamu keluar dari Mesir, dari rumah perbudakan; karena dengan kekuatan tangan-Nya TUHAN telah membawa kamu keluar dari sana. Sebab itu tidak boleh dimakan sesuatupun yang beragi. Hari ini kamu keluar, dalam bulan Abib.” (KEL. 13 : 3 – 4).

                        TUJUAN PERAYAAN PASKAH. Secara historis paskah Israel bertujuan mengingat-rayakan peristiwa kemerdekaan / pembebasan yang dikerjakan oleh TUHAN untuk mengeluarkan Israel dari perbudakan Imperium Mesir (Latar belakang sejarahnya -> KEL. 1 : 8 – 3 : 18;  Pernyataan proklamasi -> KEL. 20 : 3; bd. ULNG. 5 : 6).

                        MAKANAN PASKAH. Apakah yang dimakan Israel pada saat paskah ?  Dalam Kitab Keluaran dikatakan :

                                “Anak domba-mu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja. Kemudian dari darah-nya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit.” (KEL. 12 : 6 – 8).
                       
                        Muncul kesan seakan-akan kedua unsur itu dimakan dalam sebuah perayaan paskah. Padahal dalam catatan yang dituliskan oleh Penulis Kitab Imamat dikatakan :

PERINTAH  ALLAH TENTANG
PENYELENGGARAAN HARI RASA PESACH

"Setiap orang dari tiap keturunan harus mengetahui, bahwa TUHAN, telah membawa dia keluar dari Mesir, seperti yang dikatakan dalam Torah : “Kamu harus menceritakan kepada nak-anakmu, bahwa pada hari itu, Dia (Ibr. HASHEM) telah melakukan tanda ajaib bagiku…”

“Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap. Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu (Abib -> KEL. 23 : 3 – 4), pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN. Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi….” (IM. 23 : 4 – 14).

Dengan demikian ada 2 (dua) perayaan yang diselenggarakan berdekatan waktunya, yakni :

1.    PERAYAAN PASKAH tanggal 14 Abib yang jatuh pada Hari Jumat, pada saat itu orang Israel berkumpul dan menyembelih anak domba jantan yang muda dan tidak bercacat cela.
2.    PERAYAAN ROTI TIDAK BERAGI tanggal 15 Abib yang jatuh pada Hari Sabtu / Sabbatho / Sabat.
3.    Dalam tradisi keagamaan yang berkembang kemudian, minuman yang diminum pada kedua perayaan itu adalah air anggur perahan.

MASALAH PEMAKAIAN ISTILAH. Dapatkah formulasi (kata “roti” diganti “makanan” dan “anggur” diganti “minuman”) Sakramen Perjamuan diubah sesuai kontek misional ? Sesuai dengan ucapan Yesus yang dituliskan Rasul Yohanes : “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman,” maka pelaksana (Pendeta) sakramen perjamuan dapat memakai kedua istilah ini : makanan dan minuman.

                        PERAYAAN PASKAN KRISTEN. Meskipun Jemaat Kristen Abad I mengambil alih perayaan paskah Israel, tetapi makna perayaan itu telah bergeser maknanya kepada karya kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Waktu perayaan itu masih tetap sama, yakni : 14 – 15 Abib menurut penanggalan Israel yang disesuaikan dengan kalender Masehi (Hari Jumat, 06 sampai Hari Minggu, 08 Apriel 2012).

TRANFORMASI SIMBOL KE DALAM NILAI KRISTEN. Jemaat Kristen Abad I, khususnya kristen-israeli mengambil alih kedua lambang itu : anak domba jantan yang tidak bercacat cela dan roti tidak beragi,  sedangkan di kemudian darah anak domba dilambangkan oleh air anggur perahan yang berwarna merah dikenakan kepada Yesus Kristus (bd. YOH. 6 : 30 – 58, khususnya ayat. 55 -> “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman”). Hal itu dilakukan Gereja sampai hari ini.

                        CATATAN : Kata berakhir PASKAH dengan huruf H, bukan tanpa H (PASKA seperti yang ditulis dalam SABDA-SABDA GPIB).

Ay. 34-35 :   Pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani ?", yang berarti : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? (bd. Maz.XXII : 2). Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata : "Lihat, Ia memanggil Elia."

                        PENJELASAN
                       
1. TRADISI KRISTEN TENTANG YESUS SELAKU RAJA MESIAH. Mengapa kedua Injil Sinoptis Markus dan Matius (MRK. 15:33; bd. MAT. 27:46) memakai ucapan Raja Daud (MAZ. 22 : 2) : “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku ? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” Menurut pendapat saya, kedua penulis ini (terlebih-lebih Matius) menghubungkan penderitaan Yesus selaku Raja Mesiah kepada penderitaan Daud pada masa pemerintahannya selaku Raja Israel. Pemahaman ini dihubungkan dengan pernyataan yang terdengar pada saat Yesus dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis : “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi,…” (MRK. 1 : 11; bd. MAT. 3 : 17 -> “Inilah AnakKu yang Kukasihi, …”; MAZ. 2 : 7 -> “AnakKu engkau ! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”).

                              Jemaat Kristen Abad I mentransformasikan pemahaman iman Israel tentang Raja Mesiah yang berasal dari keturunan Daud Abad IV – I sb. M, kemudian dikenakan kepada Yesus. Israel dalam pengasingan amat menantikan penggenapan nubuat para nabi tentang munculnya sosok / figure Raja Mesiah (bd. YES. 7 : 14 – 16;9 : 5 – 6; 11 : 1 – 5, 10 dll). Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya (bd. MAT. I : 21). Akan tetapi gagasan ini beraroma politik. Raja Mesiah itu akan datang untuk ‘membangun kembali pondok (Kerajaan) Daud’ (bd. KIS. 1: 6). Sementara Paulus menuliskan tradisi puji-pujian Jemaat Kristen Abad I tentang Yesus sebagai Sang Mesiah (Yun. Kristos) yang menderita dan mengorbankan hidupNya sampai mati (bd. PLP. 2 : 6 – 11) demi penyelamatan manusia dari perhambaan dosa. Di sini tampak pergeseran fungsi pemimpin politik Sang Mesiah ke dalam fungsi pemimpin spiritual. Dengan demikian benarlah perkataan ini : “KerajaanKu bukan dari dunia ini” (YOH. 18 : 36).

                              CATATAN. Perkembangan gagasan mesianik ini diperkirakan pada Abad II sb. Masehi sejalan dengan upaya reinterpretasi dan reformulasi tradisi keagamaan Israel oleh kaum Essen. Kedua fungsi dan peran Mesiah seperti yang secara singkat dijelaskan di atas merupakan hasil karya mereka. Dan Jemaat Kristen Abad I, sesuai dengan ajaran Yesus, mengembangkan gagasan mesianik dalam fungsi-peran spiritual.

                        2.  TRADISI KRISTEN TENTANG YESUS SELAKU EBED-YHWH (Hamba TUHAN). Saya menulis ulang catatan Markus, ketika Yesus dibaptiskan : “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (MRK. 1 : 11; bd. MAT. 3 : 17 -> “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan”). Anak kalimat ‘kepadaMulah Aku berkenan’ dikutip kedua penulis Injil (Markus dan Matius) dari tradisi Kitab Deutero-Yesaya : “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.”(YES. 42 : 1). Deutero-Yesaya mengembangkan gagasan Hamba TUHAN yang penuh dengan Roh Allah, sama seperti Raja Mesiah (YES. 11 : 2 -> Roh TUHAN ada padanya…”; bd. 61 : 1 -> “Roh ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku”). Dalam Yesaya 42 : 1 – 9 ini identitas Hamba TUHAN bukan bersifat kolektif (bd. YES. 49:1-6) melainkan individual serta tanpa nama (anonim), sehingga penafsiran atas identitasnya terbuka dan dapat dikenakan kepada siapapun yang melaksanakan rencana penyelamatan Allah. Akan tetapi ada kecenderungan dalam tradisi keagamaan Israel tentang figur / sosok Hamba TUHAN itu tertuju pada ‘orang yang diurapi Allah’ (YES. 61 : 1).

                              TRANSFORMASI TRADISI TENTANG HAMBA TUHAN KE DALAM KEKRISTNAN. Tradisi Hamba TUHAN sebagai ‘orang yang diurapi’ ditransformasikan Jemaat Kristen Abad I, seperti yang disalin oleh Lukas (4 : 18 – 19 -> “Roh Tuhan ada padaku, sebab Ia telah mengurapi Aku”).

                              KESIMPULAN. Kedua tradisi keagamaan ini ‘raja sebagai Anak Allah’ dan ‘Hamba TUHAN,’ sesungguhnya, bukan bermaksud menunjukkan status struktural melainkan fungsional. Artinya : baik raja maupun hamba TUHAN adalah utusan yang bekerja di tengah umat untuk tujuan penyelamatan yang direncanakan Allah. Raja Israel juga adalah hamba TUHAN.

                        PENDERITAAN HAMBA TUHAN. Penjelasan tentang tradisi Raja Israel selaku Mesiah dan Hamba TUHAN telah dijelaskan secara ringkas. Mudah-mudahan dapat dipahami. Yang perlu disadari : fungsi – peran raja dan hamba TUHAN itu diberikan kepada individu maupun persekutuan yang diurapi TUHAN (yang atasnya nama TUHAN diserukan). Oleh Jemaat Kristen Abad I, Yesus disebut Mesiah (Yun. Kristos) dan Hamba TUHAN.

                        Sesuai arti namaNya : YESUS, adalah “Dia yang menyelamatkan umatNya dari dosa mereka” (MAT. 1 : 21 arti hurufiah : Dia yang menyelamatkan). Jemaat Kristen Abad I memasukkan pemahaman imannya terkait fungsi – peran Yesus dalam keterangan kalimat : ‘dari dosa’.  Kata tersebut (dari dosa) menunjukkan perkembangan teologi kristen yang bertitik tolak dari teologi Yudais (Kaum Essen) mengenai fungsi peran sang Mesiah yang dinantikan umatNya. Bukanlah pembebasan politik, seperti yang dikerjakan Allah ketika mengeluarkan Israel dari Mesir, ataupun membebaskan Israel dari pengasingan di Babilonia, melainkan gagasan teologi mesianis itu telah dijadikan isu universal yang sehubungan dengan hakekat manusia yang dinodai dosa (KEJ. 3; 6:5; bd. MAZ. 14:1-3; ROM. 3:10-12).

                        PENDERITAAN YESUS SELAKU MANUSIA YANG MENJALANKAN PEKERJAAN ALLAH. Injil-Injil Sinoptis (termasuk Injil Yohanes), khususnya Markus, melukiskan penderitaan Yesus sebagai seorang manusia lazimnya (sama seperti leluhurnya Daud). Dalam penderitaan itu Yesus bukan saja ditinggalkan sendirian oleh orang-orang terdekat (simak MRK. 15:40 -> “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome”; Petrus juga menyangkal Dia –> YOH. 18:12-17; Yudas mengkhianatiNya). Dia menderita sendirian. Seorang hamba yang menderita demi tujuan Allah yang ingin menyelamatkan manusia berdosa (Nyanyian Hamba TUHAN -> YES. 52 : 13 – 53 : 12). Tekanan psikologis yang dialami memaksa Yesus menyerukan kata-kata ini : “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku.” Dia, Yesus, bukan saja merasakan kesedihan karena penolakan umat, pengkhianatan dan penyangkalan pengikutNya, tetapi Diapun merasa seolah-olah Allah membiarkan diriNya menderita. Bayangkanlah semua kesedihan itu, jikalau anda berada dalam keadaan seperti yang dialami Yesus.

BUTIR PERMENUNGAN

APLIKASI DALAM PEMBERITAAN FIRMAN.

Saudara – saudara yang dikasihi Kristus

PENDERITAAN ALLAH DALAM RUPA MANUSIA MASA KINI. Inti berita (kerugma) yang dituliskan Markus mengajak kita meng-arti-kan seruanNya. Secara pisik Yesus tak tampak saat ini sampai kedatanganNya kembali, meskipun secara rohaniah kita mengakui kehadiranNya dalam rupa Roh. Akan tetapi akan sangat menarik, jika kita merenungkan seruan --- ALLAHKU, ALLAHKU, MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU --- dalam tugas pemberitaan dan pelayanan yang disuruhNya. Salah satu ucapanNya yang menyentuh hati : “ORANG-ORANG MISKIN SELALU ADA PADA KAMU, TETAPI AKU TIDAK AKAN SELALU ADA PADA KAMU” (Yoh. 12:8;bd. Mat. 26:11; Mrk. 14:7). Pertanyaannya : Apakah yang dapat kita kerjakan untuk menolong Yesus yang menderita dalam melalui mulut orang-orang sengsara di masa kini dan di sekitar kita ?

Saudara – saudara yang dikasihi Allah

KEBERPIHAKAN GEREJA DAN ORANG KRISTEN KEPADA ORANG MISKIN. So pasti Yesus tidak tampak, tetapi seruanNya masih menggema melalui mulut orang miskin. Bagaimanakah sikap kristen berhadapan dengan kenaikan bahan bakar minyak yang bisa menenggelamkan kondisi keluarga miskin dalam Gereja dan Masyarakat ? Banyak orang berkomentar. Banyak orang dimobilisasi untuk berdemonstrasi : apakah cara demikian dapat meningkatkan taraf hidup orang miskin yang menderita karena berbagai alasan ?  Tanpa kenaikan BBM pun kemiskinan itu sudah ada sejak dahulu. Bahkan kemiskinan itu ada sebelum kita dilahirkan. Berkomentar dan berdemonstran itu baik, tetapi sejak tahun 90-an ketika BBM naik sampai hari ini, orang-orang miskin bukan semakin berkurang, melainkan semakin meningkat jumlahnya.

1. HUKUM KRISTUS : KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA. Yesus tidak menganjurkan Gereja dan orang kristen melakukan demonstrasi; akan tetapi Dia berkata : “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat. 19:21; bd. Mrk. 10:21). PesanNya : “Berikanlah itu kepada orang-orang miskin” menunjuk pada sikap partisipasi siapapun untuk mendampingi dan menolong  sesama yang menderita, karena kemiskinan lahiriah / alamiah maupun proses pemiskinan karena sistem masyarakat tidak berfungsi baik-benar.  Jika ada orang yang menderita kemiskinan karena dilahirkan dalam keluarga miskin, maka Alkitab berpesan : “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu ! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Gal. 6:2), dan juga “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Gal 6:10). Itulah yang disebutkan pelayanan kasih atau pelayanan karitas (pelayanan kemasyarakatan atau partisipasi gereja dalam pembangunan masyarakat).

2.  MAKNA PELAYANAN KASIH DAN SAKRAMEN PERJAMUAN.

      Dalam saah satu suratnya Rasul Paulus mengatur pelayanan sakramen, sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan penyelenggaraannya. Ia berpesan : “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (I Kor. 11:26). Kita : Gereja dan orang kristen, perlu mereinterpretasikan dan mereformulasikan pesan Paulus yang didasarkan atas perintah Tuhan (I Kor. 11:23) tentang tugas misionalnya. Misi Gereja dan orang kristen adalah memberitakan Injil kerajaan Allah sebagaimana yang diucapkan Yesus Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja : “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik (Injil) kepada orang-orang miskin…” (Luk. 4:18; bd. Yes. 61:1). Injil itu bukan saja pesan lisan dari Allah, tetapi juga tindakan konkrit untuk membebaskan orang dari ancaman kehidupan, termasuk keadaan miskin. Pemberitaan lisan dan tindakan konkrit itu diperlihatkannya dalam berbagai peristiwa penyembuhan orang saki, membangkitkan orang mati, mengusir orang yang kesurupan dan sebagainya. Injil adalah karya Allah yang diucapkan dan yang dikerjakan. Jadi kita perlu merumuskan kembali pernyataan Rasul Paulus tentang pelayanan sakramen perjamuan kudus ke dalam beberapa aktifitas program gerejawi :

2.a.   KAMU HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN. Pertama-tama, kita perlu memperhatikan, bahwa Sakramen Perjamuan menunjuk pada tindakan Allah yang memuaskan dahaga dan mengenyangkan orang-orang lapar. Pemahaman ini secara simbolik dibuat Yesus, ketika mengajar orang banyak di bukit (Mat. 14:13-21; Mrk. 6:30-44; Luk. 9:10-17). Yesus tidak mau mendengar alasan murid-murid untuk mengelak tanggungjawab memberi makanan kepada orang banyak. Dia berkata : “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan” (Mat. 14:16; Mrk. 6:37; Luk. 9:13).  Di dalam karya ibadah hidup Yesus Kristus, kita mendengar pesan kepada Gereja dan orang kristen : “Berilah mereka makan”. Pesan itu bukan saja ditafsirkan menularkan pengetahuan untuk memampukan orang miskin mencari pekerjaan, tetapi secara hurufiah Yesus menyuruh Gereja dan orang kristen bertindak spontan untuk memberi makanan dan minuman kepada yang miskin. Jadi tidak ada celah bagi gereja dan orang kristen menghalangi untuk tidak peduli dan berbagi kepada orang-orang sengsara.  Gereja sebagai institusi pelayanan dan orang kristen selaku pelayan Allah di dalam masyarakat, selayaknya, memperlihatkan keberpihakan (sikap solidaritas) kepada mereka yang berkekurangan secara ekonomis. Oleh karena itu, seluruh aktifitas program pelayanan-kesaksian Gereja, seharusnya, berorientasi pada pemerataan kesejahteraan sosial (keadilan Allah) bagi kaum dhuafa. Bukankah Yesus Kristus telah memuaskan rasa lapar dan menghapus kedahagaan orang kristen melalui pelayanan perjamuan kudus ? Lantas, apakah yang dapat dilakukan bagi mereka yang disebut Yesus : “Saudara-saudaraKu yang paling hina ?” (Mat. 25:31-46).

2.b.  INJIL MEMBEBASKAN KEMISKINAN MENTAL. Gereja dan orang kristen pun perlu mengkaji dan merumuskan kemiskinan secara arif, sebab ada Ada orang yang berkekurangan dalam hal-hal materi, karena mereka tidak memiliki (diberikan) kesempatan untuk bekerja. Selanjutnya, ada orang-orang miskin secara ekonomis, karena bermental (kecenderungan hati – Kej. 6:5) malas tidak suka bekerja. Kepada yang bermental malas, Gereja wajib memberi dorongan dan pembinaan rohani; sedangkan bagi yang kurang memiliki kesempatan, Gereja wajib menciptakan lapangan kerja, agar potensi yang dimiliki dapat diberdayakan.

2.c.   INJIL YANG MENGHIDUPKAN. Sejak manusia bercinta dengan dosa, TUHAN Allah telah memberi catatan serius, bahwa “segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej. 6:5). Akar dari malapetaka yang dialami, disebabkan kecenderungan hatinya yang jahat. Kita tidak mampu mengendalikan keinginan yang berlebihan dalam hubungan seksual dan material. Oleh karena itu, kita sering menemui kegagalan.

BELAJAR MENIRU KRISTUS. Injil adalah kekuatan kuasa Allah yang menghidupkan siapapun yang percaya kepadaNya (bd. Rom. 1:16-17). Yesus Kristus menjadi contoh utama. Dialah Anak-Manusia yang mampu menaklukan keinginan untuk memperoleh kebutuhan insani : kebutuhan ekonomi, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan untuk menjadi yang nomor satu (bd. Pencobaan di Padang Gurun – Mat. 4:1-11). Kebutuhan seperti itulah yang sering mendorong kita memberontak terhadap Allah. Akibatnya kita mengalami penderitaan, dan akhirnya mati total. Untuk maksud itulah Allah telah datang menjumpai kita. NamaNya Yesus yang bergelar Kristus. Dialah Allah sendiri. Di dalam Dia dan karyaNya, Allah mempertontonkan kekuatan kuasaNya, supaya kita percaya bahwa Allah berkuasa menaklukkan kematian.

Oleh karena itu, setiap kali merayakan Perjamuan Tuhan, kita mengingat akan pekerjaan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita dari dosa. Membebaskan kita dari rasa takut menghadapi berbagai masalah kehidupan, termasuk kematian. Mengkuatkan pengharapan iman kita di tengah pergumulan. Melalui perjamuan kudus kita dipersekutukan dengan Allah dan dipersatukan dengan sesama seiman. Dalam persekutuan hidup itulah kita diutus Allah untuk mengerjakan penyelamatan manusia dari dosa dan pembebasan dari penderitaan.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN

SALAM DAN DOAKU

PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar